27 April 2018

PENGARUH SOSIAL KULTURAL TERHADAP KEPEMIMPINAN



A.     Pengrtian Sosial Kultural
Sosial Budaya terdiri dari 2 kata, yang pertama definisi sosial, menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia milik W.J.S Poerwadarminta (2010), sosial ialah segala sesuatu yang mengenai masyarakat atau kemasyarakatan atau dapat juga berarti suka memperhatikan kepentingan umum (kata sifat). Sedangkan budaya dari kata Sans atau Bodhya yang artinya pikiran dan akal budi. Budaya ialah segala hal yang dibuat oleh manusia berdasarkan pikiran dan akal budinya yang mengandung cipta, rasa dan karsa. Dapat berupa kesenian, pengetahuan, moral, hukum, kepercayaan, adat istiadat ataupun ilmu.
Maka definisi sosial budaya itu sendiri adalah segala hal yang dicipta oleh manusia dengan pemikiran dan budi nuraninya untuk dan/atau dalam kehidupan bermasyarakat. Atau lebih singkatnya manusia membuat sesuatu
B.     Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Perubahan Sosial Kultural
Menurut Sobirin(2007), berpendapat bahwa ada dua faktor yang menyebabkan perubahan social cultural, antara lain:
1.    Sebab yang bersumber dalam masyarakat itu sendiri diantaranya:
a.       Bertambah dan berkurangnya penduduk
b.       Penemuan-penemuan baru
c.       Pertentangan-pertentangan dalam masyarakat
d.      Terjadinya pemberontakan atau revolusi didalam tubuh masyarakt itu sendiri
2.    Sebab-sebab yang berasal dai luar masyarakat
a.       Sebab-sebab yang berasal dari lingkungan  fisik yang ada disekitar manusia
b.      Peperangan dengan negara lain
c.       Pengaruh kebudayan masyrakat lain.

C.     Pengruh Sosial Kultural Terhadap Kepemimpinan
Menurut Sjafri(2002), kepemimpinan dalam persepsi social dapat diartikan sebagai kecakapan dalam melihat dan memahami perasaan, sikap, dan kebutuhan anggota-anggota kelompok. Kecakapan ini sngat dibutuhkan untuk memenuhi tugas kepemimpinan. Persepsi social ini terutama diperlukan oleh seorang pemimpin untuk melaksanakan tugasnya dalam memberikan pandangan dan patokan yang menyeluruh dari keadaan di adalam dan diluar kelompok.
Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak bisa hidup sendirian. Tidak ada satupun manusia di dunia ini yang dapat hidup tanpa tergantung ataupun memerlukan bantuan orang lain. Manusia selalu hidup berkelompok, bersuku-suku hingga berbangsa-bangsa. Oleh karena itu konsekuensinya setiap individu harus dapat beradaptasi dengan kelompok, agar dapat diterima dan merasa aman serta nyaman didalamnya. Untuk menjadi orang yang diterima orang lain, diperlukan usaha-usaha tertentu untuk mencuri hati orang lain tersebut. Hal ini merupakan arah seseorang untuk menjadi pemimpin dari kelompoknya. Diharapkan nantinya kepemimpinan seseorang dapat menyentuh berbagai segi kehidupan manusia seperti cara hidup, kesempatan berkarya, bertetangga, bermasyarakat bahkan bernegara.
Antara kepemimpinan dengan budaya organisasi memiliki hubungan yang sangat erat. Kepemimpinan dan budaya organisasi merupakan fenomena yang sangat bergantung, sebab setiap aspek dari kepemimpinan akhirnya membentuk budaya organisasi. Bila kita memasuki ruang perkantoran suatu organisasi akan berbeda dengan kantor organisasi lain yang memiliki pemimpin yang berbeda. Fenomena yang kita dapatkan pada suatu organisasi, seperti : etos kerja karyawan, team work, kesejukan, ketenangan, sikap, keramah tamahan, integritas, dll, yang kesemuanya menggambarkan kepemimpinan yang ada dalam organisasi tersebut dan juga menggambarkan budaya yang ada dalam organisasi. Sehingga dikatakan bahwa melihat kepemimpinan suatu organisasi itu sama dengan melihat budaya yang ada dalam organisasi tersebut, perumpamaannya bagaikan dua sisi mata uang yang memiliki nilai yang sama. Dalam hal ini ada dua konsep berbalik, yaitu :
1.      Budaya diciptakan oleh pemimpin-pemimpinnya.
2.      Pemimpin-pemimpin diciptakan oleh budaya.
Bila perilaku bawahan sesuai dengan program yang telah digariskan oleh pimpinan, maka nilai yang diperolehnya adalah tinggi, dan sebaliknya bila perilaku individu dalam organisasi jauh dari kebenaran sebagaimana yang dituangkan dalam program kerja oleh pemimpin, maka disitu nilainya rendah. Dengan demikian budaya diciptakan oleh pemimpinnya.
Dari uraian diatas, nampak jelas bahwa antara kepemimpinan dengan budaya organisasi mempunyai hubungan yang sangat erat sekali. Sehingga dikatakan bahwa melihat kepemimpinan suatu organisasi itu sama dengan melihat budaya yang ada dalam organisasi tersebut.

Sumber
Poerwadarminta. 1984. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Depdiknas.
Sjafri, Sairin. 2002. Perubahan Sosial Masyarakat Indonesia. Perspektif Antropologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Sobirin, Ahmad. 2007. Budaya Organisasi. Yogyakarta: UPPSTIM YKPN.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar