Era saat ini dunia membutuhkan pemimpin
yang dinamis dan berintegritas. Globalisasi menciptakan sebuah pasar dunia yang
kompleks dan cepat dalam perubahan. Caligiuri dan Tarique (2012) dalam
tulisannya yang berjudul Dynamics cross-cultural competencies and global
leadership effectiveness di Journal of world, mengungkapkan bahwa kepemimpinan
yang efesien dan efektif merupakan kebutuhan dalam masyarakat global. Dan
kepemimpinan tersebut haruslah mampu untuk melampaui keterbatasan antar budaya
di muka bumi ini.
Kepemimpinan adalah kunci utama dalam
menjalankan organisasi dan menggerakan dunia yang kompleks ini. Penguasaan
teknologi, kemampuan berkomunikasi, dan kemampuan manajemen cross-cultural
menjadi parameter utama dalam melihat pemimpin di era global. Disamping itu
integritas dan kemampuan untuk mengambil tindakan potensial tetap masih menjadi
kemampuan dasar yang dapat diterapkan. Pemimpin haruslah mampu bertindak
dinamis dengan menampilkan diri otentiknya. Sehingga dalam perubahan yang
sangat cepat, ia masih mampu bertanggung jawab terhadap diri dan proses
perubahan tersebut.
Untuk menjawab kebutuhan tersebut, maka
personal pemimpin yang dinamis dan berintegritas adalah karakter yang perlu
dikembangkan oleh para pemimpin di era globalisasi. Dinamis adalah suatu roh
semangat yang bekerja secara cepat dan tepat, serta mengoptimalkan sumber daya
yang ada. Seorang pemimpin akan dinamis dalam era globalisasi apabila ia
memiliki sikap proaktif. Sikap proaktif ini bukanlah respon yang didasari oleh
adanya stimulus. Namun sebuah respon aktif yang hadir dikarenakan kesadaran
akan adanya sebuah tindakan perubahan. Pemimpin yang proaktif, tidak akan
melakukan tindakan hiperaktif. Namun ia akan selalu melakukan sebuah tindakan
yang didasari rasa tanggung jawab dan kesiapan untuk menghadapi situasi
didepannya.
Selain butuh personal pemimpin yang proaktif,
era globalisasi juga membutuhkan pemimpin yang memiliki visi perubahan kedepan.
Visi merupakan sebuah tanggung jawab pemimpin untuk melihat masa depan dan
membawa orang-orang yang dipimpinnya saat ini ke kondisi tersebut. Dengan
memiliki visi, maka sifat era globalisasi yang memungkinkan terjadinya kondisi
ketidak pastian, menjadi sebuah arah yang pasti dan jelas. Pemimpin tidak bisa
menolak datangnya arus globalisasi. Yang dapat dilakukan oleh dirinya adalah
mengendalikan arus tersebut, kearah yang diinginkannya. Selanjutnya pemimpin
secara personal juga haruslah memiliki komunikasi yang efektif dan efesien.
Teknologi komunikasi yang dihadirkan dalam era ini, memungkinkan setiap
pemimpin mampu untuk mengoptimalkan tools ini dalam menyampaikan visi, misi dan
tujuan yang diinginkannya.
Dengan komunikasi yang efektif, seorang
pemimpin akan lebih cepat untuk menciptakan perubahan. Ia tidak perlu bekerja
sendiri, namun dapat bekerja secara berjejaring dengan orang-orang
disekitarnya. Dengan demikian visi, misi dan tujuannya akan lebih cepat
tercapai. Berikutnya adalah hal yang lebih penting dalam personal pemimpin di
era globalisasi adalah integritas diri. Pemimpin haruslah memiliki kesatuan
antara hal-hal yang dipikirkan, dikatakan dan dilakukan. Pemimpin haruslah
mereka yang telah memahami siapa diri mereka, dan siap untuk mengarahkan orang
lain menuju pada sebuah kondisi ideal. Ia adalah seseorang yang telah mampu
untuk memenangkan dirinya ditengah pertarungan realitas disekitarnya. Dengan
memenangkan diri, ia mampu menentukan aktivitas-aktivitas prioritas untuk menunjang
pengembangan dirinya. Pemimpin yang ideal adalah pemimpin yang tidak
bersembunyi dibalik topeng realitas sekitarnya. Namun pemimpin yang berani
dengan realitas dalam diri, menunjukan bahwa ia mampu mengarahkan dan membuat
perubahan.
Globalisasi membutuhkan personal
pemimpin yang bisa mengarahkan dan mengoptimalkan sumber daya yang tidak
terbatas di era global. Dengan memiliki karakter kepemimpinan seperti diatas,
maka secara personal seseorang mampu menjadi pemimpin yang diharapkan di era
tanpa gravitasi ini. Ia selalu memliliki tali pengaman integritas untuk
mengikat dirinya dengan situasi kekinian yang cepat untuk berubah. Dan orang
seperti inilah yang mampu membawa orang lain ke sebuah kondisi yang
ideal.
Menghadaapi
lingkungan bisnis di era millenium ketiga, globalisasi merupakan hal yang tidak
dapat dielakan lagi. Oleh karenanya perusahaan memerlukan pemimpin gloal agar
perusahaan yang dipimpinya tetap eksis. Pemimpin global tidak hanya dilahirkan
saja, tapi harus dibentuk agar memberikan keunggulan bagi perusahaan.
Keingintahuan yang tinggi (unbridled inguestiveness) merupakan
sifat utama yang harus dimiliki kandidat pemimpin global agar dapat
mengoptimalkan tiga sifat lainnya yaitu karakter pribadi, duality dan kecerdasan.
Supaya pemimpin global memiliki serangkaian kemampuan khusu (contex
specific abilities) maka harus dikembangkan melalui strategi 4T,
yakni: travel, training, teams dan transfer.
Menurut
Alder.N and Bartholomew.S. (2001) terdapat beberapa alasan mengapa perusahaan
global memerlukan pemimpin atau manajer berskala global, yakni :
1.
Untuk memahami lingkungan bisnis dari sudut
pandang global
2.
Untuk mengintegrasikan asset, sumber daya dan
keragaman SDM di seluruh dunia
3.
Mempelajari banyaknya perspektif, cita rasa,
trend, teknologi dan pedekatan budaya asing untuk mengarahkan bisnis
4.
Bekerja dan belajar dengan orang-orang dari
banyak budaya secara simultan
5.
Menciptakan lingkungan organisasional yang
sinergis secara cultural
6.
Beradaptasi untuk hidup pada banyak budaya asing
7.
Berinteraksi dengan kolega-kolega asing secara
sama
Manajer
global juga harus belajar untuk menyesuaikan berbagai macam kemampuan teknikal,
kebiasaan dan sikap berkaitan dengan pelanggan, pemasok maupun karyawan (Chase,
2004). Pada perusahaan Internasional diperlukan manajer expatriat yang memiliki
kemampuan dalam mentransfer teknologi ke budaya lokal, mengelola staf lokal dan
mengadaptasi praktek bisnis sesuai dengan kondisi lokal. Perusahaan
transnasional mensyarakatkan manajer yang memiliki kemampuan mengelola
pekerjaan agar dapat mempertinggi kapabilitas organisasional melakukan
kerjasama dengan mitra dari seluruh dunia dan mentransmisikan pengetahuan
secara cepat dan efektif ke seluruh jaringan operasi di seluruh dunia (Alder.N
dan Bartholomew.S.,2001).
Menurut
Barlett dan Ghoshal (2001) terdapat empat tipe manajer global yakni: Business
Manager, Country Manager, Functional Manager dan Corporate Manager. Tiga yang
pertama merupakan spesialis sedangkan yang terakhir adalah pemimpin dari ketiga
manajer tersebut.
1.
Business Manager
Business Manager harus memiliki tiga kombinasi kemampuan yaitu sebagai
penyusun strategi (strategist) perusahaan, perancang (architect) bagi
konfigurasi asset pada setiap aktivitas perusahaan yang dibentuk maupun jumlah
tempatnya, serta coordinator yang bertujuan mengkoordinasi transaksi lintas
Negara berkaitan dengan bagaimana aktivitas yang dibentuk di negara-negara yang
berbeda, serta mengkoordinasikannya satu dengan lainnya. Ketiga kombinasi
kemampuan yang dimiliki Business Manager tersebut bertujuan mengambil semua
manfaat operasi global yang terintegrasi untuk efisiensi dan keunggulan
bersaing global.
2.
Country Manager
Country Manager harus memiliki kombinasi kemampuan sensor yakni dapat
melihat secara cepat dan menginterpretasikan ancaman dan peluang lokal. Selain
itu juga harus mampu menjadi builder yakni membangun sumber daya dan kecakapan
lokal serta menjadi Contributor yakni sebagai penyumbang strategi lokal.
3.
Functional Manager
Memiliki kombinasi kemampuan scanner yang dengan cepat mampu mendeteksi
trend dan menyebar informasi kedalam strategic intelligence. Functional
Manager juga menjadi cross polinor yakni sebagai penyerbuk yang dapat dengan
mudah membagi keahlian di semua cabang bisnis di dunia, dan champion yang dapat
menunjukkan manfaat koordinasi untuk menjawab kebutuhan yang beragam di banyak
tempat secara sensitive dan responsif.
4.
Corporate Manager
Harus memiliki kombinasi kemampuan sebagai leader, talent scout dan
developer. Artinya selain memimpin, corporate manager juga mampu
mengidentifikasikan dan mengembangkan ketiga tipe manajer diatas yang berbakat,
serta menyeimbangkan negosiasi diantara mereka melalui pelatihan dan
pengembangan sebagai prioritas utama. Corporate manager harus memiliki
pandangan yang luas terhadap organisasi dan operasinya serta memahami tugas
ketiga manajer tersebut.
Pengaruh IT terhadap
kepemimpinan dapat ditemui dalam peranan IT itu
sendiri bagi perusahaan, yaitu (Thomson: 2012):
1.
Menunjang kegiatan operasional
perusahaan
Kegiatan operasional perusahaan kini tidak memerlukan lagi
cara-cara manual yang tentunya mempersulit tenaga kerja perusahaan tersebut.
Karena kini teknologi pun bisa menyeimbangi bahkan melebihi kekuatan manusia.
Kini para tenaga kerja dan pelaku bisnis tidak melakukan segala kegiatan
operasional perusahaan secara keseluruhan. Mereka hanya perlu melengkapi untuk
melakukan hal-hal yang mungkin memang belum bisa dilakukan oleh teknologi
tersebut. karena sehebat-hebatnya teknologi, tentu memiliki kekurangan sendiri.
2.
Mempermudah kegiatan perusahaan
dengan berbagai aplikasi
Dengan berkembanganya teknologi, tentu bermunculan berbagai
aplikasi yang dapat digunakan oleh perusahaan. Sebagai contoh ialah aplikasi
sistem akuntansi. Dengan adanya aplikasi tersebut, perusahaan tidak perlu
mengharuskan tenaga kerjanya melakukan perhitungan akuntansi secara manual,
karena aplikasi tersebut bisa membantu dalam menghitung keuangan perusahaan
bahkan lebih akurat. Manusia hanya tinggal memasukkan data-data keuangan,
kemudia aplikasi tersebut mengolah data keuangan tersebut hingga menghasilkan
laporan yang diinginkan perusahaan tanpa menyulitkan manusia itu sendiri.
Begitupun dengan aplikasi-aplikasi lainnya yang memiliki fungsi masing-masing.
3.
Mempercepat perolehan informasi
mengenai hal-hal yang dibutuhkan perusahaan
Teknologi masa kini bahkan sudah bisa terhubung dengan
internet. Dan akses internet di zaman sekarang sangatlah mudah. Dengan adanya
internet tersebut, memungkinkan perusahaan untuk mengetahui perkembangan bisnis
yang ada didunia. Perusahaan juga bisa mencari data-data atau informasi yang
mungkin dibutuhkan untuk proses perkembangan kemajuan perusahaan tersebut
dengan mudah dan cepat. Selain itu, perusahaan juga bisa berkomunikasi dengan
para pelaku bisnis lainnya melaui internet.
4.
Mempermudah untuk menjalankan
aktivitas dalam kepemimpinan
Semakin teknologi tersebut berkembang, semakin mudah pula
cara pengoperasian teknologi tersebut. Dengan mudahnya dalam mengakses
teknologi, maka aktivitas pekerjaan yang dilakukan dengan teknologi tersebut
pun terasa ringan dan mudah untuk dijalankan.
5.
Menghemat waktu pekerjaan pemimpin
Dengan adanya teknologi, pekerja atau pelaku bisnis pun akan
lebih cepat dalam melakukan aktivitasnya. Karena proses yang dilakukan oleh
teknologi biasanya lebih cepat jika dibangdingkan dengan proses yang dilakukaan
oleh manusia itu sendiri. Oleh karena itu, dengan adanya teknologi, waktu pun
tidak akan terbuang banyak dalam melakukan suatu aktivitas perusahaan.
Selain itu pengaruh IT
terhadap kepemimpinan memiliki dua sisi yaitu sisi negative dan positif. Pengaruh
positif yang membuat banyak pemimpin perusahaan menggunakannya tersebut antara
lain (Thomson: 2012):
1.
Memperingan dan mempercepat
pekerjaan
Pada umumnya, teknologi memang lebih cepat dalam melakukan
aktivitas perusahaan baik dalam bidang produksi maupun lainnya. Sehingga dengan
adanya teknologi, perusahaan lebih cepat dan efisien dalam menyelesaikan
aktivitasnya.
2.
Dapat digunakan sebagai sarana
pemasaran atau promosi
Kini teknologi sudah semakin berkembang dan digunakan oleh
masyarakat mendunia, hal itu dapat dijadikan lahan promosi bagi perusahaan
untuk mempromosikan produknya melalui teknologi internet yang kini dapat
diakses dengan mudah.
3.
Mempermudah pemimpin berkomunikasi dengan perusahaan lain untuk menjalin
kerjasama
kerjasama
Dengan adanya teknologi, komunikasi antar perusahaan pun
menjadi lebih mudah tanpa harus tatap muka sekalipun.
4.
Memudahkan mencari informasi
mengenai bisnis perusahaan
Ini merupakan pengaruh dari adanya teknologi internet yang
memudahkan pemimpin mencari segala
informasi apapun yang memang dibutuhkan oleh perusahaan tersebut untuk
melakukan aktivitasnya.
Sedangkan pengaruh negative
IT terhadap kepemimpinan adalah sebagai berikut (Thomson: 2012):
1. Kurangnya
hubungan antara pemimpin dengan bawahannya
Karena kemudahan teknologi, terkadang pemimpin lebih banyak menggunakan
telepon dibanding berhubungan langsung dengan bawahannya. Sehingga terkadang pemimpin tersebut tidak mengetahui
bagaimanan keadaan bawahannya sebenarnya.
2. Perlindungan
hak cipta sulit diwujudkan oleh pemimpin
Sekumpulan data yang disimpan perusahaan bisa saja dicopy
oleh orang lain yang memiliki niat tertentu sehingga data tersebut bisa
tersebar tanpa ada hak cipta perusahaan yang membuatnya.
3. Ketergantungan
pada teknologi
Karena mudahnya penggunaan teknologi, terkadang pemimpin menjadi lebih bergantung pada
teknologi tersebut. Padahal bisa saja suatu saat apabila sedang melakukan
aktivitas, tiba-tiba teknologi tersebut rusak atau mati sehingga aktivitas
perusahaan pun turut berhenti karena pemimpin
dan karyawan di perusahaan terbiasa melakukan aktivitas dengan
teknologi.
Thomson (2012)
mengelompokan teknologi organisasi menjadi 3 jenis, yang masing-masing
menggambarkan jenis hubungan yang terjadi dengan konsumen maupun jenis kegiatan
internal yang terjadi dalam organisasi, yaitu:
1.
Teknologi perantara (mediating technology)
Digunakan untuk menghubungkan beberapa
klien yang satu sama lain tidak dapat dihubungkan secara langsung, misalnya
jika hubungan langsung tersebut memerlukan ongkos yang besar, ataupun karena
terlalu rumit untuk dilaksanakan;
2.
Teknologi rangkaian panjang (long-linked
technology)
Pada jenis teknologi ini kegiatan
organisasi terdiri dari tahapan-tahapan kegiatan yang berurutan. Hasil dari
suatu kegiatan menjadi output bagi kegiatan berikutnya, berurutan, hingga
akhirnya produk siap untuk digunakan oleh konsumen;
3.
teknologi intensif (intensitive technology)
Teknologi intensif
merupakan kumpulan dari beberapa jenis pelayanan khusus, yang keseluruhannya
digabungkan untuk melayani klien. Teknologi intensif ini umumnya digunakan pada
kegiatan yang mempunyai akibat yang cukup berarti pada klien sehingga klien
mengalami perubahan. Penelitian kelompok Aston merumuskan skala
pengklasifikasian teknologi yang dapat digunakan dalam teknolgi manufaktur
maupun non-manufaktur Sumber:
Adler, N.J., &
Bartholomew, S. 2001. Managing globally
competent people. Academy of Management Executive. 6, 52-65.
Bartlett,
Christopher A.; Ghoshal, Sumantra; Birkinshaw, Julian.2001. Transnational Management: text, cases, and
readings in cross-border management. New York: McGraw Hill/Irwin
Caligiuri, P.,
& Tarique, I. 2012. Dynamic
cross-cultural competencies and global leadership effectiveness. Journal of
World Business, 47(4), 612-622
Chase, J. 2004.Operation Management For Competitive Advantage.10th
edition.New York: Mc Graw Hill Companies
Thomson, Orbit. 2012. Teori Organisasi. Palangka Raya : Universitas Palangka Raya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar