27 April 2018

KEKUASAAN DAN KEWIBAWAAN DALAM KEPEMIMPINAN



A.      Kekuasaan
Menurut pendapat Miriam Budiardjo kekuasaan adalah kewenangan yang didapatkan oleh seseorang atau kelompok guna menjalankan kewenangan tersebut sesuai dengan kewenangan yang diberikan, kewenangan tidak boleh dijalankan melebihi kewenangan yang diperoleh atau kemampuan seseorang atau kelompok untuk memengaruhi tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku (Mahyudi: 2009).
Menurut pendapat Ramlan Surbakti ekuasaan merupakan kemampuan memengaruhi pihak lain untuk berpikir dan berperilaku sesuai dengan kehendak yang memengaruhi (Mahyudi: 2009).
Boulding mengemukakan gagasan kekuasaan dalam arti luas, sampai tingkat mana dan bagaimana kita memperoleh yang kita inginkan. Bila hal ini diterapkan pada lingkungan organisasi, ini adalah masalah penentuan di seputar bagaimana organisasi memperoleh apa yang dinginkan dan bagaimana para pemberi andil dalam organisasi itu memperoleh apa yang mereka inginkan. Kita memandang kekuasaan sebagai kemampuan perorangan atau kelompok untuk mempengaruhi, memberi perintah dan mengendalikan hasil-hasil organisasi (Mahyudi: 2009).
Sedangkan Russel menyatakan bahwa power (kekuasaan) adalah konsep dasar dalam ilmu sosial. Pentingnya kekuasaan dalam kehidupan organisasi, diungkapkan oleh W. Charles Redding, bahwa kekuasaan dalam organisasi terikat dengan status seseorang (Mahyudi: 2009).
French dan Raven  menyatakan bahwa ada lima jenis kekuasaan sebagai berikut (Sutikno:2007):
1.      Reward power (kekuasaan memberi ganjaran): dapatkah A menetapkan ganjaran yang dapat dirasakan B?
2.      Coercive power (kekuasaan yang memaksa): dapatkah A memberikan sesuatu yang dipandang hukuman kepada B?
3.      Legitimate power (kekuasaan yang sah): apakah B percaya bahwa A mempunyai hak untuk mempengaruhi dan B harus menerimanya? Sumber kekuasaan sah mungkin adalah penerimaan suatu struktur sosial atau nilai-nilai budaya.
4.      Referent power (referen kekuasaan):  apakah B ingin seperti A atau mempunyai keinginan merasakan kesatuan dengan A?
5.      Expert power (kekuasaan ahli): apakah B percaya bahwa A memiliki pengetahuan khusus yang berguna untu kebaikkan B?
B.       Kewibawaan
Tangkilisan (2005) mengatakan bahwa kewibawaan adalah kelebihan, keunggulan, dan keutamaan sehingga mampu mempengaruhi dan mengatur orang lain agar orang lain itu patuh dan mau mengerjakan atau melakukan tindakan tertentu.
Kewibawaan yang efektif menurut Charles Schaefer (Tangkilisan:2005) didasarkan atas pengetahuan yang lebih utama atau keahlian yang dilaksanakan dalam suatu suasana kasih sayang dan saling menghormati. Karenanya, pemimpin diharapkan memiliki kewibawaan agar mampu membimbing bawahan kepada pencapaian tujuan organisasi yang sesungguhnya ingin direalisasikan.
Wens Tanlain dkk (Sutikno:2007) lebih tegas menjelaskan bahwa kewibawaan adalah adanya penerimaan, pengakuan, kepercayaan bawahan terhadap pimpinan sebagai pemimpin yang memberi bantuan, tuntunan dan nilai-nilai manusiawi.
Ada beberapa sumber kewibawaan sebagai berikut (Yulk:2007):
1.       Coersive power: Sumber kewibawaan seseorang dapat berupa kekuasaan yang dimilikinya untuk memaksakan kehendaknya. Raven Duncan mengatakan: “stems from the ability to mediate punishment for the influence”.
2.       Reward power: Sumber kewibawaan seseorang dapat berasal dari kemampuannya memberikan imbalan, kebalikan dari coersive power.
3.       Legitimate power: Ketentuan resmi dari pejabat yang berwenang merupakan salah satu sumber yang menyebabkan seseorang memiliki kewibawaan untuk memengaruhi perilaku anggota kelompoknya.
4.       Referent power: Kewibawaan karena pengaruh hubungan dalam kelompok. Dalam konteks kepemimpinan Indonesia dikenal dengan teori keteladanan.
5.       Expert power: Kewibawaan karena keahlian. Seseorang memiliki kewibawaan karena ia ahli di bidangnya.
6.       Charismatic power: Kewibawaan karena kharisma. Kendati sekarang kurang relevan, tetapi masih banyak orang yang dianggap berwibawa karena kharisma yang dimilikinya.
Apabila kepemimpinan sesungguhnya selalu berkonotasi baik, tidak demikian dengan kewibawaan yang sangat mudah tergelincir ke dalam penyalahgunaan. Kewibawaan yang tidak secara alamiah dan atau wajar melekat erat pada kepemimpinan merupakan ‘tanda bahaya’ bagi seorang pemimpin. Kepemimpinan akan efektif hanya bila kewibawaan pemimpin terpelihara dalam keseharian kepemimpinannya. Demikianlah dipahami dinamika kepemimpinan dalam dunia modern. Sumber-sumber kewibawaan itu sulit diberi contoh ‘profesi’ pemiliknya karena kewibawaan lebih cepat meninggalkan kepemimpinan ketimbang sebaliknya dan masing-masing bersifat komplementer terhadap lainnya kendati mungkin saja salah satunya mendominasi kepemimpinan seseorang.
Ada tiga sendi kewibawaan sebagai berikut (Yulk:2007):
1.      kepercayaan, pemimpin harus percaya bahwa dirinya bisa memimpin dan juga harus percaya bahwa bawahannya dapat mengembangkan dirinya sehingga dalam proses pencapaian tujuan organisasi pemimpin berfungsi sebagai pembangkit potensi bawahannya.
2.      Kasih sayang mengandung makna, yaitu penyerahan diri kepada yang disayangi/bawahan dan melakukan proses pembebasan terhadap bawahan dalam batasan-batasan yang tidak merugikan organisasi dan kesediaan untuk berkorban dalam bentuk konkretnya berupa pengabdian dalam kerja.
3.      Kemampuan mendidik dapat dikembangkan melalui beberapa cara, antara lain pengkajian terhadap ilmu pengetahuan kependidikan, mengambil manfaat dari pengalaman kerja, senantisa megikuti alur perkembangan ilmu dan zaman.

Ada 2 macam kewibawaan (Yulk:2007):
1.      Position Power
Kewibawaan seorang pemimpin yang timbul karena kedudukan atau hirarki jabatan formal
2.      Personal Power
Kewibawaan seorang pemimpin yang menimbulkan kesadaran bawahan untuk menerima kewibawaannya karewna di rasakan benar dan baik.
SUMBER:
Mahyudin, Muhammad Alfan Alfian. 2009. Menjadi Pemimpin Politik. Jakarta: Gramedia.
Sutikno, Raja Bambang. 2007. The Power Of Empathi In Leadership. Jakarta: Gramedia.
Tangkilisan, Hessel Nogi. 2005. Manajemen Publik. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Yulk, Gary. 2007. Kepemimpinan Dalam Organisasi. Jakarta: PT indeks.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar