A.
Mengelola Tim
1.
Pengertian tim
Menurut Burn (Robbins: 2007) istilah tim
didefinisikan sebagai sebuah kelompok kerja yang terdiri dari beberapa orang
dengan kompetensi yang setara, dimana mereka bekerja secara
interdependen/ketergantungan dalam melaksanakan pekerjaan di satu organisasi.
Hare (Robbins: 2007) menyebutkan bahwa sesama tim adalah kelompok, tetapi tidak semua kelompok
dapat dikategorikan sebagai tim. Di sini, istilah tim merujuk pada kelompok
kerja yang terdiri dari beberapa individu yang memandang diri mereka, dan
dipandang oleh lingkungan kerjanya, sebagai sebuah kesatuan sosial.
Jadi dapat disimpulkan bahwa tim adalah suatu unit
yang terdiri atas dua orang atau lebih yang berinteraksi dan mengkoordinasi
kerja mereka untuk tujuan tertentu. Definisi ini memiliki tiga komponen.
Pertama, dibutuhkan dua orang atau lebih. Kedua, orang – orang dalam sebuah tim
memiliki interaksi regular. Ketiga, orang – orang dalam sebuah tim memiliki
tujuan kinerja yang sama.
2.
Teknik mengelola tim
Salah satu teknik untuk menciptakan tim yang berkualitas dan tangguh adalah sebagai berikut (Robbins: 2007):
a.
Dream
Pertanyaan utama
setiap pemimpin adalah bagaimana mempersatukan timnya untuk menjadi sebuah tim
yang solid. Prioritas pekerjaan pemimpin tersebut adalah menciptakan dream.
Dream atau mimpi adalah sebuah target yang dikomunikasikan pada semua anggota
tim dan dapat diterima untuk menjadi sasaran yang ingin dituju. Ada 2
pertanyaan yang muncul, yang pertama adalah bagaimana caranya semua anggota tim
mau menerima mimpi tersebut sebagai mimpi mereka juga, dan yang kedua adalah
bagaimana men-share-kan mimpi tersebut kepada anggota tim. Intinya, dream harus
benar-benar menjadi mimpi dan impian setiap anggota tim dan individu
perusahaan. Impian itu menjadi alasan dan motor penggerak untuk bekerja dengan
baik.
b.
Attitude
1)
Pada proses kerja sama
dalam team work, jelas peranan attitude menjadi jauh lebih penting dan sangat
dibutuhkan dalam menjamin keberhasilan bekerja sama. Kinerja yang saling
mengisi kekurangan sesama anggota tim, dimulai dari pemahaman kekurangan dan
kelebihan setiap anggota tim dan untuk itu diperlukan attitude yang positif
untuk saling menunjang dan bukan saling menyalahkan dan menjatuhkan.
2)
Tim yang solid
memerlukan teamwork yang baik. Lalu cara membentuk teamwork yang baik dimulai
dari kerja sama yang solid.
3)
Attitude positif
itulah yang senantiasa dipelihara dan dibina untuk wawasan yang lebih luas
dalam menciptakan supertim dan bukan superman.
c.
Relationship
1)
Untuk menciptakan
super tim yang saling memahami dan menutupi kelemahan individu sehingga
tercipta tim yang solid diperlukan hubungan yang harmonis dan mantap. Atas
dasar inilah maka perlu dikembangkan atmosfir yang kondusif dalam menjaga
relasi interpersonal antari ndividu tim. Relasi yang muncul tersebut dapat
diciptakan atas dasar saling menghargai antari dividu. Melalui saling
menghargai akan tercipta suasana bahwa setiap individu itu penting dan memiliki
peranannya masing-masing yang berbeda dan menguatkan dalam tim.
2)
Menghargai saja
tidaklah cukup, tetapi juga perlu saling mempercayai.Ada perbedaan yang cukup
signi”kan antara saling menghargai dengan saling mempercayai. Saling menghargai
akan menghasilkan suasana yang bersahabat, tetapi setiap individu hanya akan
cenderung berperan untuk situasi sama-sama kerja dan bukan kerja sama. Saling
mempercayai akan menciptakan proses kerja sama yang sesungguhnya dan
menciptakan tim menjadi tim yang utuh dan solid.
3)
Atmosfir yang nyaman
dan kondusif akan menghasilkan tim yang kreatif, tidak kaku, dan mudah
beradaptasi dalam menghadapi persaingan yang keras dan senantiasa berubah. Tim
ini akan lebih mampu untuk survive menghadapi kondisi persaingan yang semakin
tidak menentu !
d.
Excellent
1)
Excellent berarti
pekerjaan dan hasil yang sempurna dari teamwork.
2)
Kesempurnaan ini
dicapai justru bukan karena anggota tim adalah individu yang sempurna, tetapi
justru karena akibat proses saling menghargai dan mempercayai yang senantiasa
dipupuk dan dikembangkan sebagai atmos”r positif yang menciptakan attitude yang
positif dalam mencapai mimpi.
3)
Kesempuraan itu tidak
hanya berasal dari tercapainya tujuan, tetapi juga pada proses pencapaian
tujuannya.
B.
Mengelola Rapat
1.
Pengertian rapat
Rapat adalah berkumpulnya sekelompok orang untuk menyatukan pemikiran guna
melaksanakan urusan perusahaan. Dalam ini membahas rapat formal yang melibatkan
empat orang atau lebih, rapat organisasi dimaksudkan untuk berkomunikasi,
perencanaan, penetapan kebijaksanaan, pengambilan keputusan, atau pemberian
motivasi kepada armada penjualan. Agar berlangsung efektif, penyelenggaraan
rapat perlu direncanakan.
Rapat adalah hal yang tak asing lagi di kalangan manajemen dan profesional.
Bahkan sebagian besar orang penting menghabiskan waktunya untuk rapat dan
rapat. Pada dasarnya rapat itu diadakan untuk mencapai persamaan persepsi,
strategi, tujuan serta merencanakan langkah-langkah yang akan diambil oleh
manajemen. Tapi sayangnya, jarang sekali rapat yang berlangsung efektif.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Wall Street Journal, rapat justru
membuat waktu tidak produktif di kantor (Mahmud: 2005).
Dr. Peter Drucker (mentor: 2008) mengatakan: Kita menyelenggarakan rapat
karena orang-orang yang melaksanakan pekerjaan yang berbeda-beda harus bekerja
sama untuk melaksanakan tugas khusus. Kita rapat karena pengetahuan dan
pengalaman yang diperlukan dalam suatu situasi tertentu tidak terdapat di dalam
pikiran satu orang, melainkan terbagi dalam pikiran beberapa orang.
2.
Langkah dalam mengelola
rapat
Berikut
ada beberapa langkah yang bisa dilakukan saat memimpin rapat agar bisa berjalan
efektif dan produktif (Mahmud :2005) :
a.
Lakukan perencanaan
dengan menentukan siapa saja yang akan diundang untuk mengikuti rapat serta apa
tujuan dilakukannya rapat itu. Dengan begitu, dapat mengetahui topik dan
informasi apa yang akan dibahas di dalam rapat.
b.
Tentukan tujuan dari
diadakannya rapat, sehingga saat memulai rapa bisa langsung mengajak peserta
untuk fokus kepada tujuan itu. Tujuan ini juga akan menjaga agar pembicaraan
dalam rapat tidak jauh melenceng.
c.
Susun daftar
pembicaraan yang akan dilakukan dalam rapat kemudian bagikan kepada setiap
peserta rapat. Hal ini untuk memudahkan peserta agar langsung berdiskusi dan
membuka jalan untuk setiap opini atau ide yang hendak diutarakan.
d.
Langsung mulai rapat
sesegera mungkin setelah para peserta hadir dan bila pembicaraan mulai menjauh
dari topik rapat, maka sebagai pemimpin harus bisa membawanya kembali ke topik
semula.
e.
Catat isi rapat, setiap
opini, dan pertanyaan yang diajukan dalam rapat. Seandainya ada beberapa hal
yang belum bisa dipastikan saat itu, buat catatan khusus agar nantinya bisa
diselesaikan atau dibicarakan dalam rapat selanjutnya.
f.
Buat rangkuman saat
rapat telah selesai untuk memastikan bahwa pemaham setiap orang yang hadir
sudah sama. Hal ini juga untuk menghindari terjadinya salah persepsi setelah
mereka keluar dari ruang rapat.
C.
Mengelola Diskusi
1. Pengertian diskusi
Menurut Mulyasa
dalam (Pudyo: 2006)) diskusi kelompok adalah suatu proses percakapan yang
teratur, yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang bebas
dan terbuka, dengan tujuan berbagi informasi/pengalaman, mengambil keputusan
atau memecahkan suatu masalah.
Pendapat yang lain
dikemukakan oleh Usman (Pudyo: 2006) diskusi kelompok adalah suatu proses yang
teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang
informal dengan berbagai pengalaman dan informasi, pengambilan
kesimpulan/pemecahan masalah.
Dari kedua pendapat
dapat disimpulkan bahwa diskusi kelompok kecil adalah suatu proses yang
teratur, yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka
secara informal untuk berbagi informasi dan pengalaman serta mengambil
kesimpulan atau pemecahan masalah.
2. mengelola diskusi
Langkah-langkah memimpin
diskusi yaitu Memusatkan perhatian peserta pada tujuan dan topik diskusi.
Kegiatannya antara lain : merumuskan tujuan dan topik yang akan didiskusikan,
mengembangkan masalah, catat kesalahan yang menyimpang, Memperluas masalah,
intinya merangkum kembali permasalahan supaya jelas, menjelaskan gagasan
peserta didik dengan memberikan informasi yang jelas. Untuk memperjelas setiap
pembicaraan dari peserta diskusi, pimpinan diskusi dapat melakukan hal-hal berikut (Pudyo: 2006) :
a.
Menguraikan kembali pendapat atau ide yang kurang jelas,
sehingga menjadi jelas dipahami oleh seluruh peserta diskusi.
b.
Mengajukan pertanyaan pelacak untuk meminta komentar siswa
untuk lebih memperjelas ide atau pendapat yang disampaikannya.
c.
Memberikan informasi tambahan berkenaan dengan pendapat atau
ide yang disampaikannya, seperti melalui ilustrasi atau contoh, sehingga dapat
lebih memperjelas terhadap ide yang disampaikannya itu.
Lalu ada
Menganalisis pendapat peserta diskusi, antara lain menganalisis alasan yang
dikemukakan memiliki dasar yang kuat, menjelaskan hal-hal yang telah
disepakati. Setelah diperoleh informasi alasan-alasan dari masing-masing
berkenaan dengan pendapat yang berbeda-beda itu, maka selanjutnya pimpinan
diskusi dapat menindaklanjuti dengan mencapai kesepakatan terhadap hal-hal mana
saja yang disepakati bersama dan mana yang tidak disepakati secara bersama,
sehingga dari diskusi tersebut membuahkan kesimpulan bersama, Meluruskan alur
berpikir peserta diskusi , mencakup mengajukan beberapa pertanyaan menantang
untuk berpikir, memberikan contoh-contoh verbal, memberikan waktu berpikir, dan
memberi dukungan terhadap pendapat peserta diskusi yang penuh perhatian,
Meningkatkan partisipasi. Untuk mendorong peserta diskusi ikut aktif dalam
proses diskusi, ada beberapa aspek yang perlu ditempuh pemimpin diskusi, antara
lain:
a.
Mengajukan pertanyaan kunci yang menantang siswa untuk berpendapat
atau mengajukan gagasan.
b.
Memberikan contoh atau ilustrasi baik bersifat verbal maupun
non verbal dimana melalui contoh atau ilustrasi tersebut, menggugah siswa untuk
berpikir.
c.
Menghangatkan suasana diskusi dengan memunculkan pertanyaan
yang memungkinkan terjadinya perbedaan pendapat di antara sesama anggota
kelompok.
d.
Memberikan perhatian kepada setiap pembicara sehingga merasa
dihargai dan dengan demikian dapat lebih mendorong siswa untuk berpartisipasi
memberikan pemikiran melalui forum diskusi yang dilakukan.
Ada juga memberikan
kesempatan untuk berpartisipasi dalam diskusi, terkait dengan memancing
semangat berpikir peserta diskusi, memberikan kesempatan kepada yang belum
berbicara, mengatur jalannya sidang diskusi, dan mengomentari pendapat yang
dikemukakan. Untuk mendorong partsipasi aktif dari peserta diskusi dapat
dilakukan hal-hal berikut :
a.
Memberi stimulus yang ditujukan kepada siswa tertentu yang
belum berkesempatan menyampaikan pendapatnya, sehingga siswa tersebut terdorong
untuk mengeluarkan buah pikirannya.
b.
Mencegah monopoli pembicaraan hanya kepada orang-orang
tertentu saja, dengan cara terlebih dahulu memberi kesempatan kepada siswa yang
dianggap pendiam untuk berbicara.
c.
Mendorong siswa untuk merespon pembicaraan dari temannya yang
lain sehingga terjadi komunikasi interaksi anatar semua perserta diskusi.
d.
Menghindari respon siswa yang bersifat serentak, agar setiap
siswa secara individu dapat mengemukakan pikirannay secara bebas berdasarkan
pemahaman yang dimilikinya.
Menutup diskusi
merupakan kegiatan akhir dalam diskusi. Ada pun kegiatan-kegiatan yang harus
dilakukan oleh guru atau pemimpin diskusi dalam menutup diskusi antara lain:
a.
Membuat rangkuman sebagai kesimpulan atau pokok-pokok pikiran
yang dihasilakan dari kegiatan diskusi yang telah dilaksanakan.
b.
Menyampaikan beberapa catatan tindak lanjut dari kegiatan
diskusi yang telah dilakukan, baik dalam bentuk aplikasi maupun rencana diskusi
pada pertemuan berikutnya.
c.
Melakukan penilaian terhadap proses maupun hasil diskusi yang
telah dilakukan, seperti melalui kegiatan observasi, wawancara, skala dan lain
sebagainnya. Penilaian ini berfungsi sebagai umpan balik untuk mengetahui dan
memberi pemahaman kepada siswa terhadap peran dan partisipasinya dalam kegiatan
diskusi tersebut
SUMBER:
Machfoedz, Mahmud. 2005. Rapat dan
Presentasi Lisan yang Efektif. Yogjakarta: C.V. ANDI OFFSET
Pocker Mentor. 2008. Menyelenggarakan
Rapat. Harvard Bussiness School: Erlangga.
Robbins, Stephen P. 2007. Perilaku
Organisasi Buku 1, Jakarta: Salemba Empat
Susanto,
Pudyo. 2006. Keterampilan Membimbing Diskusi. Dalam UPT Program
Pengalaman Lapangan (Ed.), Pengajaran Mikro Berbasis Kompetensi Malang:
Universitas Negeri Malang.