“Pengertian Belajar dan
Pembelajaran Menurut Beberapa Teori,
Hakekat Belajar dan
Pembelajaran”
Resume
Di
ajukan dalam rangka melengkapi tugas individu
OLEH :
DEWI WAHYUNI (1204501)
JURUSAN ADMINISTRASI
PENDIDIKAN
FAKULTAS IlMU
PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI
PADANG
2013
Pertemuan ke 3
I.
Pengertian
Belajar dan Pembelajaran Menurut Beberapa Teori
A.
Sosial
Teori Belajar
Sosial (Social Learning) oleh Bandura menekankan bahwa kondisi lingkungan dapat
memberikan dan memelihara respon-respon tertentu pada diri seseorang. Asumsi
dasar dari teori ini yaitu sebagian besar tingkah laku individu diperoleh dari
hasil belajar melalui pengamatan atas tingkah laku yang ditampilkan oleh
individu – individu lain yang menjadi model. Bandura
menyatakan bahwa orang belajar banyak perilaku melalui peniruan, bahkan tanpa
adanya penguat (reinforcement) sekalipun yang diterima. Kita bisa meniru
beberapa perilaku hanya melalui pengamatan terhadap perilaku model, dan akibat
yang ditimbulkannya atas model tersebut.
Proses belajar
semacam ini disebut "observational learning" atau pembelajaran
melalui pengamatan. Selama jalannya Observational Learning, seseorang mencoba
melakukan tingkah laku yang dilihatnya dan reinforcement/ punishment berfungsi
sebagai sumber informasi bagi seseorang mengenai tingkah laku mereka.
Teori belajar
sosial ini menjelaskan bagaimana kepribadian seseorang berkembang melalui
proses pengamatan, di mana orang belajar melalui observasi atau pengamatan
terhadap perilaku orang lain terutama pemimpin atau orang yang dianggap
mempunyai nilai lebih dari orang lainnya. Istilah yang terkenal dalam teori
belajar sosial adalah modeling (peniruan).
B.
Konstruktivistik
Menurut
cara pandang teori konstruksivisme belajar adalah proses untuk membanguin
pengetahuan melalui pengalaman nyata dari lapangan. Artinya siswa akan cepat
memiliki pengetahuan jika pengetahuan itu dibangun atas dasar realitas yang ada
di dalam masyarakat. Evaluasi pembelajaran. Dalam teori kontruktivisme,
evaluasi tidak hanya dimaksudkan untuk mengetahui kualitas siswa dalam memahami
materi dari guru. Evaluasi menjadi saran untuk mengetahui kekurangan dan
kelebihan proses pembelajaran.
Konstruktivisme
sebagai deskripsi kognitif manusia seringkali diasosiasikan dengan pendekatan
paedagogi yang mempromosikan learning by doing. Teori ini memberikan keaktifan
terhadap manusia untuk belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan atau
teknologi, dan hal lain yang diperlakukan guna mengembangkan dirinya sendiri.
Menurut teori ini pembentukan pengetahuan terjadi sebagai hasil konstruksi
manusia atas realitas yang dihadapinya. Dalam perkembangan kemudian, teori ini
mendapat pengaruh dari disiplin psikologi terutama psikologi kognitif Piaget
yang berhubungan dengan mekanisme psikologis yang mendorong terbentuknya
pengetahuan. Menurut kaum konstruktivis, belajar merupakan proses aktif siswa
mengkostruksi pengetahuan. Proses tersebut dicirikan oleh beberapa hal sebagai
berikut:
a.
Belajar berarti membentuk makna. Makna diciptakan siswa dari
apa yang mereka lihat, dengar, rasakan, dan alami. Konstruksi makna ini
dipengaruhi oleh pengertian yang telah ia punyai.
b.
Konstruksi makna merupakan suatu proses yang berlangsung
terus-menerus seumur hidup.
c.
Belajar bukan kegiatan mengumpulkan fakta melainkan lebih
berorientasi pada pengembangan berpikir dan pemikiran dengan cara membentuk
pengertian yang baru. Belajar bukanlah hasil dari perkembangan melainkan
perkembangan itu sendiri. Suatu perkembangan yang menuntun penemuan dan
pengaturan kembali pemikiran seseorang.
d.
Proses belajar yang sebenarnya terjadi pada waktu skemata
seseorang dalam keraguan yang merangsang pemikiran lebih lanjut. Situasi
disekuilibrium merupakan situasi yang baik untuk belajar
e.
Hasil belajar dipengaruhi oleh pengalaman belajar dengan
dunia fisik dan lingkungan siswa.
f.
Hasil belajar siswa tergantung pada apa yang sudah
diketahuinya.
Berdasarkan
asumsi-asumsi tersebut dapat ditarik sebuah inferensi bahwa menurut teori
konstruktivisme belajar adalah proses mengkonstruksi pengetahuan dengan cara
mengabstraksi pengalaman sebagai hasil interaksi antara siswa dengan realitas
baik realitas pribadi, alam, maupun realitas sosial.
C.
Sibernetik
Teori belajar sibernetik merupakan teori belajar
yang relative paling baru dibandingkan dengan teori-teori lainnya. Teori ini
berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi dan ilmu informasi. Menurut
teori sibernetik, belajar adalah pengolahan informasi. Sekilas, teori ini
mempunyai kesamaan dengan teori kognitif yang mementingkan proses. Proses
memang penting dalam teori sibernetik, namun yang lebih penting lagi adalah
“system informasi” yang diproses itu. Informasi inilah yang akan menentukan
proses.
Pendapat lain dari teori sibernetik ini adalah bahwa
tidak ada satu proses belajar yang ideal untuk segala situasi, yang cocok untuk
semua siswa. Maka, sebuah informasi mungkin akan dipelajari seorang siswa
dengan satu macam proses belajar, dan informasi yang sama itu mungkin akan
dipelajari siswa yang lain melalui proses belajar yang lain.
Menurut teori sibernetik tidak ada cara belajar yang
sempurna untuk segala kondisi karena cara belajar sangat ditentukan oleh sistem
informasi. Ada tiga tahap proses pengolahan informasi dalam ingatan, yakni
dimulai dari proses penyandian informasi (encoding), diikuti dengan
penyimpanan informasi (storage), dan diakhiri dengan mengungkapkan
kembali informasi-informasi yang telah disimpan dalam ingatan (retrieval).
Tahap sibernetik sebagai teori belajar sering kali
dikritik karena lebih menekankan pada sistem informasi yang akan dipelajari,
sementara itu bagaimana proses belajar berlangsung dalam diri individu sangat
ditentukan oleh sistem informasi yang dipelajari. Teori ini memandang manusia
sebagai pengolah informasi, pemikir, dan pencipta. Berdasarkan itu, maka
diasumsikan bahwa manusia merupakan makhluk yang mampu mengolah, menyimpan, dan
mengorganisasikan informasi. Pendekatan yang berorientasi pada pengelolaan
informasi menekankan beberapa hal seperti ingatan jangka pendek (short
term memory), ingatan jangka panjang (long term memory), dan
sebagainya, yang berhubungan dengan apa yang terjadi dalam otak kita dalam
proses pengolahan informasi. Namun, menurut teori sibernetik ini, agar proses
belajar berjalan seoptimal mungkin, bukan hanya cara kerja otak kita yang perlu
dipahami, tetapi juga lingkungan yang mempengaruhi mekanisme itu pun perlu
diketahui.
Konsepsi Landa
dengan model pendekatannya yang disebut algoritmik dan heuristik mengatakan
bahwa belajar algoritmik menuntut siswa untuk berpikir skematis, tahap demi
tahap, linear, menuju pada target tujuan tertentu, sedangkan belajar heuristik
menuntut siswa untuk berpikir devergen, menyebar ke beberapa target tujuan
sekaligus. Pask dan Scott membagi siswa menjadi tipe menyeluruh/wholist, dan tipe serial/serialist. Mereka
mengatakan bahwa siswa yang bertipe
wholist cendrung mempelajari sesuatu yang paling umum menuju ke hal-hal
yang lebih khusus, sedangkan siswa yang bertipe serialist dalam berpikir akan menggunakan cara setahap demi setahap
atau linear.
II.
Hakekat
Belajar dan Pembelajaran
A.
Hakekat Belajar
Belajar adalah suatu proses yang
berlangsung di dalam diri seseorang yang mengubah tingkah lakunya, baik tingkah
laku dalam berpikir, bersikap, dan berbuat (W. Gulö, 2002: 23). Pada dasarnya
belajar merupakan tahapan perubahan prilaku siswa yang relatif positif dan
mantap sebagai hasil interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses
kognitif (syah, 2003), dengan kata lain belajar merupakan kegiatan berproses
yang terdiri dari beberapa tahap. Tahapan dalam belajar tergantung pada
fase-fase belajar, dan salah satu tahapannya adalah yang dikemukakan oleh
witting yaitu :
- Tahap
acquisition, yaitu tahapan perolehan informasi;
- Tahap
storage, yaitu tahapan penyimpanan informasi;
- Tahap
retrieval, yaitu tahapan pendekatan kembali informasi (Syah, 2003).
Definisi yang lain menyebutkan bahwa
belajar adalah sebuah proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh
sebuah perubahan tingkah laku yang menetap, baik yang dapat diamati
maupun yang tidak dapat diamati secara langsung, yang terjadi sebagai suatu hasil
latihan atau pengalaman dalam interaksinya dengan lingkungan (Roziqin, 2007:
62). Dari berbagai definisi para ahli di atas, dapat disimpulkan adanya
beberapa ciri belajar, yaitu:
- Belajar
ditandai dengan perubahan tingkah laku (change behavior).
- Perubahan
perilaku relative permanent. Ini berarti, bahwa perubahan tingkah laku
yang terjadi karena belajar untuk waktu tertentu akan tetap atau tidak
berubah-ubah.
- Perubahan
tingkah laku tidak harus segera dapat diamati pada saat proses belajar
sedang berlangsung, perubahan perilaku tersebut bersifat potensial
- Perubahan
tingkah laku merupakan hasillatihan atau pengalaman
- Pengalaman
atau latihan itu dapat memberi penguatan.
Di dalam tugas melaksanakan proses
belajar mengajar, seorang guru perlu memperhatikan beberapa prinsip belajar
berikut:
- Apa
pun yang dipelajari siswa, dialah yang harus belajar bukan orang lain.
- Setiap
siswa belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya
- Siswa
akan dapat belajar dengan baik bila mendapat penguatan langsung pada
setiap langkah yang dilakukan selama proses belajar.
- Penguasaan
yang sempurna dari setiap langkah yang dilakukan siswa akan membuat proses
belajar lebih berarti.
- Motivasi
belajar siswa akan lebih meningkat apabila ia diberikan tanggung jawab dan
kepercayaan penuh atas belajarnya.
Dari beberapa pengertian belajar
tersebut diatas, kata kunci dari belajar adalah perubahan perilaku. Dalam hal
ini, Moh Surya (1997) mengemukakan ciri-ciri dari perubahan perilaku, yaitu :
a.
Perubahan yang disadari dan disengaja (intensional).
Perubahan perilaku yang terjadi
merupakan usaha sadar dan disengaja dari individu yang bersangkutan. Begitu
juga dengan hasil-hasilnya, individu yang bersangkutan menyadari bahwa dalam
dirinya telah terjadi perubahan
b.
Perubahan yang berkesinambungan (kontinyu).
Bertambahnya pengetahuan atau
keterampilan yang dimiliki pada dasarnya merupakan kelanjutan dari keterampilan
yang telah diperoleh sebelumnya.
c.
Perubahan yang fungsional.
Setiap perubahan perilaku yang
terjadi dapat dimanfaatkan untuk kepentingan hidup individu yang bersangkutan,
baik untuk kepentingan masa sekarang maupun masa mendatang.
d.
Perubahan yang bersifat positif.
Perubahan perilaku yang terjadi
bersifat normatif dan menujukkan ke arah kemajuan.
e.
Perubahan yang bersifat aktif.
Untuk memperoleh perilaku baru,
individu yang bersangkutan aktif berupaya melakukan perubahan.
f.
Perubahan yang bersifat pemanen.
Perubahan perilaku yang diperoleh
dari proses belajar cenderung menetap dan menjadi bagian yang melekat dalam
dirinya.
g.
Perubahan yang bertujuan dan terarah.
Individu melakukan kegiatan belajar
pasti ada tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan jangka pendek, jangka menengah
maupun jangka panjang.
h.
Perubahan perilaku secara keseluruhan.
Perubahan perilaku belajar bukan
hanya sekedar memperoleh pengetahuan semata, tetapi termasuk memperoleh pula
perubahan dalam sikap dan keterampilannya. seorang guru menguasai “Teori-Teori
Belajar”. Begitu juga, dia memperoleh keterampilan dalam menerapkan
“Teori-Teori Belajar”.
B.
Hakekat Pembelajaran
Secara umum istilah belajar dimaknai
sebagai suatu kegiatan yang mengakibatkan terjadinya perubahan tingkah laku.
Dengan pengertian demikian, maka pembelajaran dapat dimaknai sebagai suatu
kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku
peserta didik berubah ke arah yang lebih baik (Darsono, 2000: 24). Adapun yang
dimaksud dengan proses pembelajaran adalah sarana dan cara bagaimana suatu
generasi belajar, atau dengan kata lain bagaimana sarana belajar itu secara
efektif digunakan. Hal ini tentu berbeda dengan proses belajar yang diartikan
sebagai cara bagaimana para pembelajar itu memiliki dan mengakses isi pelajaran
itu sendiri (Tilaar, 2002: 128).
Berangkat dari pengertian tersebut,
maka dapat dipahami bahwa pembelajaran membutuhkan hubungan dialogis yang
sungguh-sungguh antara guru dan peserta didik, dimana penekanannya adalah pada
proses pembelajaran oleh peserta didik (student of learning), dan
bukan pengajaran oleh guru (teacher of teaching) (Suryosubroto,
1997: 34). Konsep seperti ini membawa konsekuensi kepada fokus pembelajaran
yang lebih ditekankan pada keaktifan peserta didik sehingga proses yang terjadi
dapat menjelaskan sejauh mana tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan
dapat dicapai oleh peserta didik.Keaktifan peserta didik ini tidak hanya
dituntut secara fisik saja, tetapi juga dari segi kejiwaan. Apabila hanya fisik
peserta didik saja yang aktif, tetapi pikiran dan mentalnya kurang aktif, maka
kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak tercapai. Ini sama halnya dengan
peserta didik tidak belajar, karena peserta didik tidak merasakan perubahan di
dalam dirinya (Fathurrohman & Sutikno, 2007: 9).
Pembelajaran pada hakekatnya adalah
proses interaksi antara peserta didik dengan lingkungan, sehingga terjadi
perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dan tugas guru adalah
mengkoordinasikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku bagi
peserta didik. Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai usaha sadar pendidik
untuk membantu peserta didik agar mereka dapat belajar sesuai dengan kebutuhan
dan minatnya. Disini pendidik berperan sebagai fasilitator yang menyediakan
fasilitas dan menciptakan situasi yang mendukung peningkatan kemampuan belajar
peserta didik. Fungsi-fungsi pembelajaran yaitu sebagai berikut:
- Pembelajaran
sebagai system
Pembelajaran sebagai sistem terdiri
dari sejumlah komponen yang terorganisir antara lain tujuan pembelajaran ,
materi pembelajaran , strategi dan metode pembelajaran, media pembelajaran/alat
peraga , pengorganisasian kelas, evaluasi pembelajaran, dan tindak lanjut
pembelajaran (remedial dan pengayaan).
- Pembelajaran
sebagai proses
Pembelajaran sebagai proses
merupakan rangkaian upaya atau kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar,
meliputi:
- Persiapan, merencanakan program
pengajaran tahunan, semester, dan penyusunan persiapan mengajar (lesson
plan) dan penyiapan perangkat kelengkapannya antara lain alat
peraga, dan alat evaluasi, buku atau media cetak lainnya.
- Melaksanakan
kegiatan pembelajaran dengan mengacu pada persiapan pembelajaran
yang telah dibuatnya. Banyak dipengaruhi oleh pendekatan atau strategi dan
metode-metode pembelajaran yang telah dipilih dan dirancang penerapannya,
serta filosofi kerja dan komitmen guru , persepsi, dan sikapnya terhadap
siswa;
- Menindaklanjuti
pembelajaran yang telah dikelolanya. Kegiatan pasca
pembelajaran ini dapat berbentuk enrichment (pengayaan), dapat pula
berupa pemberian layanan remedial teaching bagi siswa yang berkesulitan
belajar.
Ciri-ciri pembelajaran sebagai
berikut :
- Merupakan
upaya sadar dan disengaja
- Pembelajaran
harus membuat siswa belajar
- Tujuan
harus ditetapkan terlebih dahulu sebelum proses dilaksanakan
- Pelaksanaannya
terkendali, baik isinya, waktu, proses maupun hasil
C.
Tujuan Belajar dan
Pembelajaran
I.
Tujuan Intruksional, Tujuan Pembelajaran, dan Tujuan Belajar
Guru-guru
merumuskan tujuan instruksional umum dan tujuan instruksional khusus. Tujuan
instruksional khusus juga disebut sebagai sasaran belajar siswa. Tujuan
instruksional khusus mempertimbangkan pengetahuan awal dan kebutuhan belajar
siswa. Dari segi guru tujuan instruksional dan tujuan pembelajaran merupakan
pedoman tindak mengajar dengan acuan berbeda. Tujuan instruksional (umum dan
khusus) dijabarkan dari kurikulum yang berlaku secara legal di sekolah.
Dari
segi siswa, sasaran belajar tersebut murupakan panduan belajar. Panduan belajar
tersebut harus diikuti, sebab mengisyaratkan kriteria keberhasilan belajar.
Keberhasilan belajar siswa merupakan prasyarat belajar selanjutnya.
Keberhasilan belajar siswa berarti tercapainya tujuan belajar siswa dengan
demikian merupakan tercapainya tujuan instruksional dan sekaligus tujuan
belajar bagi siswa.
II.
Siswa dan Tujuan Belajar
Siswa
dalah subjek yang terlibat dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah. Dalam
kegiatan tersebut siswa mengalami tindak mengajar, dan merespon dengan tindak
belajar. Pada umumnya semula siswa belum menyadari pentingnya belajar. Berkat
informasi guru tentang sasaran belajar, maka siswa mengetahui apa dan arti
bahan belajar beginya. Siswa mengalami suatu proses belajar. Dalam proses
belajar tersebut siswa menggunakan kemampuan mentalnya untuk mempelajari bahan
belajar. Kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, psikomotor yang dibelajarkan
dengan bahan belajar menjadi semakin rinci dan menguat. Adanya informasi
tentang sasaran belajar, adanya penguatan-penguatan, adanya evaluasi dan
keberhasikan belajar, menyebabkan siswa semakin sadar akan kemampuan dirinya.
Banyak pengertian yang diberikan para
ahli pembelajaran tentang tujuan pembelajaran, yang satu sama lain memiliki
kesamaan disamping ada perbedaan sesuai dengan sudut pandang garapannya. Robert
F. Mager (1962) misalnya memberikan pengertian tujuan pembelajaran sebagai
tujuan perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat dikerjakan oleh siswa pada
kondisi dan tingkat kompetensi tertentu. Pengertian kedua dikemukakan oleh
Edwar L. Dejnozka dan David E. Kapel (1981), juga Kemp (1977) yang memandang
bahwa tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan
dalam perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisna untuk
menggambrkan hasil belajar yang diharapakan. Perilaku ini dapat berupa fakta
yang samar. Definisi ke tiga dikemukakan oleh Fred Percival dan Henry Ellington
(1984) yakni tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang jelas dan
menunjukan penampilan atau keterampilan siswa tertentu yang diharapkan dapat
dicapai sebagai hasil belajar.
III.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi Pembelajaran
Faktor-faktor
yang mempengaruhi pembelajaran adalah sebagai berikut :
1. Faktor
Kecerdasan
Yang
dimaksud dengan kecerdasan ialah kemampuan seseorang untuk melakukan kegiatan
berfikir yang bersifatnya rumit dan abstrak. Tingkat kecerdasan dari
masing-masing tidak sama. Ada yang tinggi, ada yang sedang dan ada pula yang
rendah. Orang yang tingkat kecerdasannya tinggi dapat mengolah gagasan yang
abstrak, rumit dan sulit dilakukan dengan cepat tanpa banyak
kesulitan-kesulitan dibandingkan dengan orang yang kurang cerdas. Orang yang
cerdas itu dapat memikirkan dan mengerjakan lebih banyak, lebih cepat dengan
tenaga yang relatif sedikit. Kecerdasan adalah suatu kemapuan yang dibawa dari
lahir sedangkan pendidikan tidak dapat meningkatkannya, tetapi hanya dapat mengembangkannya.
Namun hal ini tingginya kecerdasan seseorang bukanlah suatu jaminan bahwa ia
akan berhasil menyelesaikan pendidikan dengan baik, karena keberhasilan dalam
belajar bukan hanya ditentukan oleh kecerdasan saja tetapi juga oleh
faktor-faktor lainnya.
2. Faktor
Belajar
Yang
dimaksud dengan faktor belajar adalah semua segi kegiatan belajar, misalnya
kurang dapat memusatkan perhatian kepada pelajaran yang sedang dihadapi, tidak
dapat menguasai kaidah yang berkaitan sehingga tidak dapat membaca seluruh
bahan yang seharusnya dibaca. Termasuk di sini kurang menguasai cara-cara
belajar efektif dan efisien.
3. Faktor
Sikap
Banyak
pengaruh faktor sikap terhadap kegiatan dan keberhasilan siswa dalam belajar.
Sikap dapat menentukan apakah seseorang akan dapat belajar dengan lancar atau
tidak, tahan lama belajar atau tidak, senang pelajaran yang di hadapinya atau
tidak dan banyak lagi yang lain. Diantara sikap yang dimaksud di sini
adalah minat, keterbukaan pikiran, prasangka atau kesetiaan. Sikap yang positif
terhadap pelajaran merangsang cepatnya kegiatan belajar.
4. Faktor Kegiatan
Faktor
kegiatan ialah faktor yang ada kaitannya dengan kesehatan, kesegaran jasmani
dan keadaan fisik seseorang. Sebagaimana telah diketahui, badan yang tidak
sehat membuat konsentrasi pikiran terganggu sehingga menganggu kegiatan
belajar.
5. Faktor Emosi dan
Sosial
Faktor
emosi seperti tidak senang dan rasa suka dan faktor sosial seperti persaingan
dan kerja sama sangat besar pengaruhnya dalam proses belajar. Ada diantara
faktor ini yang sifatnya mendorong terjadinya belajar tetapi ada juga yang
menjadi hambatan terhadap belajar efektif.
6. Faktor Lingkungan
Yang
dimaksud faktor lingkungan ialah keadaan dan suasana tempat seseorang belajar.
Suasana dan keadaan tempat belajar itu turut juga menentukan berhasil atau
tidaknya kegiatan belajar. Kebisingan, bau busuk dan nyamuk yang menganggu pada
waktu belajar dan keadaan yang serba kacau di tempat belajar sangat besar
pengaruhnya terhadap keberhasilan belajar. Hubungan yang kurang serasi dengan
teman dapat menganggu kosentrasi dalam belajar.
7. Faktor Guru
Kepribadian
guru, hubungan guru dengan siswa, kemampuan guru mengajar dan perhatian guru
terhadap kemampuan siswanya turut mempengaruhi keberhasilan belajar. Guru yang
kurang mampu dengan baik dalam mengajar dan yang kurang menguasai bahan yang
diajarkan dapat menimbulkan rasa tidak suka kepada yang diajarkan dan kurangnya
dorongan untuk menguasainya dipihak siswa. Sebaliknya guru yang pandai mengajar
yang dapat menimbulkan pada diri siswa rasa menggemari bahan yang diajarkannya
sehingga tanpa disuruh pun siswa banyak menambah pengetahuannya dibidang itu
dengan membaca buku-buku, majalah dan bahan cetak lainnya. Guru dapat juga
menimbulkan semangat belajar yang tinggi dan dapat juga mengendorkan keinginan
belajar yang sungguh-sungguh. Siswa yang baik berusaha mengatasi kesulitan ini
dengan memusatkan perhatian kepada bahan pelajaran, bukan kepada kepribadian
gurunya.
IV.
Hubungan anatara
belajar dan Pembelajaran
Belajar merupakan
suatu kegiatan yang tak terpisahkan dalam kehidupan manusia. Sejak lahir
manusia telah melakukan kegiatan belajar untuk memenuhi kebutuhan sekaligus
mengembangkan dirinya. Karena belajar adalah suatu proses perubahan tingkah
laku pada individu khususnya siswa menuju arah yang lebih baik. Perubahan
tersebut tidak hanya pada aspek pengetahuan atau kognitif saja tetapi juga
meliputi aspek sikap dan nilai (afektif) serta keterampilan (psikomotor).
Belajar juga merupakan sarana untuk mengoptimalkan potensi yang dimiliki oleh
siswa. Pengoptimalisasian potensi ini dapat dilakukan dengan pembelajaran.
Pembelajaran mengkondisikan siswa dengan guru dan sumber belajar pada suatu
lingkungan belajar.
Pada hakekatnya
belajar adalah proses interaksi terhadap semua situasi yang ada di sekitar
individu. Belajar itu sendiri ditandai dengan adanya perubahan
tingkah laku.Menurut Gagne dan Briggs (1988), perubahan tingkah laku dalam
proses belajar menghasilkan aspek perubahan seperti kemampuan membedakan,
konsep kongkrit, konsep terdefinisi, nilai, nilai/aturan tingkat tinggi,
strategi kognitif, informasi verbal, sikap, dan keterampilan
motorik. Misalnya, sebelum belajar mereka kurang begitu terampil, dan
setelah belajar mereka menjadi sangat terampil, dan sebagainya.
Belajar
merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang berlangsung sejak lahir
hingga akhir hayat, dalam belajar terjadi adanya perubahan tingkah laku yang
bersifat relatif permanen, hasil belajar ditunjukan dengan tingkah laku,dalam
belajar ada aspek yang berperan yaitu motivasi, emosional, sikap,dan yang
lainnya. Unsur utama dalam belajar adalah individu sebagai peserta belajar,
kebutuhan sebagai sumber pendorong, situasi belajar, yang memberikan
kemungkinan terjadinya kegiatan belajar.
Pembelajaran dapat
didefinisikan sebagai suatu sistem atau proses membelajarkan peserta
didik/pembelajar yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan dievaluasi
secara sistematis agar peserta didik/pembelajar dapat mencapai
tujuan-tujuan pembelajaran secara efektif dan
efisien. Jika pembelajaran dianggap sebagai suatu system, maka
berarti pembelajaran terdiri dari sejumlah komponen yang terorganisir
antara lain tujuan pembelajaran, materi
pembelajaran, strategi dan metode pembelajaran, media
pembelajaran/alat peraga, pengorganisasian kelas,evaluasi pembelajaran, dan
tindak lanjut pembelajaran. Sebaliknya bila pembelajaran dianggap
sebagai suatu proses, maka pembelajaran merupakan rangkaian upaya atau
kegiatan guru dalam rangka membuat siswa belajar.
Pembelajaran dan
belajar merupakan dua kegiatan yang tidak dapat dipisahkan dan saling
mempengaruhi karena belajar merupakan salah satu bagian dari kegiatan
pembelajaran, sedangkan pembelajaran itu sendiri merupakan usaha untuk
menciptakan pengalaman belajar pada siswa karena pembelajaran pada
hakekatnya adalah proses interaksi antara siswa dengan lingkungan, sehingga
terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dan tugas guru adalah
mengkoordinasikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan perilaku
pada siswa dan menciptakan situasi yang mendukung peningkatan kemampuan belajar
siswa.
Jadi belajar dan
pembelajaran memiliki hubungan yang sangat erat dan keduanya tidak dapat
dipisahkan dari dunia pendidikan. Balajar merupakan proses yang dilakukan
manusia untuk mendapatkan aneka ragam kemampuan (competencies), keterampilan
(skills), dan sikap (attitudes). Sedangkan pembelajaran merupakan kegiatan yang
dilakukan untuk memfasilitasi dan mendukung guna meningkatkan intensitas dan
kualitas belajar peserta didik. Dengan kata lain, kegiatan pembelajaran
bertujuan untuk mengoptimalkan potensi pada siswa. Dan belajar merupakan proses
yang dilakukan untuk mengoptimalkan potensi tersebut.
Sumber:
Nirwana,
Herman dkk. 2008. Bahan Ajar Belajar dan Pembelajaran. Padang: UNP Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar