23 Februari 2015

DEPARTEMEN KEROHANIAN

Departemen Kerohanian merupakan departemen yang membidangi kegiatan rohani maupun sosial yang berhubungan dengan kesejahteraan mahasiswa. Tujuan dari Departemen ini untuk membentuk pribadi yang senantiasa beriman, bertaqwa kepada Allah SWT serta memiliki budi pekerti dengan prinsip kebersamaan dalam rangka menciptakan rasa kekeluargaan.

Deskripsi HMJ AP FIP UNP

Himpunan Mahasiswa Jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang merupakan organisasi dalam lingkup jurusan. Organisasi ini bertujuan untuk mengembangkan potensi mahasiswa jurusan Administrasi Pendidikan dalam bidang akademik maupun ekstrakurikuler.
Keanggotaan HMJ AP FIP UNP merupakan seluruh mahasiswa jurusan Administrasi Pendidikan. Keanggotaan HMJ AP FIP UNP ini sesuai dengan Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) HMJ AP FIP UNP

DEPARTEMEN MINAT DAN BAKAT

Tugas pokok Departemen Minat dan Bakat yaitu :
Bertanggung jawab terhadap segala bentuk pengembangan minat dan bakat mahasiswa Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UNP, Terutama dalam pengembangan potensi mahasiswa di bidang olahraga dan seni, mewujudkan segala sesuatu yang berhubungan dengan nilai-nilai sportivitas dan kreativitas mahasiswa, serta mempererat tali kekeluargaan di antara civitas  HMJ AP FIP UNP.

14 Februari 2015

Beasiswa Van Deventer-Maas Stichting (VDMS) 2015-2016


Diberitahukan kepada mahasiswa Universitas Negeri Padang, informasi pendaftaran dan seleksi beasiswa Van Deventer-Maas Stichting (VDMS) tahun akademik 2015/2016 sebagai berikut :

1.      Jadwal pendaftaran mulai dari tanggal 10 Februari s.d. 10 Maret 2015.
2.      Pendaftaran dilakukan secara online di alamat www.vdmsdata.org/ers
3. Kode Universitas dapat diakses di alamat www.vandeventermaas.org/en/grants
4.      IPK minimal 3,00 (tiga koma nol nol)
5.     Bagi mahasiswa dengan jenjang program studi S1 minimal telah duduk di semester II (dua) dan maksimal semester VI (enam).
6.    Bagi mahasiswa dengan jenjang program studi D3 minimal telah duduk di semester II (dua) dan maksimal semester IV (empat).
7. Jangka waktu pemberian beasiswa maksimal sampai semester VIII (delapan) untuk jenjang program studi S1 dan untuk jenjang program studi D3 maksimal sampai semester VI (enam)
8. Penerima beasiswa VDMS akan mendapatkan support terbaik dari VDMS berupa :
a.   Bantuan biaya hidup sebesar Rp 420.000 (empat ratus dua puluh ribu rupiah) per bulan.
b.      Bonus kelulusan
c.       Bonus TOEFL
d.  Kegiatan Capacity Building seperti Leadership ConferenceStart a BussinessRegional Meeting, dan kegiatan lainnya bagi mahasiswa penerima beasiswa VDMS terbaik.
e.  Student Monitoring System dan Coaching, bantuan konseling bagi mahasiswa penerima VDMS yang memiliki permasalahan dalam perkuliahan.
f.  Apabila mahasiswa penerima VDMS telah menamatkan perkuliahan, mahasiswa tersebut akan tergabung dalam forum alumni VDMS se-Indonesia.
9.      Melengkapi dokumen persyaratan sebagai berikut :
a.      Surat keterangan kurang mampu (SKTM) dari kelurahan.
b.      Surat keterangan penghasilan orangtua dari kelurahan.
c.       LHS semester Juli-Desember 2014 dan Historis nilai.
d.     Fotokopi Kartu Tanda Mahasiswa (KTM), Kartu Tanda Penduduk (KTP), rekening listrik.
e.      Fotokopi Kartu Keluarga.
f.        Fotokopi rekening bank yang masih aktif dan atas nama sendiri.
g.    Membuat sebuah motivation letter atau essay yang ditulis dengan kata-kata sendiri (bukan salinan/copy-paste dari internet) yang memuat :
·         Biodata pribadi, keluarga, studi, kegiatan sosial, dan penghargaan yang pernah diterima.
·         Mengapa VDMS harus memilih Saudara sebagai penerima beasiswa VDMS?
·         Apa manfaat yang ingin Saudara peroleh setelah menjadi penerima beasiswa VDMS?
·         Apa kegiatan sosial yang ingin Saudara lakukan sebagai penerima beasiswa VDMS.
Motivation letter atau essay tersebut minimal 1,5 (satu koma lima) halaman kertas ukuran A4, Jenis huruf Times Now Roman, ukuran huruf  11 (sebelas), dan spasi  1 (satu).
10.  Mohon dengan cermat mengikuti setiap tahapan seleksi. Apabila ada pertanyaan silahkan konfirmasi atau menghubungi :
a.      Person in Charge (PIC) VDMS Universitas Negeri Padang, Bapak Arif Boy Wilson di bagian Kemahasiswaan BAAK Universitas Negeri Padang, No. telepon 081267380607 (hari Senin s.d. Kamis pukul 08.00 s.d. 16.00 WIB, hari Jum’at pukul 08.00 s.d. 14.30 WIB), Email : arifboywilson@gmail.com atau abwilson@baak.unp.ac.id.
b.      VDMS Call Center,  line telephone di 0858-8892-7960 (hari Senin s.d. Jum’at : 09.00-17.00 WIB), email : deventer@cbn.net.idWebsite www.vandeventermaas.org, Twitter : @vandeventermaas
Demikianlah pengumuman ini, atas perhatian Saudara, disampaikan terima kasih.
Kepala Bagian Kemahasiswaan

small group discussion

jreng...jreng..jreng...
ada informasi terbaru ni untuk Bp 13 dan Bp 14...
Bagi adek-adek dan rekan-rekan Bp 13 dan Bp 14 yang ingin belajar kelompok dan sharing mengenai mata kuliah yang terkendala silahkan menghubungi kakak-kakak dari penakel dan jadwalnya bisa disesuaikn dengan jadwal kuliah....di tunggu yaaaa.....

Teori dan Analisis Sistem“Pengertian, Komponen, Tujuan dan Karakteristik Sistem”

“Pengertian, Komponen, Tujuan dan Karakteristik Sistem”
Resume
Di ajukan dalam rangka melengkapi tugas individu
M.K  Teori dan Analisis Sistem

Oleh
Dewi Wahyuni
1204501/2012

Dosen  : Prof. Dr Nurhizrah Gistituati, M. Ed.
Seksi   : 73959

JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN
FAKULTAS IlMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2014
Konsep Dasar Sistem
Istilah sistem berasal dari istilah yunani “systema” yang mengandung arti keseluruhan (a whole) yang tersusun dari sekian banyak bagian; berarti pula hubungan yang berlangsung diantara satuan-satuan atau komponen secara teratur.
Pengertian sistem menurut para ahli diantaranya yaitu:
*      Johnson, Kast, dan Rosenzweig
Menyatakan sistem adalah “Suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks atau terorganisir; suatu himpunan atau perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yang membentuk suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks atau utuh”.
*      Campbell (1979:3)
Menyatakan bahwa “Sistem itu merupakan himpunan komponen atau bagian yang saling berkaitan yang bersama-sama berfungsi untuk mencapai sesuatu tujuan”.
*      Elias M. Awad (1979:4)
Menyatakan bahwa “Sistem merupakan sehimpunan komponen atau sub sistem yang terorganisasikan dan berkaitan sesuai dengan rencana untuk mencapai sesuatu tujuan tertentu”.
*      Lunberg
Menyatakan bahwa “Sistem merupakan bagian-bagian  yang saling berkaitan itu berada di dalam suatu lingkungan yang sedikit banyak bersifat rumit”, dan “bagian-bagian tersebut melakukan kegiatan yang mempunyai pola yang teratur (tidak sembarangan)”.
*      Geoffrey Gordon (1987)
Mendefenisikan sistem sebagai suatu agregasi atau kumpulan obyek-obyek yang terangkai dalam interaksi dan saling bergantungan yang teratur.
*      C. West Churcman
Defenisi sistem adalah “tersusun dari sekumpulan komponen yang bergerak bersama-sama untuk mencapai tujuan keseluruhan, tujuan bersama, atau tujuan sistem tersebut”
*      Ludwig Von Bertalanffy (1940)
Memberikan pengertian Sistem sebagai suatu set elemen-elemen yang berada dalam keadaan yang saling berhubungan. Jika dimisalkan bahwa elemen-elemen adalah p yang berada dalam himpunan relasi-relasi R, maka perilaku sebuah elemen p dalam relasi R akan berbeda dengan perilakunya jika elemen p tersebut berada dalam relasi R. jika perilaku-perilaku dalam R tidak berbeda dengan R’, maka tidak dapat dikatakan ada interaksi, dan itu berartibahwa elemen-elemen berperilaku secar tidak bergantungan satu sama lain, dalam hubungannya denagn himpunan relasi-relasi R dan R’.
*      Schmid dan Taylor (1970)
“Sistem adalah suatu kumpulan komponen-komponen yang berinteaksi dan beraksi antar atribut komponen-komponen untuk mencapai suatu akhir yang logis”.
*      Menurut Kamus Webster (Webster third New International Dictionari)
Memberikan pengertian tentang sistem sebagai satu kesatuan yang komplek yang ditentukan oleh bagian-bagian yang berbeda-beda yang masing-masing terikat pada rencana yang sama atau berkontribusi untuk mencapai tujuan yang sama.
Jadi, pengertian secara lengkap mengenai sistem adalah sehimpunan unsur yang melakukan sesuatu kegiatan atau menyusun skema atau tatacara melakukan sesuatu kegiatan pemrosesan untuk mencapai sesuatu atau beberapa tujuan, dan hal ini di lakukan dengan cara mengolah data dan atau energi dan atau barang (benda) didalam jangka waktu tertentu guna menghasilkan informasi dan atau energi dan atau barang (benda).
Komponen dan Tujuan Sistem
A.     Komponen-Komponen Sistem
Ada beberapa komponen yang membentuk sebuah sistem, yaitu : tujuan, masukan, proses, keluaran, batas, mekanisme pengendalian dan umpan balik serta lingkungan. Berikut penjelasan mengenai elemen-elemen yang membentuk sebuah sistem :
*      Tujuan
Setiap sistem memiliki tujuan (Goal), entah hanya satu atau mungkin banyak. Tujuan inilah yang menjadi pemotivasi yang mengarahkan sistem. Tanpa tujuan, sistem menjadi tak terarah dan tak terkendali. Tentu saja, tujuan antara satu sistem dengan sistem yang lain berbeda.
*      Masukan
Masukan (input) sistem adalah segala sesuatu yang masuk ke dalam sistem dan selanjutnya menjadi bahan yang diproses. Masukan dapat berupa hal-hal yang berwujud (tampak secara fisik) maupun yang tidak tampak. Contoh masukan yang berwujud adalah bahan mentah, sedangkan contoh yang tidak berwujud adalah informasi (misalnya permintaan jasa pelanggan).
*      Proses
Proses merupakan bagian yang melakukan perubahan atau transformasi dari masukan menjadi keluaran yang berguna dan lebih bernilai, misalnya berupa informasi dan produk, tetapi juga bisa berupa hal-hal yang tidak berguna, misalnya saja sisa pembuangan atau limbah. Pada pabrik kimia, proses dapat berupa bahan mentah. Pada rumah sakit, proses dapat berupa aktivitas pembedahan pasien.
*      Keluaran
Keluaran (output) merupakan hasil dari pemrosesan. Pada sistem informasi, keluaran bisa berupa suatu informasi, saran, cetakan laporan, dan sebagainya.
*      Batas
Yang disebut batas (boundary) sistem adalah pemisah antara sistem dan daerah di luar sistem (lingkungan). Batas sistem menentukan konfigurasi, ruang lingkup, atau kemampuan sistem. Sebagai contoh, tim sepakbola mempunyai aturan permainan dan keterbatasan kemampuan pemain. Pertumbuhan sebuah toko kelontong dipengaruhi oleh pembelian pelanggan, gerakan pesaing dan keterbatasan dana dari bank. Tentu saja batas sebuah sistem dapat dikurangi atau dimodifikasi sehingga akan mengubah perilaku sistem. Sebagai contoh, dengan menjual saham ke publik, sebuah perusahaan dapat mengurangi keterbasatan dana.
*      Mekanisme Pengendalian dan Umpan Balik
Mekanisme pengendalian (control mechanism) diwujudkan dengan menggunakan umpan balik (feedback), yang mencuplik keluaran. Umpan balik ini digunakan untuk mengendalikan baik masukan maupun proses. Tujuannya adalah untuk mengatur agar sistem berjalan sesuai dengan tujuan.
*      Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada diluar sistem. Lingkungan bisa berpengaruh terhadap operasi sistem dalam arti bisa merugikan atau menguntungkan sistem itu sendiri. Lingkungan yang merugikan tentu saja harus ditahan dan dikendalikan supaya tidak mengganggu kelangsungan operasi sistem, sedangkan yang menguntungkan tetap harus terus dijaga, karena akan memacu terhadap kelangsungan hidup sistem.
*      Interface (Penghubung Sistem)
Penghubung merupakan media perantara antar sub sistem. Melalui penghubung ini memungkinkan sumber-sumber daya mengalir dari satu subsistem ke subsistem lainnya. Output dari satu sub sistem akan menjadi input untuk subsistem yang lainnya dengan melalui penghubung. Dengan penghubung satu subsistem dapat berinteraksi dengan sub sistem yang lainnya membentuk satu kesatuan.
*      Homeostatis
Adalah suatu proses dimana sekelompok regulator(pengatur) bertindak untuk memelihara suatu keadaan tenang atau stabil diantara komponen-komponen sistem.

*      Equlibrium
Adalah keadaan seimbang yang terjadi apabila bagian-bagian dari sistem memelihara suatu hubungan yang konsisten satu sama lain sehingga tidak ada bagian yang berubah posisi.
B.     Tujuan Sistem
Satu sistem bisa mempunyai tujuan yang banyak sekali dan bisa juga satu tujuan yang sama merupakan tujuan banyak sistem. Secara umum tujuan sistem itu adalah menciptakan atau mencapai sesuatu yang berharga, sesuatu yang mempunyai nilai, entah apa wujudnya dan apa ukuran bernilai atau berharganya itu. Penciptaan atau pencapaiaan sesuatu yang bernilai itu dilakukan dengan memadukan dan mendayagunakan berbagai macam bahan dengan sesuatu cara tertentu.
Contohnya manusia adalah sistem yang memiliki tujuan. Untuk mencapai tujuan manusia perlu mendayagunakan berbagai macam bahan yang ada di sekitarnya seperti makanan dan minuman, pakaian, dan lain-lain. Tujuan dari memadukan bahan-bahan tersebut adalah untuk kelestarian hidup dan kesehatan, kepuasan diri, kekuatan fisik dan laian-lain. Jadi, sistem itu mempunyai tujuan ganda. Dari sekian banyak tujuan sistem tersebut, mungkin salah satunya merupakan tujuan yang terpenting, tujuan yang paling mendasar atau yang mendapatkan prioritas untuk di capai terlebih dahulu. 
Tolak ukur dalam menentukan prioritas suatu tujuan menurut Shrode dan Voich (1974:125) ialah mutu atau kualitasnya, banyaknya atau kuantitasnya, waktu dan biaya.
Karakteristik-Karakteristik Sistem
Elias M. Awad (1979:5-8) menyebutkan ciri-ciri sistem yaitu:
ü  Sistem bersifat terbuka. Boleh dikatakan dalam kenyataan tidak ada sistem yang benar-benar tertutup. Suatu sistem dikatakan terbuka jika berinteraksi dengan lingkungannya.
ü  Suatu sistem terdiri dari dua atau lebih sub sistem. Dan setiap sub sistem terdiri lagi dari sub sistem yang lebih kecil, begitu seterusnya.
ü  Diantara sub sistem-sub sistem itu terdapat saling ketergantungan, satu sama lain saling memerlukan.
ü  Suatu sistem mempunyai kemampuan untuk dengan sendirinya menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
ü  Sistem itu juga mempunyai kemampuan untuk mengatur diri sendiri.
ü  Sistem mempunyai tujuan atau sasaran.
William A. Shrode dan Voich menyebutkan ciri-ciri sistem yaitu:
ü  Sistem itu mempunyai tujuan sehingga perilaku atau kegiatannya mengarah pada tujuan tersebut.
ü  Suatu sistem merupakan suatu keseluruhan yang bulat dan utuh.
ü  Sistem itu memiliki sifat terbuka.
ü  Suatu sistem mempunyai atau melakukan kegiatan transformasi, kegiatan mengubah sesuatu menjadi sesuatu yang lain.
ü  Dalam sistem terdapat saling kaitan.
ü  Sistem mempunyai mekanisme kontrol.
Secara garis besar dapat di simpulkan ciri-ciri sistem yaitu:
ü  Setiap sistem mempunyai tujuan.
ü  Setiap sistem mempunyai batas (boundaries).
ü  Sistem bersifat terbuka.
ü  Suatu sistem terdiri-dari beberapa sub sistem, komponen, atau elemen.
ü  Merupakan satu kebulatan yang utuh dan padu.
ü  Saling berhubungan dan saling ketergantungan.
ü  Setiap sistem melakukan kegiatan atau proses transformasi.
ü  Di dalam setiap sistem terdapat mekanisme kontrol.
ü  Kemampuan mengatur diri sendiri dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara otomatik.







Sumber:
Amirin, Tatang M. 1992. Pokok-Pokok Teori Sistem. Jakarta: Rajawali.



Kepemimpinan"Pendekatan dan Teori Kontingensi"

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Seiring perkembangan zaman, kepemimpinan secara ilmiah mulai berkembang bersamaan dengan pertumbuhan manajemen ilmiah yang lebih dikenal dengan ilmu tentang memimpin. Hal ini terlihat dari banyaknya literatur yang mengkaji tentang kepemimpinan dengan berbagai sudut pandang atau perspektifnya. Kepemimpinan tidak hanya dilihat dari baik saja, akan tetapi dapat dilihat dari penyiapan sesuatu secara  berencana dan dapat melatih calon-calon pemimpin.
Sejarah timbulnya kepemimpinan, sejak nenek moyang dahulu kala, kerjasama dan saling melindungi telah muncul bersama-sama dengan peradapan manusia. Kerjasama tersebut muncul pada tata kehidupan sosial masyarakat atau kelompok-kelompok manusia dalam rangka untuk mempertahankan hidupnya menentang kebuasan binatang dan menghadapi alam sekitarnya. Berangkat dari kebutuhan bersama tersebut, terjadi kerjasama antar manusia dan mulai unsur-unsur kepemimpinan.
Orang yang ditunjuk sebagai pemimpin dari kelompok tersebut ialah orang-orang yang paling kuat dan pemberani, sehingga ada aturan yang disepakati secara bersama-sama misalnya seorang pemimpin harus lahir dari keturunan bangsawan, sehat, kuat, berani, ulet, pandai, mempunyai pengaruh dan lain-lain. Hingga sampai sekarang seorang pemimpin harus memiliki syarat-syarat yang tidak ringan, karena pemimpin sebagai ujung tombak kelompok.
Kepemimpinan atau leadership merupakan ilmu terapan dari ilmu-ilmu social, sebab prinsip-prinsip dan rumusannya diharapkan dapat mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan manusia (Moejiono, 2002). Ada beberapa pendekatan, teori, dan gaya atau tipe kepemimpinan, yang mana setiap pendekatan, teori, dan gaya atau tipe kepemimpinan tersebut memiliki perbedaannya masing-masing.
Oleh karena itu, Pemakalah akan membahas materi tentang pendekatan dan teori kontingensi yang didalamnya mencakup model fiedler, model house’s path-goal, model vroom-yetton dan model kepemimpinan situasi.



B.     Rumusan Masalah
1.      Jelaskan Model Kepemimpinan Fiedler ?
2.      Jelaskan Model Kepemimpinan House’s Path-Goal ?
3.      Jelaskan Model Kepemimpinan Vroom-Yetton ?
4.      Jelaskan Model Kepemimpinan Situasi ?
C.    Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan ini adalah pembaca dapat mengetahui tentang  “Pendekatan dan Teori Kontingensi”.
D.    Tujuan Penulisan
Makalah bertujuan Agar pembaca dapat manambah wawasan dan memahami persoalan tentang “Pendekatan dan Teori Kontingensi” yang berdasarkan masalah dalam makalah, tujuan makalah yaitu :
1.      Mengetahui penjelasan mengenai Model Kepemimpinan Fiedler.
2.      Mengetahui penjelasan mengenai Model Kepemimpinan House’s Path-Goal.
3.      Mengetahui penjelasan mengenai  Model Kepemimpinan Vroom-Yetton.
4.      Mengetahui penjelasan mengenai  Model Kepemimpinan Situasi.












BAB II
PEMBAHASAN
A.    Model Fiedler
Model ini dikembangkan oleh Fiedler, model kontingensi dari efektivitas kepemimpinan memiliki dalil bahwa prestasi kelompok tergantung pada interaksi antara gaya kepemimpinan dan situasi yang mendukung. Kepemimpinan dilihat sebagai suatu hubungan yang didasari oleh kekuatan dan pengaruh.
Fiedler memberikan perhatian mengenai pengukuran orientasi kepemimpinan dari seorang individu. Ia mengembangkan Least-Preferred Co-Worker (LPC) Scale untuk mengukur dua gaya kepemimpinan:
1.      Gaya yang berorientasi tugas, yang mementingkan tugas.
2.      Gaya berorientasi hubungan, yang mementingkan hubungan kemanusiaan.
                        Sedangkan kondisi situasi terdiri dari dua faktor utama yaitu:
1.      Hubungan pemimpin-anggota, yaitu derajat baik atau buruknya hubungan antara pemipin dan bawahan.
2.      Struktur tugas, yaitu derajat tinggi atau rendahnya strukturisasi, standardisasi dan rincian tugas pekerjaan.
Kekuasaan posisi, yaitu derajat kuat atau lemahnya kewenangan dan pengaruh pemimpin atas variabel-variabel kekuasaan, seperti memberikan penghargaan dan mengenakan sanksi.
Situasi akan menyenangkan pemimpin apabila kedua dimensi diatas mempunyai derajat yang tinggi. Dengan kata lain situasi akan menyenangkan jika:
1.      Pemimpin diterima oleh para pengikutnya.
2.      Tugas-tugas dan semua yang berhubungan dengannya ditentukan secara jelas.
3.      Penggunaan otoritas dan kekuasaan secara formal diterapkan pada posisi pemimpin.
Jika situasi yang terjadi sebaliknya maka terjadi hal yang tidak menyenangkan bagi pemimpin.


B.     Model House’s Path-Goal
Path-Goal Theory atau model arah tujuan ditulis oleh House (1971) menjelaskan kepemimpinan sebagai keefektifan pemimpin yang tergantung dari bagaimana pemimpin memberi pengarahan, motivasi, dan bantuan untuk pencapaian tujuan para pengikutnya. Path-Goal Theory, berpendapat bahwa efektifitas pemimpin ditentukan oleh interaksi antara tingkah laku pemimpin dengan karakteristik situasi (House 1971).
Tujuan jalan-teori ini adalah kerangka kerja yang bermanfaat untuk memahami dampak dari perilaku pemimpin pada kepuasan dan semangat kerja karyawan. Path-teori Tujuan menawarkan wawasan yang berguna yang akan membantu dalam mengarahkan perilaku para manajer dalam situasi yang berbeda.
Path-goal theory, juga dikenal sebagai path-goal theory of leader effectiveness atau path-goal model adalah teori kepemimpinan dalam bidang studi organisasi yang dikembangkan oleh Robert House, seorang lulusan Universitas Negeri Ohio, pada tahun 1971 dan direvisi pada 1996. Theory ini menyatakan bahwa perilaku seorang pemimpin adalah kontingen dengan kepuasan, motivasi dan kinerja anak buahnya.
Versi revisi juga berpendapat bahwa pemimpin terlibat dalam perilaku yang melengkapi kemampuan bawahan dan mengkompensasi kekurangan. Faktor-faktor situasional juga menentukan efek dari perilaku pemimpin. Ini adalah karakteristik pribadi para pekerja, dan tekanan lingkungan yang pekerja harus mengatasi untuk mencapai tujuan mereka.
Tujuan Path-teori menyatakan bahwa perilaku pemimpin akan dapat diterima oleh pekerja hanya sejauh bahwa mereka melihat perilaku seperti memuaskan kebutuhan dan keinginan mereka. Dan semakin tinggi kemampuan pekerja untuk melaksanakan tugas, semakin sedikit pekerja akan menerima pembinaan dari pemimpin. Lingkungan terdiri dari faktor yang tidak berada dalam jangkauan kontrol pekerjaan secara langsung.
Teori Path-Goal menyatakan bahwa upaya yang dilakukan pemimpin untuk menerapkan kontrol yang ketat akan menyebabkan ketidakpuasan pekerja. Semakin banyak pekerja akan membenci setiap upaya oleh pemimpin untuk menegakkan kepatuhan terhadap peraturan dan prosedur organisasi. Perilaku seorang pemimpin akan menjadi motivasi, sejauh itu membantu para pekerja menghadapi tekanan dan masalah yang dijumpai dalam pekerjaan dan lingkungan kerja. Ketika tuntutan tugas yang ambigu, pemimpin harus memberikan bimbingan yang diperlukan untuk para pekerja. Kepemimpinan berorientasi prestasi akan memotivasi para pekerja untuk berjuang untuk standar yang lebih tinggi, dan mereka akan memiliki keyakinan yang lebih besar dalam kemampuan mereka untuk memenuhi tujuan.
Path-tujuan theory mengasumsikan bahwa para pemimpin yang fleksibel adalah mereka yang dapat mengubah gaya kepemimpinan mereka, sebagai dalam situasi yang diperlukan. Menurut House, tingkah laku pemimpin dapat dikelompokkan dalam 4 kelompok:
1.      Supportive leadership (menunjukkan perhatian terhadap kesejahteraan bawahan dan menciptakan iklim kerja yang bersahabat).
2.      Directive leadership (mengarahkan bawahan untuk bekerja sesuai dengan peraturan, prosedurdan petunjuk yang ada).
3.      Participative leadership (konsultasi dengan bawahan dalam pengambilan keputusan).
4.      Achievement-oriented leadership (menentukan tujuan organisasi yang menantang dan menekankan perlunya kinerja yang memuaskan).
C.    Model Vroom-Yetton
Salah satu tugas utama dari seorang pemimpin adalah membuat keputusan. Karena keputusan-keputusan yang diambil para pemimpin berdampak kepada para bawahan mereka, maka jelas bahwa komponen utama dari efektifitas pemimpin adalah kemampuan mengambil keputusan yang sangat menentukan keberhasilan melaksanakan tugas-tugas pentingnya. Pemimpin yang mampu membuat keputusan dengan baik akan lebih efektif dalam jangka panjang dibanding dengan mereka yg tidak mampu membuat keputusan dengan baik. Dalam mengambil keputusan, bagaimana pemimpin memperlakukan bawahannya? Dengan kata lain seberapa jauh para bawahannya diajak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan?
Sebagaimana telah kita pahami bahwa partisipasi bawahan dalam pengambilan keputusan dapat meningkatkan kepuasan kerja, mengurangi stress, dan meningkatkan produktivitas. Namun seberapa jauh partisipasi bawahan dalam pengambilan keputusan akan diberikan pemimpinnya? Jawabannya adalah Normative Theory dari Vroom and Yetton. Model ini berasumsi bahwa pemimpin harus lebih luwes untuk mengubah gaya kepemimpinan agar sesuai dengan situasi.
Dalam mengembangkan modelnya mereka membuat sejumlah asumsi:
·         Model tersebut harus bermanfaat bagi pemimpin atau manajer dalam menentukan gaya kepemimpinan yang harus mereka gunakan dalam berbagai situasi.
·         Tidak ada gaya kepemimpinan tunggal dapat diterapkan dalam berbagai situasi.
·         Perhatian utama terletak pada masalah yang harus dipecahkan dan situasi di mana terjadi permasalahan.
·         Gaya kepemimpinan yang digunakan dalam suatu situasi tidak boleh bertentangan dengan gaya yang digunakan dalam situasi yang lain.
·         Terdapat sejumlah proses sosial yang mempengaruhi kadar keikutsertaan bawahan dalam pemecahan masalah.
Model ini mempertahankan lima gaya kepemimpinan yang menggambarkan dari pendekatan otoriter (AI, AII), ke konsultatif (CI,CII) sampai pendekatan yang sepenuhnya partisipatif (GII), lebih jelas dijabarkan sebagai berikut:
1.      Autocratic I: pemimpin menyelesaikan masalah atau membuat keputusan dengan menggunakan informasi yang tersedia pada saat itu.
2.      Autocratic II: pemimpin memperoleh informasi yang diperlukan bawahan dan kemudian memutuskan sendiri penyelesaian atas masalah sebenarnya ketika mereka meminta informasi. Peran yang dimainkan bawahan dalam membuat keputusan jelas menyediakan informasi yang perlu kepada manajer bukannya membuat atau mengevaluasi penyelesaian alternatif.
3.      Consultative I: pemimpin berbagi masalah dengan bawahan yang relevan secara individual, mendapatkan ide-ide dan saran mereka tanpa mengumpulkan mereka sebagai sebuah kelompok. Kemudian pemimpin membuat keputusan yang bisa mencerminkan atau tidak pengaruh bawahan.
4.      Consultative II: pemimpin berbagi masalah dengan bawahan sebagai suatu kelompok, secara kolektif mendapatkan ide-ide dan saran mereka. Kemudian mereka akan membuat keputusan yang bisa mencerminkan atau tidak pengaruh bawahan.
5.      Group II: pemimpin berbagi masalah dengan bawahan sebagai suatu kelompok.pemimpin dan bawahan secara bersama-sama membuat dan mengevaluasi alternatif serta berusaha mencapai persetujuan penyelesaian. sebagai pemimpin berperan sebagai ketua. Tidak dibenarkan mempengaruhi kelompok dengan apa yang hendak pemimpin putuskan dan pemimpin bersedia untuk menerima dan melaksanakan setiap keputusan kelompok. Partisipasi bawahan sangat tinggi.
D.    Model Kepemimpinan Situasi
Kepemimpinan situasional didasarkan atas hubungan antara:
1.      tingkat bimbingan dan arahan (perilaku tugas) yang diberikan pemimpin
2.      tingkat dukungan sosio-emosional (perilaku hubungan) yang disediakan pemimpin; dan
3.      tingkat kesiapan yang diperlihatkan bawahan (kematangan bawahan) dalam melaksanakan tugas, fungsi atau tujuan tertentu.
Gaya kepemimpinan seseorang adalah pola perilaku yang diperlihatkan orang itu pada saat mempengaruhi aktivitas orang lain seperti yang dipersepsikan orang lain. Gaya kepemimpinan seseorang terdiri dari kombinasi dari perilaku tugas dan perilaku hubungan. Kedua jenis perilaku itu, tugas dan hubungan, yang merupakan inti konsep gaya kepemimpinan, didefinisikan sebagai berikut:
1.      Perilaku tugas
Perilaku tugas adalah kadar upaya pemimpin mengorganisasi dan menetapkan peranan anggota kelompok (pengikut); menjelaskan aktivitas setiap anggota serta kapan, di mana, dan bagaimana cara menyelesaikannya; dicirikan dengan upaya untuk menetapkan pola organisasi, saluran komunikasi, dan cara penyelesaian pekerjaan secara rinci dan jelas.
Pendapat tersebut jelas bahwa perilaku tugas dapat menentukan apa yang dikerjakan, bagaimana cara mengerjakan, kapan dikerjakan, untuk apa, jumlah biaya, darimana dan dengan siapa mengerjakannya dan kesemuanya ini disampaikan kepada karyawan.
2.      Perilaku hubungan
Perilaku hubungan adalah kadar upaya pemimpin membina hubungan pribadi diantara mereka sendiri dan dengan para anggota kelompok mereka (pengikut) dengan membuka lebar saluran komunikasi, menyediakan dukungan sosio-kultural dan pemudahan perilaku.
seorang pemimpin agar efektif ia harus mampu menyesuaikan gayanya terhadap tuntutan situasi yang berubah-ubah. Teori kepemimpinan situasional bertumpu pada dua konsep fundamental yaitu: tingkat kesiapan/kematangan individu atau kelompok sebagai pengikut dan gaya kepemimpinan:
1.      Tingkat Kesiapan Pengikut (Follower Readiness)
Gaya kepemimpinan yang tepat bergantung pula oleh kesiapan/kematangan individu atau kelompok sebagai pengikut. Teori kepemimpinan situasional dari Hersey dan Blanchard mengidentifikasi empat level kesiapan pengikut dalam notasi R1 hingga R4 sebagai berikut:
a.       R1: Readiness 1, Kesiapan tingkat 1 menunjukkan bahwa pengikut tidak mampu dan tidak mau mengambil tanggung jawab untuk melakukan suatu tugas. Pada tingkat ini, pengikut tidak memiliki kompetensi dan tidak percaya diri (dikatakan Ken Blanchard sebagai “The honeymoon is over“).
b.      R2: Readiness 2, Menunjukkan pengikut tidak mampu melakukan suatu tugas, tetapi ia sudah memiliki kemauan. Motivasi yang kuat tidak didukung oleh pengetahuan dan keterampilan kerja yang memadai untuk melaksanakan tugas-tugas.
c.       R3: Readiness 3, Menunjukkan situasi di mana pengikut memiliki pengetahuan dan keterampilan kerja yang memadai untuk melaksanakan tugas-tugas. Tetapi pengikut tidak mau melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh pemimpinnya.
d.      R4: Readiness 4, Menunjukkan bahwa pengikut telah memiliki pengetahuan dan keterampilan kerja yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas, disertai dengan kemauan yang kuat untuk melaksanakannya.
2.      Gaya Kepemimpinan
Hersey & Blanchard menggunakan studi Ohio State untuk mengembangkan empat gaya kepemimpinan yang dimiliki manajer yaitu:
a.      Telling (Pemberitahu),
Gaya ini paling tepat untuk kesiapan pengikut rendah (R1). Ini menekankan perilaku tugas tinggi dan perilaku hubungan yang terbatas. Gaya kepemimpinan telling (kadang-kadang disebut directing) adalah karakteristik gaya kepemimpinan dengan komunikasi satu arah.
Pemimpin memberitahu individu atau kelompok soal apa, bagaimana, mengapa, kapan dan dimana sebuah pekerjaan dilaksanakan. Pemimpin selalu memberikan instruksi yang jelas, arahan yang rinci, serta mengawasi pekerjaan secara langsung.
b.      Selling (Penjual),
Gaya ini paling tepat untuk kesiapan pengikut moderat (R2). Ini menekankan pada jumlah tugas dan perilaku hubungan yang tinggi. Pada tahapan gaya kepemimpinan ini seorang pemimpin masih memberi arahan namun ia menggunakan komunikasi dua arah dan memberi dukungan secara emosional terhadap individu atau kelompok guna memotivasi dan rasa percaya diri pengikut.
Gaya ini muncul kala kompetensi individu atau kelompok meningkat, sehingga pemimpin perlu terus menyediakan sikap membimbing akibat individu atau kelompok belum siap mengambil tanggung jawab penuh atas proses dalam pekerjaan.
c.       Participating (Partisipatif),
Gaya ini paling tepat untuk kesiapan pengikut tinggi dengan motivasi moderat (R3). Ini menekankan pada jumlah tinggi perilaku hubungan tetapi jumlah perilaku tugas rendah. Gaya kepemimpinan pada tahap ini mendorong individu atau kelompok untuk saling berbagi gagasan dan sekaligus memfasilitasi pekerjaan dengan semangat yang mereka tunjukkan.
Gaya ini muncul tatkala pengikut merasa percaya diri dalam melakukan pekerjaannya sehingga pemimpin tidak lagi terlalu bersikap sebagai pengarah. Pemimpin tetap memelihara komunikasi terbuka, tetapi kini melakukannya dengan cenderung untuk lebih menjadi pendengar yang baik serta siap membantu pengikutnya. Tugas seorang pemimpin adalah memelihara kualitas hubungan antar individu atau kelompok.
d.      Delegating (Pendelegasian),
Gaya ini paling tepat untuk kesiapan pengikut tinggi (R4). Ini menekankan pada kedua sisi yaitu tingginya perilaku kerja dan perilaku hubungan dimana gaya kepemimpinan pada tahap ini cenderung mengalihkan tanggung jawab atas proses pembuatan keputusan dan pelaksanaannya.
Gaya ini muncul tatkala individu atau kelompok berada pada level kompetensi yang tinggi sehubungan dengan pekerjaannya. Gaya ini efektif karena pengikut dianggap telah kompeten dan termotivasi penuh untuk mengambil tanggung jawab atas pekerjaannya. Tugas seorang pemimpin hanyalah memonitor berlangsungnya sebuah pekerjaan.

BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Model Fiedler, Model ini dikembangkan oleh Fiedler, model kontingensi dari efektivitas kepemimpinan memiliki dalil bahwa prestasi kelompok tergantung pada interaksi antara gaya kepemimpinan dan situasi yang mendukung. Kepemimpinan dilihat sebagai suatu hubungan yang didasari oleh kekuatan dan pengaruh. Model House’s Path-Goal atau model arah tujuan ditulis oleh House (1971) menjelaskan kepemimpinan sebagai keefektifan pemimpin yang tergantung dari bagaimana pemimpin memberi pengarahan, motivasi, dan bantuan untuk pencapaian tujuan para pengikutnya. Path-Goal Theory, berpendapat bahwa efektifitas pemimpin ditentukan oleh interaksi antara tingkah laku pemimpin dengan karakteristik situasi (House 1971).
Model Vroom-Yetton adalah Sebagaimana telah kita pahami bahwa partisipasi bawahan dalam pengambilan keputusan dapat meningkatkan kepuasan kerja, mengurangi stress, dan meningkatkan produktivitas. Model ini berasumsi bahwa pemimpin harus lebih luwes untuk mengubah gaya kepemimpinan agar sesuai dengan situasi. Model ini mempertahankan lima gaya kepemimpinan yang menggambarkan dari pendekatan otoriter (AI, AII), ke konsultatif (CI,CII) sampai pendekatan yang sepenuhnya partisipatif (GII).
Model Kepemimpinan Situasi didasarkan atas hubungan antara: tingkat bimbingan dan arahan (perilaku tugas) yang diberikan pemimpin, tingkat dukungan sosio-emosional (perilaku hubungan) yang disediakan pemimpin; dan tingkat kesiapan yang diperlihatkan bawahan (kematangan bawahan) dalam melaksanakan tugas, fungsi atau tujuan tertentu. Gaya kepemimpinan seseorang terdiri dari kombinasi dari perilaku tugas dan perilaku hubungan. Teori kepemimpinan situasional bertumpu pada dua konsep fundamental yaitu: tingkat kesiapan/kematangan individu atau kelompok sebagai pengikut dan gaya kepemimpinan
B.     Saran
Semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat memberikan gambaran dan menambah wawasan kita tentang “Pendekatan Dan Teori Kontingensi”. Selain itu penulis juga berharap pembaca lebih banyak lagi menggali pengetahuan mengenai materi yang dibahas dalam makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Danim, Sudarwan. 2004. Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok. Jakarta: Rineka Cipta.
Rivai, Veithzal dan Deddy Mulyadi. 2012. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: Rajawali Pers.
Anonim. 2008. Teori Kepemimpinan Klasik dan Teori Kontingensi. http://smileboys.blogspot.com.