Departemen Kerohanian merupakan departemen yang membidangi kegiatan rohani maupun sosial yang berhubungan dengan kesejahteraan mahasiswa. Tujuan dari Departemen ini untuk membentuk pribadi yang senantiasa beriman, bertaqwa kepada Allah SWT serta memiliki budi pekerti dengan prinsip kebersamaan dalam rangka menciptakan rasa kekeluargaan.
23 Februari 2015
Deskripsi HMJ AP FIP UNP
Himpunan Mahasiswa Jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang merupakan organisasi dalam lingkup jurusan. Organisasi ini bertujuan untuk mengembangkan potensi mahasiswa jurusan Administrasi Pendidikan dalam bidang akademik maupun ekstrakurikuler.
Keanggotaan HMJ AP FIP UNP merupakan seluruh mahasiswa jurusan Administrasi Pendidikan. Keanggotaan HMJ AP FIP UNP ini sesuai dengan Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) HMJ AP FIP UNP
DEPARTEMEN MINAT DAN BAKAT
Tugas pokok Departemen Minat dan Bakat yaitu :
Bertanggung jawab terhadap segala bentuk pengembangan minat dan bakat mahasiswa Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UNP, Terutama dalam pengembangan potensi mahasiswa di bidang olahraga dan seni, mewujudkan segala sesuatu yang berhubungan dengan nilai-nilai sportivitas dan kreativitas mahasiswa, serta mempererat tali kekeluargaan di antara civitas HMJ AP FIP UNP.
14 Februari 2015
Beasiswa Van Deventer-Maas Stichting (VDMS) 2015-2016
Diberitahukan kepada mahasiswa Universitas Negeri Padang, informasi pendaftaran dan seleksi beasiswa Van Deventer-Maas Stichting (VDMS) tahun akademik 2015/2016 sebagai berikut :
1. Jadwal pendaftaran mulai dari tanggal 10 Februari s.d. 10 Maret 2015.
3. Kode Universitas dapat diakses di alamat www.vandeventermaas.org/en/grants
4. IPK minimal 3,00 (tiga koma nol nol)
5. Bagi mahasiswa dengan jenjang program studi S1 minimal telah duduk di semester II (dua) dan maksimal semester VI (enam).
6. Bagi mahasiswa dengan jenjang program studi D3 minimal telah duduk di semester II (dua) dan maksimal semester IV (empat).
7. Jangka waktu pemberian beasiswa maksimal sampai semester VIII (delapan) untuk jenjang program studi S1 dan untuk jenjang program studi D3 maksimal sampai semester VI (enam)
8. Penerima beasiswa VDMS akan mendapatkan support terbaik dari VDMS berupa :
a. Bantuan biaya hidup sebesar Rp 420.000 (empat ratus dua puluh ribu rupiah) per bulan.
b. Bonus kelulusan
c. Bonus TOEFL
d. Kegiatan Capacity Building seperti Leadership Conference, Start a Bussiness, Regional Meeting, dan kegiatan lainnya bagi mahasiswa penerima beasiswa VDMS terbaik.
e. Student Monitoring System dan Coaching, bantuan konseling bagi mahasiswa penerima VDMS yang memiliki permasalahan dalam perkuliahan.
f. Apabila mahasiswa penerima VDMS telah menamatkan perkuliahan, mahasiswa tersebut akan tergabung dalam forum alumni VDMS se-Indonesia.
9. Melengkapi dokumen persyaratan sebagai berikut :
a. Surat keterangan kurang mampu (SKTM) dari kelurahan.
b. Surat keterangan penghasilan orangtua dari kelurahan.
c. LHS semester Juli-Desember 2014 dan Historis nilai.
d. Fotokopi Kartu Tanda Mahasiswa (KTM), Kartu Tanda Penduduk (KTP), rekening listrik.
e. Fotokopi Kartu Keluarga.
f. Fotokopi rekening bank yang masih aktif dan atas nama sendiri.
g. Membuat sebuah motivation letter atau essay yang ditulis dengan kata-kata sendiri (bukan salinan/copy-paste dari internet) yang memuat :
· Biodata pribadi, keluarga, studi, kegiatan sosial, dan penghargaan yang pernah diterima.
· Mengapa VDMS harus memilih Saudara sebagai penerima beasiswa VDMS?
· Apa manfaat yang ingin Saudara peroleh setelah menjadi penerima beasiswa VDMS?
· Apa kegiatan sosial yang ingin Saudara lakukan sebagai penerima beasiswa VDMS.
Motivation letter atau essay tersebut minimal 1,5 (satu koma lima) halaman kertas ukuran A4, Jenis huruf Times Now Roman, ukuran huruf 11 (sebelas), dan spasi 1 (satu).
10. Mohon dengan cermat mengikuti setiap tahapan seleksi. Apabila ada pertanyaan silahkan konfirmasi atau menghubungi :
a. Person in Charge (PIC) VDMS Universitas Negeri Padang, Bapak Arif Boy Wilson di bagian Kemahasiswaan BAAK Universitas Negeri Padang, No. telepon 081267380607 (hari Senin s.d. Kamis pukul 08.00 s.d. 16.00 WIB, hari Jum’at pukul 08.00 s.d. 14.30 WIB), Email : arifboywilson@gmail.com atau abwilson@baak.unp.ac.id.
b. VDMS Call Center, line telephone di 0858-8892-7960 (hari Senin s.d. Jum’at : 09.00-17.00 WIB), email : deventer@cbn.net.id. Website : www.vandeventermaas.org, Twitter : @vandeventermaas
Demikianlah pengumuman ini, atas perhatian Saudara, disampaikan terima kasih.
Kepala Bagian Kemahasiswaan
Drs. Sudiro Sembiring
Sumber: http://baak.unp.ac.id/index.php/informasi/infokmhs/51-beasiswa-van-deventer-maas-stichting-vdms-2015-2016
Sumber: http://baak.unp.ac.id/index.php/informasi/infokmhs/51-beasiswa-van-deventer-maas-stichting-vdms-2015-2016
small group discussion
jreng...jreng..jreng...
ada informasi terbaru ni untuk Bp 13 dan Bp 14...
Bagi adek-adek dan rekan-rekan Bp 13 dan Bp 14 yang ingin belajar kelompok dan sharing mengenai mata kuliah yang terkendala silahkan menghubungi kakak-kakak dari penakel dan jadwalnya bisa disesuaikn dengan jadwal kuliah....di tunggu yaaaa.....
ada informasi terbaru ni untuk Bp 13 dan Bp 14...
Bagi adek-adek dan rekan-rekan Bp 13 dan Bp 14 yang ingin belajar kelompok dan sharing mengenai mata kuliah yang terkendala silahkan menghubungi kakak-kakak dari penakel dan jadwalnya bisa disesuaikn dengan jadwal kuliah....di tunggu yaaaa.....
Teori dan Analisis Sistem“Pengertian, Komponen, Tujuan dan Karakteristik Sistem”
Resume
Di ajukan dalam rangka melengkapi tugas individu
M.K Teori dan Analisis Sistem
Dewi Wahyuni
1204501/2012
Dosen : Prof. Dr Nurhizrah Gistituati, M. Ed.
JURUSAN ADMINISTRASI PENDIDIKAN
FAKULTAS IlMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2014
Konsep Dasar Sistem
Istilah sistem berasal dari istilah yunani “systema” yang mengandung arti keseluruhan (a whole) yang tersusun dari sekian banyak bagian; berarti pula hubungan yang berlangsung diantara satuan-satuan atau komponen secara teratur.
Pengertian sistem menurut para ahli diantaranya yaitu:
Johnson, Kast, dan Rosenzweig
Menyatakan sistem adalah “Suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks atau terorganisir; suatu himpunan atau perpaduan hal-hal atau bagian-bagian yang membentuk suatu kebulatan atau keseluruhan yang kompleks atau utuh”.
Campbell (1979:3)
Menyatakan bahwa “Sistem itu merupakan himpunan komponen atau bagian yang saling berkaitan yang bersama-sama berfungsi untuk mencapai sesuatu tujuan”.
Elias M. Awad (1979:4)
Menyatakan bahwa “Sistem merupakan sehimpunan komponen atau sub sistem yang terorganisasikan dan berkaitan sesuai dengan rencana untuk mencapai sesuatu tujuan tertentu”.
Lunberg
Menyatakan bahwa “Sistem merupakan bagian-bagian yang saling berkaitan itu berada di dalam suatu lingkungan yang sedikit banyak bersifat rumit”, dan “bagian-bagian tersebut melakukan kegiatan yang mempunyai pola yang teratur (tidak sembarangan)”.
Geoffrey Gordon (1987)
Mendefenisikan sistem sebagai suatu agregasi atau kumpulan obyek-obyek yang terangkai dalam interaksi dan saling bergantungan yang teratur.
C. West Churcman
Defenisi sistem adalah “tersusun dari sekumpulan komponen yang bergerak bersama-sama untuk mencapai tujuan keseluruhan, tujuan bersama, atau tujuan sistem tersebut”
Ludwig Von Bertalanffy (1940)
Memberikan pengertian Sistem sebagai suatu set elemen-elemen yang berada dalam keadaan yang saling berhubungan. Jika dimisalkan bahwa elemen-elemen adalah p yang berada dalam himpunan relasi-relasi R, maka perilaku sebuah elemen p dalam relasi R akan berbeda dengan perilakunya jika elemen p tersebut berada dalam relasi R. jika perilaku-perilaku dalam R tidak berbeda dengan R’, maka tidak dapat dikatakan ada interaksi, dan itu berartibahwa elemen-elemen berperilaku secar tidak bergantungan satu sama lain, dalam hubungannya denagn himpunan relasi-relasi R dan R’.
Schmid dan Taylor (1970)
“Sistem adalah suatu kumpulan komponen-komponen yang berinteaksi dan beraksi antar atribut komponen-komponen untuk mencapai suatu akhir yang logis”.
Menurut Kamus Webster (Webster third New International Dictionari)
Memberikan pengertian tentang sistem sebagai satu kesatuan yang komplek yang ditentukan oleh bagian-bagian yang berbeda-beda yang masing-masing terikat pada rencana yang sama atau berkontribusi untuk mencapai tujuan yang sama.
Jadi, pengertian secara lengkap mengenai sistem adalah sehimpunan unsur yang melakukan sesuatu kegiatan atau menyusun skema atau tatacara melakukan sesuatu kegiatan pemrosesan untuk mencapai sesuatu atau beberapa tujuan, dan hal ini di lakukan dengan cara mengolah data dan atau energi dan atau barang (benda) didalam jangka waktu tertentu guna menghasilkan informasi dan atau energi dan atau barang (benda).
Komponen dan Tujuan Sistem
A. Komponen-Komponen Sistem
Ada beberapa komponen yang membentuk sebuah sistem, yaitu : tujuan, masukan, proses, keluaran, batas, mekanisme pengendalian dan umpan balik serta lingkungan. Berikut penjelasan mengenai elemen-elemen yang membentuk sebuah sistem :
Tujuan
Setiap sistem memiliki tujuan (Goal), entah hanya satu atau mungkin banyak. Tujuan inilah yang menjadi pemotivasi yang mengarahkan sistem. Tanpa tujuan, sistem menjadi tak terarah dan tak terkendali. Tentu saja, tujuan antara satu sistem dengan sistem yang lain berbeda.
Masukan
Masukan (input) sistem adalah segala sesuatu yang masuk ke dalam sistem dan selanjutnya menjadi bahan yang diproses. Masukan dapat berupa hal-hal yang berwujud (tampak secara fisik) maupun yang tidak tampak. Contoh masukan yang berwujud adalah bahan mentah, sedangkan contoh yang tidak berwujud adalah informasi (misalnya permintaan jasa pelanggan).
Proses
Proses merupakan bagian yang melakukan perubahan atau transformasi dari masukan menjadi keluaran yang berguna dan lebih bernilai, misalnya berupa informasi dan produk, tetapi juga bisa berupa hal-hal yang tidak berguna, misalnya saja sisa pembuangan atau limbah. Pada pabrik kimia, proses dapat berupa bahan mentah. Pada rumah sakit, proses dapat berupa aktivitas pembedahan pasien.
Keluaran
Keluaran (output) merupakan hasil dari pemrosesan. Pada sistem informasi, keluaran bisa berupa suatu informasi, saran, cetakan laporan, dan sebagainya.
Batas
Yang disebut batas (boundary) sistem adalah pemisah antara sistem dan daerah di luar sistem (lingkungan). Batas sistem menentukan konfigurasi, ruang lingkup, atau kemampuan sistem. Sebagai contoh, tim sepakbola mempunyai aturan permainan dan keterbatasan kemampuan pemain. Pertumbuhan sebuah toko kelontong dipengaruhi oleh pembelian pelanggan, gerakan pesaing dan keterbatasan dana dari bank. Tentu saja batas sebuah sistem dapat dikurangi atau dimodifikasi sehingga akan mengubah perilaku sistem. Sebagai contoh, dengan menjual saham ke publik, sebuah perusahaan dapat mengurangi keterbasatan dana.
Mekanisme Pengendalian dan Umpan Balik
Mekanisme pengendalian (control mechanism) diwujudkan dengan menggunakan umpan balik (feedback), yang mencuplik keluaran. Umpan balik ini digunakan untuk mengendalikan baik masukan maupun proses. Tujuannya adalah untuk mengatur agar sistem berjalan sesuai dengan tujuan.
Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang berada diluar sistem. Lingkungan bisa berpengaruh terhadap operasi sistem dalam arti bisa merugikan atau menguntungkan sistem itu sendiri. Lingkungan yang merugikan tentu saja harus ditahan dan dikendalikan supaya tidak mengganggu kelangsungan operasi sistem, sedangkan yang menguntungkan tetap harus terus dijaga, karena akan memacu terhadap kelangsungan hidup sistem.
Interface (Penghubung Sistem)
Penghubung merupakan media perantara antar sub sistem. Melalui penghubung ini memungkinkan sumber-sumber daya mengalir dari satu subsistem ke subsistem lainnya. Output dari satu sub sistem akan menjadi input untuk subsistem yang lainnya dengan melalui penghubung. Dengan penghubung satu subsistem dapat berinteraksi dengan sub sistem yang lainnya membentuk satu kesatuan.
Homeostatis
Adalah suatu proses dimana sekelompok regulator(pengatur) bertindak untuk memelihara suatu keadaan tenang atau stabil diantara komponen-komponen sistem.
Equlibrium
Adalah keadaan seimbang yang terjadi apabila bagian-bagian dari sistem memelihara suatu hubungan yang konsisten satu sama lain sehingga tidak ada bagian yang berubah posisi.
B. Tujuan Sistem
Satu sistem bisa mempunyai tujuan yang banyak sekali dan bisa juga satu tujuan yang sama merupakan tujuan banyak sistem. Secara umum tujuan sistem itu adalah menciptakan atau mencapai sesuatu yang berharga, sesuatu yang mempunyai nilai, entah apa wujudnya dan apa ukuran bernilai atau berharganya itu. Penciptaan atau pencapaiaan sesuatu yang bernilai itu dilakukan dengan memadukan dan mendayagunakan berbagai macam bahan dengan sesuatu cara tertentu.
Contohnya manusia adalah sistem yang memiliki tujuan. Untuk mencapai tujuan manusia perlu mendayagunakan berbagai macam bahan yang ada di sekitarnya seperti makanan dan minuman, pakaian, dan lain-lain. Tujuan dari memadukan bahan-bahan tersebut adalah untuk kelestarian hidup dan kesehatan, kepuasan diri, kekuatan fisik dan laian-lain. Jadi, sistem itu mempunyai tujuan ganda. Dari sekian banyak tujuan sistem tersebut, mungkin salah satunya merupakan tujuan yang terpenting, tujuan yang paling mendasar atau yang mendapatkan prioritas untuk di capai terlebih dahulu.
Tolak ukur dalam menentukan prioritas suatu tujuan menurut Shrode dan Voich (1974:125) ialah mutu atau kualitasnya, banyaknya atau kuantitasnya, waktu dan biaya.
Karakteristik-Karakteristik Sistem
Elias M. Awad (1979:5-8) menyebutkan ciri-ciri sistem yaitu:
ü Sistem bersifat terbuka. Boleh dikatakan dalam kenyataan tidak ada sistem yang benar-benar tertutup. Suatu sistem dikatakan terbuka jika berinteraksi dengan lingkungannya.
ü Suatu sistem terdiri dari dua atau lebih sub sistem. Dan setiap sub sistem terdiri lagi dari sub sistem yang lebih kecil, begitu seterusnya.
ü Diantara sub sistem-sub sistem itu terdapat saling ketergantungan, satu sama lain saling memerlukan.
ü Suatu sistem mempunyai kemampuan untuk dengan sendirinya menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
ü Sistem itu juga mempunyai kemampuan untuk mengatur diri sendiri.
ü Sistem mempunyai tujuan atau sasaran.
William A. Shrode dan Voich menyebutkan ciri-ciri sistem yaitu:
ü Sistem itu mempunyai tujuan sehingga perilaku atau kegiatannya mengarah pada tujuan tersebut.
ü Suatu sistem merupakan suatu keseluruhan yang bulat dan utuh.
ü Sistem itu memiliki sifat terbuka.
ü Suatu sistem mempunyai atau melakukan kegiatan transformasi, kegiatan mengubah sesuatu menjadi sesuatu yang lain.
ü Dalam sistem terdapat saling kaitan.
ü Setiap sistem mempunyai tujuan.
ü Setiap sistem mempunyai batas (boundaries).
ü Sistem bersifat terbuka.
ü Suatu sistem terdiri-dari beberapa sub sistem, komponen, atau elemen.
ü Merupakan satu kebulatan yang utuh dan padu.
ü Saling berhubungan dan saling ketergantungan.
ü Setiap sistem melakukan kegiatan atau proses transformasi.
ü Di dalam setiap sistem terdapat mekanisme kontrol.
ü Kemampuan mengatur diri sendiri dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya secara otomatik.
Sumber:
Amirin, Tatang M. 1992. Pokok-Pokok Teori Sistem. Jakarta: Rajawali.
Kepemimpinan"Pendekatan dan Teori Kontingensi"
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Masalah
Seiring perkembangan
zaman, kepemimpinan secara ilmiah mulai berkembang bersamaan dengan pertumbuhan
manajemen ilmiah yang lebih dikenal dengan ilmu tentang memimpin. Hal ini
terlihat dari banyaknya literatur yang mengkaji tentang kepemimpinan dengan
berbagai sudut pandang atau perspektifnya. Kepemimpinan tidak hanya dilihat
dari baik saja, akan tetapi dapat dilihat dari penyiapan sesuatu secara
berencana dan dapat melatih calon-calon pemimpin.
Sejarah timbulnya kepemimpinan,
sejak nenek moyang dahulu kala, kerjasama dan saling melindungi telah muncul
bersama-sama dengan peradapan manusia. Kerjasama tersebut muncul pada tata
kehidupan sosial masyarakat atau kelompok-kelompok manusia dalam rangka untuk
mempertahankan hidupnya menentang kebuasan binatang dan menghadapi alam
sekitarnya. Berangkat dari kebutuhan bersama tersebut, terjadi kerjasama antar
manusia dan mulai unsur-unsur kepemimpinan.
Orang yang ditunjuk
sebagai pemimpin dari kelompok tersebut ialah orang-orang yang paling kuat dan
pemberani, sehingga ada aturan yang disepakati secara bersama-sama misalnya
seorang pemimpin harus lahir dari keturunan bangsawan, sehat, kuat, berani,
ulet, pandai, mempunyai pengaruh dan lain-lain. Hingga sampai sekarang seorang pemimpin
harus memiliki syarat-syarat yang tidak ringan, karena pemimpin sebagai ujung
tombak kelompok.
Kepemimpinan atau leadership merupakan ilmu terapan
dari ilmu-ilmu social, sebab prinsip-prinsip dan rumusannya diharapkan dapat
mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan manusia (Moejiono, 2002). Ada beberapa
pendekatan, teori, dan gaya atau tipe kepemimpinan, yang mana setiap
pendekatan, teori, dan gaya atau tipe kepemimpinan tersebut memiliki
perbedaannya masing-masing.
Oleh karena itu,
Pemakalah akan membahas materi tentang pendekatan dan teori kontingensi yang
didalamnya mencakup model fiedler, model house’s path-goal, model vroom-yetton
dan model kepemimpinan situasi.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Jelaskan Model Kepemimpinan Fiedler ?
2.
Jelaskan Model Kepemimpinan House’s
Path-Goal ?
3.
Jelaskan Model Kepemimpinan
Vroom-Yetton ?
4.
Jelaskan Model Kepemimpinan Situasi
?
C.
Manfaat
Penulisan
Manfaat
dari penulisan ini adalah pembaca dapat mengetahui tentang “Pendekatan
dan Teori Kontingensi”.
D.
Tujuan
Penulisan
Makalah
bertujuan Agar pembaca dapat manambah wawasan dan memahami persoalan tentang “Pendekatan dan Teori Kontingensi” yang
berdasarkan masalah dalam makalah, tujuan makalah yaitu :
1.
Mengetahui penjelasan mengenai Model
Kepemimpinan Fiedler.
2.
Mengetahui penjelasan mengenai Model
Kepemimpinan House’s Path-Goal.
3.
Mengetahui penjelasan mengenai Model Kepemimpinan Vroom-Yetton.
4.
Mengetahui penjelasan mengenai Model Kepemimpinan Situasi.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Model
Fiedler
Model ini
dikembangkan oleh Fiedler, model kontingensi dari efektivitas kepemimpinan
memiliki dalil bahwa prestasi kelompok tergantung pada interaksi antara gaya
kepemimpinan dan situasi yang mendukung. Kepemimpinan dilihat sebagai suatu
hubungan yang didasari oleh kekuatan dan pengaruh.
Fiedler
memberikan perhatian mengenai pengukuran orientasi kepemimpinan dari seorang
individu. Ia mengembangkan Least-Preferred Co-Worker (LPC) Scale untuk mengukur
dua gaya kepemimpinan:
1.
Gaya yang berorientasi tugas, yang
mementingkan tugas.
2.
Gaya berorientasi hubungan, yang
mementingkan hubungan kemanusiaan.
Sedangkan
kondisi situasi terdiri dari dua faktor utama yaitu:
1.
Hubungan pemimpin-anggota, yaitu
derajat baik atau buruknya hubungan antara pemipin dan bawahan.
2.
Struktur tugas, yaitu derajat tinggi
atau rendahnya strukturisasi, standardisasi dan rincian tugas pekerjaan.
Kekuasaan
posisi, yaitu derajat kuat atau lemahnya kewenangan dan pengaruh pemimpin atas
variabel-variabel kekuasaan, seperti memberikan penghargaan dan mengenakan
sanksi.
Situasi akan
menyenangkan pemimpin apabila kedua dimensi diatas mempunyai derajat yang
tinggi. Dengan kata lain situasi akan menyenangkan jika:
1.
Pemimpin diterima oleh para
pengikutnya.
2.
Tugas-tugas dan semua yang
berhubungan dengannya ditentukan secara jelas.
3.
Penggunaan otoritas dan kekuasaan
secara formal diterapkan pada posisi pemimpin.
Jika situasi
yang terjadi sebaliknya maka terjadi hal yang tidak menyenangkan bagi pemimpin.
B.
Model
House’s Path-Goal
Path-Goal
Theory atau model arah tujuan ditulis oleh House (1971)
menjelaskan kepemimpinan sebagai keefektifan pemimpin yang tergantung dari
bagaimana pemimpin memberi pengarahan, motivasi, dan bantuan untuk pencapaian
tujuan para pengikutnya. Path-Goal Theory, berpendapat bahwa efektifitas
pemimpin ditentukan oleh interaksi antara tingkah laku pemimpin dengan
karakteristik situasi (House 1971).
Tujuan
jalan-teori ini adalah kerangka kerja yang bermanfaat untuk memahami dampak
dari perilaku pemimpin pada kepuasan dan semangat kerja karyawan. Path-teori
Tujuan menawarkan wawasan yang berguna yang akan membantu dalam mengarahkan
perilaku para manajer dalam situasi yang berbeda.
Path-goal
theory, juga dikenal sebagai path-goal theory of leader effectiveness atau
path-goal model adalah teori kepemimpinan dalam bidang studi organisasi yang
dikembangkan oleh Robert House, seorang lulusan Universitas Negeri Ohio, pada
tahun 1971 dan direvisi pada 1996. Theory ini menyatakan bahwa perilaku seorang
pemimpin adalah kontingen dengan kepuasan, motivasi dan kinerja anak buahnya.
Versi revisi
juga berpendapat bahwa pemimpin terlibat dalam perilaku yang melengkapi
kemampuan bawahan dan mengkompensasi kekurangan. Faktor-faktor situasional juga
menentukan efek dari perilaku pemimpin. Ini adalah karakteristik pribadi para
pekerja, dan tekanan lingkungan yang pekerja harus mengatasi untuk mencapai
tujuan mereka.
Tujuan
Path-teori menyatakan bahwa perilaku pemimpin akan dapat diterima oleh pekerja
hanya sejauh bahwa mereka melihat perilaku seperti memuaskan kebutuhan dan
keinginan mereka. Dan semakin tinggi kemampuan pekerja untuk melaksanakan
tugas, semakin sedikit pekerja akan menerima pembinaan dari pemimpin.
Lingkungan terdiri dari faktor yang tidak berada dalam jangkauan kontrol pekerjaan
secara langsung.
Teori
Path-Goal menyatakan bahwa upaya yang dilakukan pemimpin untuk menerapkan
kontrol yang ketat akan menyebabkan ketidakpuasan pekerja. Semakin banyak
pekerja akan membenci setiap upaya oleh pemimpin untuk menegakkan kepatuhan
terhadap peraturan dan prosedur organisasi. Perilaku seorang pemimpin akan
menjadi motivasi, sejauh itu membantu para pekerja menghadapi tekanan dan
masalah yang dijumpai dalam pekerjaan dan lingkungan kerja. Ketika tuntutan
tugas yang ambigu, pemimpin harus memberikan bimbingan yang diperlukan untuk
para pekerja. Kepemimpinan berorientasi prestasi akan memotivasi para pekerja
untuk berjuang untuk standar yang lebih tinggi, dan mereka akan memiliki
keyakinan yang lebih besar dalam kemampuan mereka untuk memenuhi tujuan.
Path-tujuan
theory mengasumsikan bahwa para pemimpin yang fleksibel adalah mereka yang
dapat mengubah gaya kepemimpinan mereka, sebagai dalam situasi yang diperlukan.
Menurut House, tingkah laku pemimpin dapat dikelompokkan dalam 4 kelompok:
1.
Supportive
leadership (menunjukkan perhatian terhadap kesejahteraan bawahan
dan menciptakan iklim kerja yang bersahabat).
2.
Directive
leadership (mengarahkan bawahan untuk bekerja sesuai dengan
peraturan, prosedurdan petunjuk yang ada).
3.
Participative
leadership (konsultasi dengan bawahan dalam pengambilan
keputusan).
4.
Achievement-oriented
leadership (menentukan tujuan organisasi yang menantang dan
menekankan perlunya kinerja yang memuaskan).
C.
Model
Vroom-Yetton
Salah satu
tugas utama dari seorang pemimpin adalah membuat keputusan. Karena
keputusan-keputusan yang diambil para pemimpin berdampak kepada para bawahan
mereka, maka jelas bahwa komponen utama dari efektifitas pemimpin adalah
kemampuan mengambil keputusan yang sangat menentukan keberhasilan melaksanakan
tugas-tugas pentingnya. Pemimpin yang mampu membuat keputusan dengan baik akan
lebih efektif dalam jangka panjang dibanding dengan mereka yg tidak mampu
membuat keputusan dengan baik. Dalam mengambil keputusan, bagaimana
pemimpin memperlakukan bawahannya? Dengan kata lain seberapa jauh para
bawahannya diajak berpartisipasi dalam pengambilan keputusan?
Sebagaimana
telah kita pahami bahwa partisipasi bawahan dalam pengambilan keputusan dapat
meningkatkan kepuasan kerja, mengurangi stress, dan meningkatkan produktivitas.
Namun seberapa jauh partisipasi bawahan dalam pengambilan keputusan akan diberikan
pemimpinnya? Jawabannya adalah Normative Theory dari Vroom and Yetton. Model
ini berasumsi bahwa pemimpin harus lebih luwes untuk mengubah gaya kepemimpinan
agar sesuai dengan situasi.
Dalam
mengembangkan modelnya mereka membuat sejumlah asumsi:
·
Model tersebut harus bermanfaat bagi
pemimpin atau manajer dalam menentukan gaya kepemimpinan yang harus mereka
gunakan dalam berbagai situasi.
·
Tidak ada gaya kepemimpinan tunggal
dapat diterapkan dalam berbagai situasi.
·
Perhatian utama terletak pada
masalah yang harus dipecahkan dan situasi di mana terjadi permasalahan.
·
Gaya kepemimpinan yang digunakan
dalam suatu situasi tidak boleh bertentangan dengan gaya yang digunakan dalam
situasi yang lain.
·
Terdapat sejumlah proses sosial yang
mempengaruhi kadar keikutsertaan bawahan dalam pemecahan masalah.
Model ini
mempertahankan lima gaya kepemimpinan yang menggambarkan dari pendekatan
otoriter (AI, AII), ke konsultatif (CI,CII) sampai pendekatan yang sepenuhnya
partisipatif (GII), lebih jelas dijabarkan sebagai berikut:
1.
Autocratic
I: pemimpin menyelesaikan masalah atau membuat keputusan dengan menggunakan
informasi yang tersedia pada saat itu.
2.
Autocratic
II: pemimpin memperoleh informasi yang diperlukan bawahan
dan kemudian memutuskan sendiri penyelesaian atas masalah sebenarnya ketika
mereka meminta informasi. Peran yang dimainkan bawahan dalam membuat keputusan
jelas menyediakan informasi yang perlu kepada manajer bukannya membuat atau
mengevaluasi penyelesaian alternatif.
3.
Consultative
I: pemimpin berbagi masalah dengan bawahan yang relevan secara individual, mendapatkan
ide-ide dan saran mereka tanpa mengumpulkan mereka sebagai sebuah kelompok.
Kemudian pemimpin membuat keputusan yang bisa mencerminkan atau tidak pengaruh
bawahan.
4.
Consultative
II: pemimpin berbagi masalah dengan bawahan sebagai suatu
kelompok, secara kolektif mendapatkan ide-ide dan saran mereka. Kemudian mereka
akan membuat keputusan yang bisa mencerminkan atau tidak pengaruh bawahan.
5.
Group II: pemimpin
berbagi masalah dengan bawahan sebagai suatu kelompok.pemimpin dan bawahan
secara bersama-sama membuat dan mengevaluasi alternatif serta berusaha mencapai
persetujuan penyelesaian. sebagai pemimpin berperan sebagai ketua. Tidak
dibenarkan mempengaruhi kelompok dengan apa yang hendak pemimpin putuskan dan pemimpin
bersedia untuk menerima dan melaksanakan setiap keputusan kelompok. Partisipasi
bawahan sangat tinggi.
D.
Model
Kepemimpinan Situasi
Kepemimpinan
situasional didasarkan atas hubungan antara:
1.
tingkat bimbingan dan arahan
(perilaku tugas) yang diberikan pemimpin
2.
tingkat dukungan sosio-emosional
(perilaku hubungan) yang disediakan pemimpin; dan
3.
tingkat kesiapan yang diperlihatkan
bawahan (kematangan bawahan) dalam melaksanakan tugas, fungsi atau tujuan
tertentu.
Gaya
kepemimpinan seseorang adalah pola perilaku yang diperlihatkan orang itu pada
saat mempengaruhi aktivitas orang lain seperti yang dipersepsikan orang lain.
Gaya kepemimpinan seseorang terdiri dari kombinasi dari perilaku tugas dan perilaku
hubungan. Kedua jenis perilaku itu, tugas dan hubungan, yang merupakan inti
konsep gaya kepemimpinan, didefinisikan sebagai berikut:
1. Perilaku tugas
Perilaku tugas adalah kadar upaya
pemimpin mengorganisasi dan menetapkan peranan anggota kelompok (pengikut);
menjelaskan aktivitas setiap anggota serta kapan, di mana, dan bagaimana cara
menyelesaikannya; dicirikan dengan upaya untuk menetapkan pola organisasi,
saluran komunikasi, dan cara penyelesaian pekerjaan secara rinci dan jelas.
Pendapat tersebut jelas bahwa
perilaku tugas dapat menentukan apa yang dikerjakan, bagaimana cara
mengerjakan, kapan dikerjakan, untuk apa, jumlah biaya, darimana dan dengan
siapa mengerjakannya dan kesemuanya ini disampaikan kepada karyawan.
2.
Perilaku
hubungan
Perilaku
hubungan adalah kadar upaya pemimpin membina hubungan pribadi diantara mereka
sendiri dan dengan para anggota kelompok mereka (pengikut) dengan membuka lebar
saluran komunikasi, menyediakan dukungan sosio-kultural dan pemudahan perilaku.
seorang pemimpin agar efektif ia
harus mampu menyesuaikan gayanya terhadap tuntutan situasi yang berubah-ubah.
Teori kepemimpinan situasional bertumpu pada dua konsep fundamental yaitu: tingkat kesiapan/kematangan individu
atau kelompok sebagai pengikut dan gaya
kepemimpinan:
1.
Tingkat Kesiapan Pengikut (Follower
Readiness)
Gaya
kepemimpinan yang tepat bergantung pula oleh kesiapan/kematangan individu atau
kelompok sebagai pengikut. Teori kepemimpinan situasional dari Hersey dan
Blanchard mengidentifikasi empat level kesiapan pengikut dalam notasi R1 hingga
R4 sebagai berikut:
a. R1: Readiness
1, Kesiapan tingkat 1 menunjukkan bahwa pengikut tidak mampu dan
tidak mau mengambil tanggung jawab untuk melakukan suatu tugas. Pada tingkat
ini, pengikut tidak memiliki kompetensi dan tidak percaya diri (dikatakan Ken
Blanchard sebagai “The honeymoon is over“).
b. R2: Readiness
2, Menunjukkan pengikut tidak mampu melakukan suatu tugas, tetapi ia
sudah memiliki kemauan. Motivasi yang kuat tidak didukung oleh pengetahuan dan
keterampilan kerja yang memadai untuk melaksanakan tugas-tugas.
c. R3: Readiness
3, Menunjukkan situasi di mana pengikut memiliki pengetahuan dan
keterampilan kerja yang memadai untuk melaksanakan tugas-tugas. Tetapi pengikut
tidak mau melaksanakan tugas-tugas yang diberikan oleh pemimpinnya.
d. R4: Readiness
4, Menunjukkan bahwa pengikut telah memiliki pengetahuan dan
keterampilan kerja yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas, disertai
dengan kemauan yang kuat untuk melaksanakannya.
2.
Gaya
Kepemimpinan
Hersey & Blanchard menggunakan
studi Ohio State untuk mengembangkan empat gaya kepemimpinan yang dimiliki
manajer yaitu:
a.
Telling (Pemberitahu),
Gaya ini
paling tepat untuk kesiapan pengikut rendah (R1). Ini menekankan
perilaku tugas tinggi dan perilaku hubungan yang terbatas. Gaya kepemimpinan telling
(kadang-kadang disebut directing) adalah karakteristik gaya kepemimpinan
dengan komunikasi satu arah.
Pemimpin
memberitahu individu atau kelompok soal apa, bagaimana, mengapa, kapan dan
dimana sebuah pekerjaan dilaksanakan. Pemimpin selalu memberikan instruksi yang
jelas, arahan yang rinci, serta mengawasi pekerjaan secara langsung.
b.
Selling (Penjual),
Gaya ini
paling tepat untuk kesiapan pengikut moderat (R2). Ini menekankan pada
jumlah tugas dan perilaku hubungan yang tinggi. Pada tahapan gaya kepemimpinan
ini seorang pemimpin masih memberi arahan namun ia menggunakan komunikasi dua
arah dan memberi dukungan secara emosional terhadap individu atau kelompok guna
memotivasi dan rasa percaya diri pengikut.
Gaya ini
muncul kala kompetensi individu atau kelompok meningkat, sehingga pemimpin
perlu terus menyediakan sikap membimbing akibat individu atau kelompok belum
siap mengambil tanggung jawab penuh atas proses dalam pekerjaan.
c.
Participating (Partisipatif),
Gaya ini
paling tepat untuk kesiapan pengikut tinggi dengan motivasi moderat (R3).
Ini menekankan pada jumlah tinggi perilaku hubungan tetapi jumlah perilaku
tugas rendah. Gaya kepemimpinan pada tahap ini mendorong individu atau kelompok
untuk saling berbagi gagasan dan sekaligus memfasilitasi pekerjaan dengan
semangat yang mereka tunjukkan.
Gaya ini
muncul tatkala pengikut merasa percaya diri dalam melakukan pekerjaannya
sehingga pemimpin tidak lagi terlalu bersikap sebagai pengarah. Pemimpin tetap
memelihara komunikasi terbuka, tetapi kini melakukannya dengan cenderung untuk
lebih menjadi pendengar yang baik serta siap membantu pengikutnya. Tugas
seorang pemimpin adalah memelihara kualitas hubungan antar individu atau
kelompok.
d.
Delegating (Pendelegasian),
Gaya ini
paling tepat untuk kesiapan pengikut tinggi (R4). Ini menekankan pada
kedua sisi yaitu tingginya perilaku kerja dan perilaku hubungan dimana gaya
kepemimpinan pada tahap ini cenderung mengalihkan tanggung jawab atas proses
pembuatan keputusan dan pelaksanaannya.
Gaya ini
muncul tatkala individu atau kelompok berada pada level kompetensi yang tinggi
sehubungan dengan pekerjaannya. Gaya ini efektif karena pengikut dianggap telah
kompeten dan termotivasi penuh untuk mengambil tanggung jawab atas
pekerjaannya. Tugas seorang pemimpin hanyalah memonitor berlangsungnya sebuah
pekerjaan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Model Fiedler, Model ini dikembangkan oleh Fiedler,
model kontingensi dari efektivitas kepemimpinan memiliki dalil bahwa prestasi
kelompok tergantung pada interaksi antara gaya kepemimpinan dan situasi yang
mendukung. Kepemimpinan dilihat sebagai suatu hubungan yang didasari oleh
kekuatan dan pengaruh. Model House’s Path-Goal atau model arah tujuan ditulis
oleh House (1971) menjelaskan kepemimpinan sebagai keefektifan pemimpin yang
tergantung dari bagaimana pemimpin memberi pengarahan, motivasi, dan bantuan
untuk pencapaian tujuan para pengikutnya. Path-Goal Theory, berpendapat bahwa
efektifitas pemimpin ditentukan oleh interaksi antara tingkah laku pemimpin
dengan karakteristik situasi (House 1971).
Model Vroom-Yetton adalah Sebagaimana telah kita
pahami bahwa partisipasi bawahan dalam pengambilan keputusan dapat meningkatkan
kepuasan kerja, mengurangi stress, dan meningkatkan produktivitas. Model ini
berasumsi bahwa pemimpin harus lebih luwes untuk mengubah gaya kepemimpinan
agar sesuai dengan situasi. Model ini mempertahankan lima gaya kepemimpinan
yang menggambarkan dari pendekatan otoriter (AI, AII), ke konsultatif (CI,CII)
sampai pendekatan yang sepenuhnya partisipatif (GII).
Model Kepemimpinan Situasi didasarkan atas hubungan
antara: tingkat bimbingan dan arahan (perilaku tugas) yang diberikan pemimpin,
tingkat dukungan sosio-emosional (perilaku hubungan) yang disediakan pemimpin;
dan tingkat kesiapan yang diperlihatkan bawahan (kematangan bawahan) dalam
melaksanakan tugas, fungsi atau tujuan tertentu. Gaya kepemimpinan seseorang
terdiri dari kombinasi dari perilaku tugas dan perilaku hubungan. Teori
kepemimpinan situasional bertumpu pada dua konsep fundamental yaitu: tingkat kesiapan/kematangan individu
atau kelompok sebagai pengikut dan gaya
kepemimpinan
B. Saran
Semoga dengan tersusunnya makalah ini dapat memberikan
gambaran dan menambah wawasan kita tentang
“Pendekatan Dan Teori Kontingensi”. Selain itu penulis juga berharap pembaca lebih banyak lagi
menggali pengetahuan mengenai materi yang dibahas
dalam makalah ini.
DAFTAR
PUSTAKA
Danim, Sudarwan. 2004. Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas
Kelompok. Jakarta: Rineka Cipta.
Rivai, Veithzal dan Deddy Mulyadi.
2012. Kepemimpinan dan Perilaku
Organisasi. Jakarta: Rajawali Pers.
Anonim. 2008. Teori Kepemimpinan
Klasik dan Teori Kontingensi. http://smileboys.blogspot.com.
Langganan:
Postingan (Atom)