1 April 2015

MARLUKODES SEPANJANG MASA




by Loli Via Handayani 
  “Ini pertama kalinya gue nginjakin kaki di tempat ini. Loe pasti bertanya-tanya, asking-asking, gue ada di mana. Sejujurnya gue juga gak tahu gue di mana, tapi waktu itu di sana gelap banget guys, lantainya becek, dindingnya dingin, terus ada suara air”.“Yah elah itu mah WC bego!”Sontak kawanan siswa kelas XII IPA 1 SMA Kondang Jaya ngakak di pojokan kelas. Kebetulan mereka dapat rezeki free class hari ini, jadi sebagai siswa rajin mereka memanfaatkannya untuk berbagai macam kegiatan. Seperti mendiskusikan orang lain, ngupil, jambak-jambakan, pacaran, atau bikin konser mini galau yang peserta tetapnya para jomblo dan new membernya para bocah yang baru patah hati. Maklumlah teenager getooohh.Kenalin nama gue, Patrisia atau sebut saja “Mawar”. Karena kebetulan nama lengkap gue Patrisia Mawarni. Gue salah satu penghuni kelas ajib ini. Gue masuk dalam kawanan yang letaknya di pojokan kelas nge-drama, ngocol, dan gila-gilaan bareng brothers gue si Lukman Syahreza, yang biasa gue panggil “lutung” karena dia lebih mirip lutung ketimbang manusia. Kalo loe tanya lutung itu apa, gue juga gak tahu, mungkin itu sejenis makanan dari segi tiga Bermuda. Si Koko Indrawan, karena dia demen banget makan sambel jengkol pake terong maka lahirlah  nama “Kojet” koko doyan jengkol terong. Dan terakhir si Endra Kusuma, gue sering panggil dia “Endes” soalnya dia nge fans banget sama soimah. Kami berempat anak sok cool dan geblek yang merantau di ibu kota. Lukman dari Malang, Koko dari Riau, Endra dari Ambon, gue sendiri dari Palembang dan kami ketemu di Monas. Loe enggak perlu tahu gimana ceritanya ketemu di monas, karena gue tahu loe anggak bakal percaya cerita yang bakal gue karang.Hari ini matahari bersinar dengan sumringahnya, Kojet udah megap-megap kaya ikan kehabisan oksigen habis dihukum gara-gara enggak bikin PR Matematika dari pak Borang. Gue ngakak aja liatin dia dari dalam kelas. Lutung enggak masuk hari ini, akibat disapa flu dari kemaren. Endes asik ngupil di kursinya. Pikiran gue menerawang jauh sekarang, enggak kerasa masa putih abu-abu sebentar lagi usai. Rekan-rekan seperjuangan sudah merasakan keakraban yang semakin kental dipenghujung perjuangan kami selama tiga tahun ini, mereka  sudah mulai serius menata masa depan akan kemana nantinya setelah lulus SMA. Cuma gue yang belum tobat juga, masih setia dengan gaya slengekan, enggak kenal masa depan. Tapi hari ini gue tiba-tiba keinget ibu bapak gue, mereka ngijinin gue sekolah jauh pasti bukan cuma untuk slengekan, malakin adek kelas, atau cuma sekedar keluyuran bareng lutung and the genk. Pasti bukan cuma itu, mereka pasti menaruh harapan yang besar ke gue. Dari sini gue mulai berfikir serius sama masa depan gue, gue janji bakal serius menghadapi ujian nasional, gue harus bisa jadi orang sukses. Tiba-tiba Endes datang ngagetin gue.“hayoo!!!”Saat ini posisi gue yang tadinya duduk manis udah berubah terjengkang tapi kedepan.            “Sialan loe Ndes!!”            “Ahahaha,biasa aja keles war, gaya loe pake kejengkang segala”            “Ini bukan gaya Ndes, elu dorong kekencengan bego”“Ahahaha makanya jangan ngayal jorok loe, ayok pulang, si Kojet udah mau pingsan lari dari tadi tuh”“Kita jengukin Lutung yok, kasian itu anak, kalo flu meler sampe idungnya ikutan meleleh hahahaaha” Tawa Kojet ngakak.Akhirnya kami pergi ke kos si Lutung dan menghabiskan waktu di sana. Dalam perjalanan menuruni lembah, mengarungi sungai, menyeberangi jembatan, gue ceritain masalah yang gue lamunin di kelas tadi. Mereka berdua manggut-manggut dengerin cerita gue, mereka juga merasa sudah cukup untuk bermain-main sekarang. Si Kojet malah sampe nangis keingetan emaknya di kampong. Pas lagi seru-serunya Kojet nangis kita udah sampe di kosnya Lutung, kita biarin Kojet guling-guling di halaman rumah kos Lutung. Didalam Lutung duduk dengan tampang melas. Kita ngobrol ngalur-ngidul, sana-sini, sampe magrib. Kita pamitan pulang deh, pas liat kehalaman si kojet yang tadi guling-guling nangis, udah kesurupan demit ancol yang doyan berenang. Kami buru-buru antar dia ke kos. Mulai hari itu kami sepakat untuk serius dengan sekolah kami yang udah diambang pintu ini. Kita mulai sering aktif di kelas, kami rajin belajar bersama saat sore hari, aktif dalam diskusi kelompok, walapun kadang pendapat yang kami keluarkan itu enggak penting seperti yang pagi ini dilakukan oleh Lutung saat Ketua sedang menjelaskan kelemahan beberapa Ion, Lutung dengan seenaknya menyela dengan pendapatnya enggak penting sama sekali.“Iya saya setuju dengan pendapat ketua kelas kita, tapi itu baru kelemahannya saja kan?. Saya kira itu saja tambahan dari saya, terima kasih”Gue, Kojet dan Endes cuma bisa melongo badai dengar Lutung ngomong dengan kepercayaan diri yang setinggi toa mushola itu. Dia malah balik menatap kami dengan tatapan bangga dengan sorotan mata seolah berbicara“Gimana? Kerenkan gue”Serentak kami bertiga pingsan berjamaah liat gayanya itu. Dasar Lutung!.Belum lagi si Kojet. Manusia antah barantah ini dengan sengaja ngacungin tangan waktu Pak Zul memberi latihan soal kimia. “Biar dipikir pintar dan ngerti” gitu katanya. Awalnya keisengan dia berjalan lancar. Sampai pada soal ke lima, Pak Zul mempersilahkan dia maju kedepan untuk menjawab soal tersebut. Dalam bayangan gue dia pasti cuma cengengesan dan garuk-garuk sana sini buat nutupin kegrogiannya. Tapi guys, diluar dugaan, Kojet maju dengan gagah membawa pedang samurainya (hahaha,enggak emangnya apaan). Kojet maju mengambil spidol, mulai menulis soal penyelesaian. Disitu gue salut banget sama dia, gue bangga akhirnya temen gue ada yang otaknya cemerlang. Tapi pada saat dia menulis kata “Jawab”, mendadak dia berhenti. Kami semua diam. Kojet memohon izin ke toilet karena sakit perut. Semua orang dikelas ternganga bloon ngeliat dia dengan gaya polos-polos bodo kabur ke toilet. Kalian pasti tahu apa yang terjadi selanjunya. Iya, Kojet enggak balik-balik sampai pelajaran kimia bubar.Minggu depan kami sudah mulai Ujian Akhir Sekolah, sebelumnya kami sudah diberi wejangan TryOut selama beberapa hari dan beberapa kali. Kami semakin giat belajar, semakin hari kami menunjukkan kemajuan. Gue semakin sering menghabiskan waktu bareng genk pembuat onar yang udah insaf ini.Sepulang sekolah kami berkumpul dan kerja kelompok dan memecahkan soal-soal latihan bersama. Sistem Kebut Semalam,sudah kami tinggalkan, kami mengulang kembali pelajaran yang kami pelajari hari itu. Memang butuh usaha keras untuk standar otak kami yang biasa ini. Tapi itulah yang namanya berjuang. Di sela belajar ada saja yang membuat kami tertawa ngakak, sampai suara tawa itu membahana badai kesegala penjuru, kebersamaan semakin kental kami rasakan.Setelah selesai melaksanakan Ujian Akhir, Endes memberi kami kejutan di kos nya. Dia sudah mempersiapkan nasi kuning beserta lauknya lengkap siap santap special pake telor yang pedes karetnya dua (hahaha emang nasi goreng). Kami terkejut menyaksikan makanan yang sudah disiapkan Endes. Dan seingat gue, cuma gue melongo sambil ngiler.Hari-hari berat sudah kami lewati. Kini tiba saatnya mempertangung jawabkan hasil kerja keras kami dalam Ujian Nasional. Ujian berlangsung selama tiga hari. Hari pertama hingga hari terakhir berlangsung dengan hikmat. Semakin banyak hari berlalu, rona senja sudah  tampak membayangi kebersamaan kami. Seolah mengingatkan kebersamaan ini sebentar lagi usai. Gue pengen banget bikin kejutan untuk sahabat-sahabat  karib gue itu, kejutan yang akan selalu membuat mereka ingat tentang kebersamaman kami selama tiga tahun diperantauan ini.Siang ini gue menolak untuk pulang bareng mereka, padahal biasanya gue gak pernah alfa, izin, atau bahkan sakit. Mereka enggak ambil pusing sih walapun sebelumnya memaksa bertanya gue mau ngapain. Tapi gue rahasiain rencana gue ini dari mereka. Mulai saat itu gue selalu menghindar dari mereka, gue selalu cari alasan untuk enggak bareng sama mereka. Mereka mulai curiga sama kelakuan gue yang kaya maling. Mereka mulai sering memperhatikan gue kaya polisi. “Loe tu ngapain aja sih war, belakangan kita perhatiin loe mulai berubah sama kita”. Kata Kojet.“Gak papa kok” sahut gue dengan tampang innocent
“Udahlah, jujur aja napa, emang ada apa sebenernya? Loe nutupin sesuatukan dari kita” Endes angkat bicara.“Iiiih apaan sih kalian tu, gue tu gak nyembunyiin apa-apa dari kalian!” sambut gue belagak marah.“Udah deh guys. Biarin aja Mawar mau ngelakuin apa yang dia suka, biarin aja dia gak mau terbuka lagi sama kita. Kalo dia masih anggap kita sahabat karib, dia pasti gak kaya gini ke kita” Lutung ikut mojokin.Setelah Lutung ngomong gitu, mereka langsung pergi ninggalin gue. Gue cuma bisa diem, enggak tahu mau ngapain. Sejak kejadian itu, Lutung, Kojet, dan Endes seolah nganggap gue gak ada. Gue tetap semangat dan nguatin hati gue. Sampai saatnya perpisahan itu tiba. Sekolah mengadakan acara perpisahan, acaranya penampilan kreativitas dan bakat dari adik-adik kelas serta kami sendiri sebagai senior, dengan tema “Hapus Air Mata dan Raihlah Asa”.Acara berlangsung dengan meriah, semangat, dan ceria. Banyak penampilan yang pantas diacungi jempol, bahkan gue rela lepas sepatu gue buat ngeluarin jempol tambahan. Kegembiraan begitu tergambar siang itu, teman seperjuangan sibuk berkerumun berselfie ria, saling mencoret-coret baju, mencoba mengabadikan kenangan pada momen hari itu. Mencoba mematrinya dalam memori agar tak pernah terlupa jejak perjuangan dimasa yang akan datang.Ditengah keramaian gue menarik Lutung. Dengan tampang sok dia menoleh ke gue. Gue bergidik ngeri.“Apa!”“Gue mau ngomong sebentar”“Ngomong apaan?. Bukannya loe udah gak peduli sama kita-kita” Lutung makin pedes.“Gue serius mau ngomong. Gue tunggu kalian ditempat biasa kita nongkrong. Ajakin Kojet sama Endes sekalian” gue langsung melengos pergi.Dari kejauhan gue perhatikan Kojet, Lutung, dan Endes berjalan ketempat kami biasa nongkrong. Tempat itu seperti gubuk kecil segi empat dibawah pohon beringin. Di pohon beringin itu ada tangga kayu yang dibuat oleh Kojet untuk naik keatas pohon. Di ujung tangga ada semacam rumah pohon dengan tiga sisi tembok papan. Disanalah gue taruh kejutan gue untuk mereka. Saat sudah dekat, gue SMS Lutung untuk segera naik keatas. Sesampainya diatas, gue lihat mereka terpaku. Mereka tidak berkedip melihat kejutan itu. Semua dinding kayu sudah di cat dengan warna pastel. Tiap sudut berhias graffiti sederhana yang gue buat sendiri, beberapa potret kebersamaan kami gue tempel menyebar didinding. Tapi bukan itu yang membuat mereka terpaku. Mereka hening membaca dalam hati beberapa goresan kalimat diantara keramaian dinding.
MARLUKODES Sepanjang Masa
                       _THE END_

7 komentar:

  1. idih Loly, cerpennya bikin ngakak sendiri xD gw jadi dikatain kyk orgil -_- . Kerenn banget loh Loly.. :D knapa gak coba kirim ke penerbit juga ??? Btw pas yang akhir bikin penasaran, emang apa goresan kalimat di dinding ?

    BalasHapus
  2. idih Loly, cerpennya bikin ngakak sendiri xD gw jadi dikatain kyk orgil -_- . Kerenn banget loh Loly.. :D knapa gak coba kirim ke penerbit juga ??? Btw pas yang akhir bikin penasaran, emang apa goresan kalimat di dinding ?

    BalasHapus
  3. IBNU ahahaah aseeekkk
    MERRY hahaa makasih meryyy

    BalasHapus
  4. YANA belum tau cara dan persyaratan kirim ke koran na.... itu endingnya gambarnya gak keluar na. sekarang udh di re upload sma bang naldo,,jadi baca lagi ya endingnya,,,

    BalasHapus
  5. terimaksih sudah membaca yaaaaa

    BalasHapus