15 April 2015

DEJAVU

DEJAVU
Oleh Loly Via Handayani


Jeng...jeng…jeng!!! Serombongan anak remaja seumuran 19 tahunan berjalan memasuki gerbang sebuah universitas ternama dengan gaya preman kampus, pake slowmotion dengan rambut yang berkibar-kibar kaya disinetron FTV. Yaa…termasuk diantaranya gue dan temen-temen gue.
Kenalin, gue Tea, gak perlu  loe artiin Tea itu apa, yang jelas bukan “Teh” dalam bahasa inggris, nama gue cukup T-E-A, “Tea”, nama itu gue dapet dari bokap gue yang ahli Therapy dikampung. Kerennya sih dipanggil “tukang pijit”. Kabarnya dari pekerjaan itu lah nama gue berasal. Terakhir gue cek, gue ini anak perempuan. Disini gue kuliah bareng temen-temen SMA gue si Tagor, anak pengusaha Tahu Goreng di Medan, dan si Made, bukan “Made in Indonesia” atau “Made in Japan” yang ini Made In Bali. Made asli dari Bali tapi bermigrasi (emangnya burung) ke Kota kecil kami Sigelang. Nama kota kami memang unik gitu, kabarnya terinspirasi dari nama daerah di kitaran Padang, Sicincin. Menurut prediksi gue mungkin kedepannya akan lahir Kota Sianting, dan Sikalung terus mereka jual emas bareng-bareng. :D
Kita bertiga adalah mahasiswa baru di Universitas Guna Bakti Mandiri ini. Keberuntungan memang  lagi berpihak sama kita bertiga karena kami dikasih jurusan yang sama disini. Kami mahasiswa baru dijurusan Administrasi Pendidikan, so…sambutlah kedatangan kami dan hitung berapa yang hancur. :D
Hari pertama masuk kampus kita diospek sama senior kampus. Senior disini banyak jenisnya, ada yang sok asik, sok galak, sok serem, sok garang ada yang “sok atuh diminum teh nya kang” (ngacok). Juniornya juga gak jauh beda sebenarnya, tapi berhubung mahasiswa baru, secara praktis dan otomatis cuma senyum manis, keep calm, cari aman biar gak dibully senior.
Dalam kegiatan ospek ini kita disuruh pake papan nama yang udah ditempelin foto narsis ukuran 4R, ditulis nama asli dan nama samaran. Nama samaran kita diambil dari nama kota, pulau, sungai, atau tempat yang ada di Indonesia. Si Tagor sebagai Salatiga, si Made sebagai Sukabumi dan gue sendiri kebagian Samarinda. Diperjalanan kekampus pagi ini kita udah ngeributin nama yang kami dapat itu. Si Tagor yang IQ nya kaya genangan air dijalan, alias cetek paling ribut diantara kami.
“Ah macam mana pulak ini, kenapa nama aku jadi Salatiga?”
 “Aku belum ikut ujian,  kenapa sudah main salah-salahkan?”
Sambil menunjuk papan namanya yang bertuliskan “ X 3”.
Belum lagi pacarnya si Made yang jauh di sabang sana.
            “Kaka, adik dengar kaka sukabumi e”
            “Kemarin kaka bilang suka adik, dasar kaka komodo darat”
Dengan tampang lesu Made genggam erat papan nama bertuliskan “Like Earth” yang menghancurkan hubungannya dengan Amora kekasihnya. Sementara gue dengan bangga memakai papan nama yang bertuliskan “Sama         

ini Rinda”.

Dikampus ratusan mahasiswa baru sudah berbaris di lapangan. Didepan ada beberapa senior yang berkoar-koar ria ditengah terik matahari.
“Kalian semua udah tau nama samaran kalian kan!!!” seru yang rambut cepak
“udaaaaahhhhhhh” Maba berkoor
“Bagus!” sahut si cepak lagi
Sementara itu salah satu senior garang didepan melihat papan nama sekaligus memeriksa kelengkapan peralatan ospek.
            “Kamu!” sambil nunjuk
            “Iya kamu yang celananya kedodoran!” garang
Si tersangka celana kedodoran maju takut-takut.
            “Iya bang,,,kenapa bang”
            “Naikin tuh celana!!”
Si tersangka cuma melongo sementara suara tawa sudah membahana. Senior tadi lanjut berkeliling ke dalam barisan. Gue dengan tampang manis narik lengan bajunya.
            “Bang,,,Yang namanya Rinda mana ya?” polos
            “Ngapain kamu Tanya-tanya Rinda!” galak
            “Lah ini bang, katanya saya sama Rinda, rindanya mana ya?” makin polos
Si Senior langsung pusing denger jawaban gue.
Kemudian dia lanjut ke barisan Made. Dia cuekin aja gue yang mondar mandir sambil nanya “Mana yang namanya Rinda” Bego.
            “Kamu kok gini nulisnya!” serunya ke Made sambil nunjuk papan nama
            “Biarlah orang berkata apa bli” sahutnya galau
            “Heh! Maksudnya apa nih, Like earth, sok inggris kamu!”
“Saya ini dari Bali bli, wajar lah kalau pakai bahasa inggris. Kalau bli suka, ambil saja, biar saya balikan sama Amora. Jujur saya lebih suka Amora dari pada Bumi” Curhat. Senior tadi langsung muntah darah.
Setelah berkeliling tibalah ia di barisan Tagor.
            “Ini apa-apaan lagi nih” sambil nunjuk papan nama Tagor
            “Ya papan nama lah bang, masak mobil sport” sahut Tagor
            “Kamu belagak bego ya, kenapa gini tulisannya!”
“Hah!? Salah lagi aku? Kenapa aku disalahkan terus sih!” sambil merubah tulisan papan namanya menjadi “X 4”.
Melihat tingkah tagor,  si Senior langsung dimakamkan.
            Hari pertama menjadi mahasiswa  kami belum mulai belajar, kami masih dalam rangka perkenalan dengan dosen matakuliah, pembahasan silabus dan peraturan yang dibuat oleh dosen yang bersangkutan.
“Jadi setelah silabus ini ibu bagikan, kalian bisa cari materinya dibuku, disana udah dituliskan sumbernya, kalian bisa cari bukunya diperputakaan atau kalian boleh searching di Internet”
Dengan begonya si Tagor nanya ke gue.
“Tea, macam mana ibuk ini, masak kita disuruh kencing di Internet. Gak sopan kali, lagian internet itu dimana?”
            “Wahahaha,,,dasar bego lu gor!!. Searching bukan kencing!!” gue ngakak
            “Oooh searchingemang searching itu apa artinya?”
“Haduh gor, yang kaya gitu aja loe gak ngerti???. Searching itu…artinya jangan buang sampah sembarangan bego!!” sahut gue geblek.
Begitulah kami, anak-anak kampung khususnya yang seperti kami memang kurang pengetahuan tentang kemajuan teknologi. Tapi kami gak merasa minder sih, anak kampung itu mentalnya baja men.
            Siang ini panas menghinggapi 40 mahasiswa matakuliah Komunikasi Organisasi. Karena dosen yang tidak datang, mahasiswa yang lalu lalang kesana kemari menambah semak kelas. Ketua yang memberi peringatan hanya dianggap semut kejepit pintu oleh anggota kelas. “Pendiskusi baru” bermunculan di antara tim penyaji diskusi yang sebenarnya. Made sibuk menggoda cewek-cewek dikelas, “gak betah jomblo” katanya. Maklumlah tampang Made memang gak jelek-jelek banget, bisa dibilang lumayanlah. Semenjak putus dari Amora waktu itu dia bertekad untuk menjadi penjahat wanita alias playboy atau officeboy demikian Made menyebutnya. “Aku harus jahat” katanya. Bahkan untuk mendukung aksinya sebagai penjahat wanita dia mulai menggemari lagu Ahmad Dhani “Madu Tiga”.
            “Tea, kasian kali kawan kita itu ya kan?” Tagor berbisik
“Masak dia mau main laki-laki kantor (officeboy) ya kan? Sedih aku dibuatnya”.
“Gue bengong dengernya. Gor bukan officeboy,tapi playboy”. sabar
“Sini gue jelasin yang sebenar-benarnya biar loe ngerti. Playboy itu kalau diterjemahkan secara harfiah, play=main boy=laki-laki sehingga playboy=main laki-laki, dengan kata lain si Made mau jadi homo sekarang??? What the f*ck?!!!! Made mau jadi Maho gooorr!!”
“Apppuuaaa?!. Kita harus cepat sadarkan kawan kita Tea!! Sebelum dia jatuh kelubang hitam kehidupan” Tagor langsung kabur.
Gue masih bengong. Gue mikir. Yang dimaksud Tagor lubang hitam kehidupan itu lubang hidung ya?.
            Setelah sekian bulan kuliah akhirnya kita-kita memasuki musim ujian akhir nih guys. Pastinya dengan semangat membara menyambut hari libur (lho?!). Semester pertama ini kami dapat jatah 7 kali ujian.  Kami udah mulai giat belajar dari sekarang (kemaren kemana aja-__-‘). Beban tugas yang berkurang sekarang diganti dengan makalah akhir. Gak bisa diprediksi itu tugas makin berat atau makin ringan, tapi ya begitulah yang namanya kuliah, susah senang ya loe telan aja toh semuanya akan berlalu.
            “Ini sumber makalahnya dari mana Tagor”. Dosen
            “Ada yang dari Internet, ada yang dari buku pak”. Santai
            “Saya gak terima yang kaya gini nih, asal aja kamu buat”.
            “Jangan lah pak, saya udah susah payah buatnya pak”. Mengkerut
“Ya saya gak mau tahu, temen-temen kamu pada bisa buat yang bagus dan sesuai topic, kamu kenapa meleset jauh. Tema kita manfaat Psikologi. Kamu bisa buat manfaat psikologi dalam pendidikan, dalam mengatasi masalah anak usia dini, masih banyak lagi. Yang kamu buat malah gak jelas kaya gini. Ini ambil dan perbaiki secepatnya”
Seperti yang udah gue bilang diatas guys, susah senang ya loe telan aja, si Tagor mulai menelan bulat-bulat tugas makalah akhirnya yang berjudul “Manfaat Psikologi bagi pak Bambang”.
            Di pagi rabu yang cerah, putih- putih melati ali baba ini sudah diisi dengan ujian Sosiologi Pendidikan. Gue kerjain soal-soalnya dengan kidhmat kaya upacara hari senin, dan tenang khusuk kaya solat tahajud. Ujian ini adalah ujian yang terakhir disemester ini. Setelah itu kita bakal libur selama sebulan. Gue, Tagor, Made sudah rindu nyonya besar yang suka ngomel tapi paling dirindukan atau biasa loe sebut Ibu dan Tuan bermata elang yang diamnya itu bikin penasaran tapi dengan melotot kaya elang aja kita udah tau maksudnya atau yang biasa loe panggil Ayah.
“Apa yang paling loe kangenin dari mak sama bapak loe guys?”. gue mecah keheningan.
“Kalo aku kangen kali mancing sama bapakku, seru kali kalo ingat itu. Kalo mamkaku, pengen kali aku jumpa dia saking kangennya aku, semalam tidur aku pakai daster mamakku”. Ujar Tagor bangga
“Wahahaha ngacok loe somfreettt!” gue ngakak
“Kalo saya pengen liat ibu lagi apa sekarang, pengen bikin teh buat bapak kayak biasanya gitu” ujar Made .
“Sama de…gue juga. Sedih aja bawaan nya kalo ingat orang tua ya kan?. Pernah gak kalian mikir, orangtua kita udah menggantungkan semua impian,keinginan,harapannya sama kita, tapi kita gak bisa mewujudkan , gak bisa member yang terbaik buat mereka, apa yang bakal kalian lakuin?. Gue sering kepikiran itu guys. Gue takut gak bisa mengeringkan keringat yang udah mereka keluarin buat gue sekarang. Gue takut gak bisa bikin mereka bahagia, bikin mereka bangga, mereka makan enak, mereka…
Gue berhenti ngomong liat dua cecunguk keparat yang udah tidur ngiler dibelakang gue.
            “Dasar bangke!!!” teriak gue membahana badai ulala jambul katulistiwa.
Hari yang indah itu pun berakhir dengan sepatu dimulut Made dan kaus kaki di hidung Tagor. Gue kabur dan tertawa puas.
            Suasana fakultas Ilmu Pendidikan sudah mulai sepi dari kunjungan para mahasiswanya. Maklumlah sudah banyak “on the way kampung” statusnya. Tagor dan Made udah sampe di kampung empat hari yang lalu. Gak tau kenapa gue pengen pulang belakangan, beberapa hari ini gue sering nongkrong di kampus menikmati wi-fi kampus. Kaya hari ini, sebentar lagi gue harus berangkat kestasiun, tapi gue masih sempetin mampir nongkrong dikampus. Angin semilir menerpa rambut panjang yang gue kucir kuda. Senyum tipis tergores disudut bibir gue yang bentol dicium dengan penuh semangat sama nyamuk sialan semalam. Kayanya itu nyamuk penggemar bajak laut, karena bentol yang dia tinggalkan berbentuk gambar wajah kapten jacksparow lagi melongo. Gue sampe geleng-geleng liatnya. Emang ada yang kaya gitu???.
            Sejenak gue tertegun menerawang kesekitar, kemudian mulai memposting beberapa kalimat di media social yang gue punya. Awalnya hanya kalimat iseng seperti “Yang pup dicelana sambil ngupil itu pasti Made” atau “Tagor pergi kondangan, baju di pake, celana di pake, kolornya ketinggalan” sambil ngikik sendiri. Tapi tidak di lima menit terakhir, tiba-tiba keisengan gue hilang, yang ada hanya ketenangan saat gue baca postingan gue yang terakhir untuk sobat kental gue,  rekan-rekan sejurusan gue, untuk seluruh mahasiswa apapun jurusannya, apapun fakultasnya apapun nama kampusnya, dimana pun kalian berada.
            “Perjuangan kita belum selesai kawan. Masih ada 7 semester lagi yang perlu kita tembus disini. Bagaimanapun kesulitan yang akan kita hadapi di depan, hadapilah. Disini, bersama kita lalui semuanya, kita ciptakan bahagia, kita urai kan tawa, kita beri arti pada dunia, bersama kita sambut hari esok dengan bahagia. Sampai kisah ini selesai dibaca gue berharap senyum manis para pejuang masih menghiasi bibir kalian, terus menyertai kalian dalam kesusahan, mengingatkan kalian akan pelangi yang menanti di depan. Jangan menyerah kawan, demi masa depan yang lebih baik, rangkaian cerita yang akan kau wariskan, demi orang tua yang tersenyum bangga kepada kita, calon sarjana muda”.



_THE END_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar