22 April 2015

Bagaikan HUJAN

Bagaikan HUJAN
By:FY


Bagaikan berjalan di sela-sela hujan
Rapat, cepat jatuhnya!
Tak bisa dihindarkan
Begitu juga kamu
Rapat dan dekat sesaat, cepat melesat
Dan tak bisa dihindarkan
Ketika kamu memilih untuk pergi meninggalkan

Bagaikan hujan yang membawa kesejukan 
Begitu juga kamu
Menyejukkan hatiku dengan semua kata-kata
Walaupun aku tau sebagiannya basa-basi
Dan sebagianya lagi dusta !

Bagaikan setelah hujan reda
Timbullah pelangi yang penuh warna
Begitu juga kamu
Warnai hari-hariku seperti pelangi
Kemudian hilang
Karena tidak ada pelangi yang abadi !

Bagaikan hujan disertai badai
Begitu juga kamu
Sudah terombang-ambing aku meyakinkanmu 
Namun semuanya hanya seperti itu
Seperti badai yang pasti berlalu

Dan seperti itulah kamu
Bagaikan  hujan
Yang memberikan anugrah
Tapi tak terlepas dari gundah dan musibah

20 April 2015

APAKAH KITA SUDAH SIAP???

UNTUK RENUNGAN


AUDISI AP STUDENT'S CREATIVITIES

Tahun ajaran baru merupakan tahun memorial bagi mahasiswa baru yang pertama kalinya menginjakkan kaki di kampus. Penerimaan mahasiswa baru yang disaring dan diseleksi dari berbagai jalur pasti melahirkan sosok-sosok mahasiswa baru yang lahir di tahun yang baru, di era yang baru, di sini pasti dengan fasilitas, tekhnologi dan pemikiran yang baru dan yang kreatif dan kritis.Tetapi pada saat ini pula mahasiswa dituntut sebagai agent of change, agent of reform, and agent of social control.
Eksistensi mahasiswa tidak lepas dari masa pertama kali menginjakkan kaki di kampus. Masa - masa peralihan dari siswa menjadi mahasiswa seutuhnya itu pun diperlukan bimbingan dan arahan agar mahasiswa mengerti akan esensi-esensi menjadi mahasiswa yang baik dalam bersikap, perilaku, disiplin, bertanggung jawab dan pemikiran atau kritis. Bimbingan dan arahan itu pun didapat dari masa Pengenalan Kehidupan Kampus Mahasiswa Baru (PKKMB) yang hampir diselenggarakan fakultas, maupun departemen masing-masing di Universitas-universitas.

Sebagai seorang mahasiswa juga dituntut untuk mampu dalam membuat atau mengeluarkan ide-ide baru, mampu berfikir kreatif dalam segala hal, sehingga dapat dikatakan sebagai mahasiswa yang kreatif. Maka dari itu kami sebagai Organisasi yang ada di kampus yaitu Himpunan Mahasiswa Jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang, ingin mengajak rekan-rekan atau pun teman-teman jurusan Administrasi Pendidikan untuk ikut mengembangkan kembali kreatifitas kita sebagai mahasiswa Jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang agar dapat dilihat oleh orang lain bahwa Jurusan Administrasi Pendidikan FIP UNP ini memang mahasiswa yang berbakat dan mampu berfikir kreatif dalam segala bidang.
Untuk itu, sebagai wadah penyaluran kreativitas maka tercetus lah ide untuk mengadakan AP Student's Creativities. Bentuk kegiatan yang akan dilakukan adalah pekan kreativitas penampilan minat bakat mahasiswa Jurusan Administrasi Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang.
Selain dari pada itu untuk menyemarakkan kegiatan ini maka dibukalah audisi untuk rekan-rekan mahasiswa lainnya untuk dapat bergabung memeriahkan acara ini. AYO TUNJUKKAN KREATIVITAS MU MELALUI AP STUDENT'S CREATIVITIES. 

SEGERA IKUTI AUDISINYA!!!! CHECK AT THIS OUT
AUDISI ASC




17 April 2015

PENDAFTARAN MATA KULIAH BAGI MAHASISWA AIP

* Formulir ini disiapkan bagi mahasiswa Jurusan Administrasi Pendidikan yang tidak dapat mengambil mata kuliah yang sesuai dengan kurikulum tahun masuk mahasiswa yang bersangkutan. Karena tidak dapat mengambil mata kuliah tersebut, sehingga mata kuliah bagi mahasiswa yang bersangkutan menjadi "tercecer". Bila mata kuliahnya lebih dari satu, mahasiswa yang bersangkutan harus mengisi lagi untuk mata kuliah yang kedua dan seterusnya...
* Formulir ini diisi hingga tanggal 17 April 2015 jam 09.00 WIB pagi, sebagai pertimbangan membuka mata kuliah semester Juli - Desember 2015.
* Pengisian formulir ini dapat juga dilakukan pada sekretariat Jurusan AP FIP UNP
* Atas perhatiannya diucapkan terima kasih

https://docs.google.com/forms/d/1xQkFFNL_rvGMStM7d8qxFhDDFAg32LZqN5eAmHh-D_M/viewform

15 April 2015

Greget Moment

Greget Moment
By: FY

Sabtu, sekitar jam 09:00, aku dan teman ku sebut saja namanya Buyuang, bergegas menuju stasiun kereta api di dekat kampus untuk membooking tiket kereta api menuju Pariaman. Tujuan kami kali ini adalah untuk merefres otak kami yang error dan tegang sesudah menghadapi ujian tengah semester. Kami yang berangkat berjumlah sekitar 34 orang. Setelah tiket ditangan, kami pun harus menunggu dan menunggu, akhirnya tiba waktunya kami untuk mengucapkan selamat tinggal pada kota Padang, sekitar jam 09:20 WIB.
Didalam kereta api tenyata tak sesuai dengan prediksi. Sebagian dari kami harus berdiri, meskipun dalam keterangan tiket yang kami punya kami mendapat keterangan tempat duduk. Tapi kami tidak terlalu memusingkan hal itu. Status sebagai mahasiswa dan generasi muda yang masih punya banyak tenaga, kami mengalah kapada ibu-ibu dan bapak-bapak yang duduk dikursi kami. Tapi untuk yang sebaya kami tidak toleran, kami gusur saja mereka. #haaha. Ada juga yang duduk bertiga di kursi yang berdaya tamping 2 orang, tapi aku tak melihat mereka merasa risih maupun kesempitan malah sebaliknya, wajah mereka begitu bahagia duduk berdempet-dempetan seperti itu. Tiba-tiba suasana sedikit menjadi tegang, ketika tiba waktunya pengecekan tiket, salah seorang dari kami kehilangan tiketnya, dan itu membuat sebagian dari kami menjadi panik, Karena menurut peraturan yang berlaku jika penumpang tidak mempunyai tiket akan di turunkan di pemberhentian selanjutnya. Tapi, syukurlah, setelah kami menjelaskan kejadian sebenarnya, salah seorang dari kami tersebut diperbolehkan untuk melanjutkan perjalanan.
Satu setengah jam kemudian, kami sampai di Pariaman. Baru turun dari kereta kami disambut oleh kata-kata “pai ka pulau diak? Pulau angso duo atau pulau kasiak? 35 ribu per urangnyo diak?”. Berisik. Ada belasan orang yang menawarkan seperti itu dengan suara lantang di dekat telinga ku. Kami tak begitu menghiraukanya, karena kami belum membuat kesepakatan untuk pergi kepulau tersebut atau hanya akan hilir-mudik saja di sepanjang Pantai Gandoriah.
Setelah banyak pertimbangan , perundingan, dan ketegangan-ketegangan urat leher yang cukup alot, akhirnya mayoritas dari kami memvonis untuk pergi kepulau. Dengan sangat terpaksa yang minoritas harus nurut. Yang ngak punya uang silahkan pinjam, yang phobia laut tinggalkan dulu phobianya itu. Pokoknya semuanya harus ikut! Tanpa terkecuali, demi membuktikan solidaritas, kekompakkan, kepedulian dan kebersamaan.
“Pergi ke pulau dek?”, Tanya seorang ibu-ibu yang sepertinya berkecimpung didunia usaha perjalanan ke pulau wisata tersebut.
“iya buk, berapa ongkosnya buk?” jawab salah seorang dari kami.
“35 ribu dek, itu sudah termasuk asuransi”, jelas ibu tersebut.
“ngak bias kurang buk?, jumlah kami banyak buk! Kurangilah sedikit buk!”. Sela dari rekan kami yang lain.
Terjadi tawar menawar yang panas disini, hingga akhirnya kami sepakat berangkat ke Pulau Angso Duo dengan ongkos Rp. 700.000,-. Setengah demi setengah dari kamipun pergi berlayar kepulau yang kami tuju.
Sampailah kami di tujuan, Pulau Angso Duo. Airnya jenih, berpasir putih, ditambah pemandangan alam yang mengugah mata yang menunjukan kebesaran Tuhan. Ada yang baru sampai langsung berenang, ada juga yang lansung makan, banyak juga yang langsung berfoto di setiap sudut pulau, tak sedikit juga yang termenung dan terdiam, selain itu ada juga yang langsung berkeliling pulau dengan kegirangan. Pokoknya lengkaplah!.
Tak terasa waktu mengharuskan kami untuk segera pulang. Kami menunggu kapal yang akan mengantarkan kembali ke bibir Pantai Gandoriah. Awalnya kami menunggu dengan tenang dan wajah yang girang. Kami menunggu sambil bernyanyi-nyanyi di iringi suara gitar. Mulai dari lagu pop, dangdut, rock sampai religi kami nyanyikan. Dari lagu anak-anak, remaja hingga tua, dari penyanyinya yang sudah tiada, masih hidup, bahkan yang belum lahirpun sudah kami dendangkan. Dari lagu yang tadinya single hingga sudah menjadi album pun sudah kami lagukan. Tapi, kapal yang ditunggu-tunggupu belum juga datang. Kami harus bergegas! Karena kami akan balik ke Padang dengan dengan mnggunkan K.A kembali. Yang tentunya akan berangkat sesuai dengan jadwalnya dan tak akan sudi menunggu penumpangnya. Kami menunggu dan menunggu, panas-panasan di tepi pantai berpasir putih itu. Silih berganti kapal yang datang, tapi tak kunjung jua kapal yang kami tumpangi tadi yang berlabuh.
Kemudian wajah kami yang girang tadi, perlahan berubah menjadi tegang. Waktu terus berjalan. Aku teramat emosi, panic dan ngak bisa tenang. Bagiku jam berapapun aku pulang tak masalah, karena aku orang bumi pariaman. Tapi mereka? Teman-teman ku? Mereka akan menggocek saku lebih dalam jika tidak menggunakan K.A balik ke Padang. Dan aku juga ngak bisa bayangin jika teman-temanku ini dengan sangat terpaksa harus mengungsi ke rumahku. Itu opsi terakhir yang ada di pikiran ku. Aku merasa emosi bahkan bibir kupun tak sanggup untuk tersenyum.
Hingga akhirnya,,
Yang ditunggu-tunggu datang. Pada jam 15:40 WIB, kapal kamipun menjatuhkan jangkarnya. Kami berebutan naik ke kapal. Hingga membuat muatanya penuh dan demi keselamatan, beberapa orang harus turun. Dan sayangnya orang lain dari rombongan kami tidak mau mengalah!, mereka berlagak tidak tau dan mereka bertahan duduk dengan tenang. Gua terkejut seketika, ketika beberapa cowok dari rombongan kami memilih mengalah dan memutuskan turun mununjukkan sikap kedewasaan mereka. Aku melihat jam. Kira-kira terkejar ngak ya waktunya? Ketinggalan kereta ngak ya? Dalam pikiran ku. Tanpa pikir panjang lagi aku memutuskan untuk ikut turun bersana rekan ku lainya sebut saja namanya Sari. Alasan pertama aku dan Sari turun adalah kami tau jalan pulang! Langkah kami ini diikuti oleh beberapa rekan cewek kami yang lain. Dan dalam pikiran ku,  biarlah separo pulang dengan kereta dan separo lagi  pulang dengan bus. Aku mulai pesismis. Tapi ku ngak mau itu terjadi. Aku masih berharap sama-sama pergi, sama-sama datang, sama-sama sakit, sama-sama senang.
Kapal yang membawa sebagian dari kami yang berjumlah sekitar 20-an itupun mengangkat jangkarya.
Aku tidak henti-hentinya melihat jam, aku tak bisa tenang dan panic. Aku merasa orang yang paling bersalah jika teman-teman ku yang masih tertinggal di pulau ini tidak bisa pulang dengan kereta api bersama teman-teman ku yang lain yang sedang menuju bibir Pantai Gandoriah. Sms bertubi-tubi datang, hp tak henti-hentinya berdering untuk saling mengabari perkembangan terkini dari kami yang masih terdampar di Pulau Angso Duo ini. Aku ngak tau apakah teman-teman yang bersama ku ini merasa resah atau tidak.
“kami sudah sampai bro!” isi sms dari salah seorang rekan kami.
“kalian langsung ke stasiun, infokan kepada teman-teman yang ada disana, jangan tunggu kami di pantai! langsung ke stasiun, ingat! Langsung ke stasiun!” isi balasan sms dariku atas instruksi bujang dan teman-teman yang lain.
20 menit kemudian, sekitar jam 16:00 WIB. Kapal yang sama datang menjemput kami. Kami hanya mempunyai waktu 20 menit lagi, sebelum kereta berangkat. Kami bergegas naik. Tetapi diperlambat oleh mereka yang berjalan sok imut dan sok kecantikan. Aku kesal! Padahal kami sudah dikejar waktu. Aku kembali melihat jam, bahkan sertiap menit mataku tak terlepas dari jarum jam. Serta hp ditangan ku yang selau bergetar, tanda ada info dari teman-teman kami yang sudah di daratan.
“Kita gerbong satu! Langsung berlari ke stasiun! Kami akan berusaha melobi petugas K.A , jika waktunya tidak cukup, kami akan turun!” kira-kira beginilah kesimpulan dari semua sms dan semua info yang ku terima. Nafas ku putus-putus. Aku berharap sampai di stasiun tepat waktu.
Belum berlabuh dengan sempurna kapal yang kami tumpangi, pluit kereta api sudah terdengar beberapa kali. Kami hanya mempunyai waktu 1 menit! 1 menit! sebelum kereta berangkat. Kami langsung berhamburan turun. Lompat dari kapal sesegera mungkin. Tak tau apakah itu dangkal atau  dalam. Tak peduli nantinya akan basah atau kering. Yang terpenting kami harus berlari secepat mungkin kestasiun. Jatuh berdiri lagi. Bahkan rasa sakit dari kaki kami pun yang berlari tanpa alaspun tak terasa. Kami berlari  secepat mungkin. Entah bagaimana ekspresi orang-orang sekitar rute yang kami lalui. Kami tak peduli! Kami terus berlari dan berlari dengan heroik.
“cepat! Cepat!” suara masinis yang berteriak sambil melambai-lambaikan tangan dari depan kemudi sembari mengeluarkan sebagian badannya dari jendela. Kami meresponnya dengan berlari lebih cepat.
“cepat! cepat! cepat!” semangat dari teman-teman kami yang sudah duduk di dalam kereta, yang terlihat dari jendela dengan kehisterisan mereka masing-masing.
“Cepat! cepat! cepat!!!!!!” seru petugas K.A sambil membuka pintu kereta bersama seorang rekan kami yang menjadi perwakilan untuk menyambut kedatangan kami.
Belum lurus tegak kami, belum teratur detak jantung kami, kereta pun langsung jalan.
Yesssss…..kami berhasil!!!!! Tepat waktu!!!!!!! Alhamdullillah,,,
Seiring berjalannya kereta api kegembiraan kami pun pecah. Tiba-tiba seorang petugas K.A menghampiri ku dan berkata …
“kenapa kalian terlambat?” suara lantang dan keras tertuju padaku.
“maaf pak, tadi kapalnya terlambat menjemput kami.! Jadi ini bukan mutlak salah kami pak! Salah kapalnya! Lagi pula kami kan ontime pak!” aku mencoba jelasin kenyataanya.
“kenapa kapal yang disalahkan?” lanjut petugas K.A tersebut.
“Eh,, maksud saya salah orang yang bawa kapalnya pak, kenapa saya yang dimarahi pak? Ampun pak! Belum lepas sesak nafas saya ini pak, ditambah lagi bapak marah-marah tambah sesak nafas saya pak! Sekali lagi maaf pak! Maaf!” kemudian petugas K.A itupun pergi berlalu. Aku tak terlalu memasukkan kedalam hati kata-kata petugas K.A itu, karena aku merasa bapak itu tidak terlalu serius dan hanya ingin memberikan peringatan kecil kepada kami. Dan yang terpenting itu tidak membuat ku jera untuk naik kereta api kembali.
 Setelah itu kami melanjutkan kegembiraan kami yang tertunda sesaat tadi. Sungguh luar biasa. Sehingga rusuhlah gerbong yang kami penuhi serta gerbong tersebut menjadi becek dan kotor sekali karena salah seorang rekan kami basah kuyup yang menjadi bukti, betapa luar biasanya perjuang kami turun dari kapal dan berlari sekuat tenaga menuju stasiun.
Dan kami pun sampai dirumah dan dikos dengan selamat!.
Banyak rasa yang aku pribadi rasakan, ada terharu karena kami berhasil pulang dengan penuh perjuangan, rasa bangga juga karena mereka semua terkesan dalam jalan-jalan kali ini ke kampungku. Dan yang paling penting adalah rasa solidaritas dan kekompakkan yang tak ternilai dengan uang dan begitu indah ku rasakan.

Terima kasih atas kekompakkanya! Terima kasih atas kunjunganya ke Pariaman, dan yang terakhir terima kasih untuk kapal wisata yang terlambat menjemput kami, sehingga membuat akhir dari perjalanan kami ini menjadi begitu #Greget. Dan terima kasih telah membacanya.. ^_^   

Malaikat yang Terbuang

Malaikat yang Terbuang
Created by: Ibnu Sani Marlius

“Rahman,, kekantin yuk.” Ucap reza sambil menepuk bahu gw. “tunggu bentar za, nanggung ni” balas gw sambil melanjutkan tugas gw. “stop dulu aja, kan siap istirahat kita masih lanjut lagi belajar ini” kata reza mencoba memperdayai gw. “tunggu bentar aja, ini nanggung”  jawab gw melanjutkan pekerjaan gw tanpa  melihat kearah  reza. Tiba tiba reza mengambil buku tugas yang sedang gw kerjakan dan memasukkan nya kelaci. “udah ayok.” Celoteh reza. Gw pun nyerah, kalo udah urusan sama ni anak, pasti gw yang harus ngalah. Dan akhirnya gw mengikuti kemauan reza. Kitapun pergi kekantin untuk mengisi perut dijam istirahat pagi ini.
Reza adalah sahabat gw dari SMP, gw udah paham banget sifat sifatnya sireza, dia orangnya keras kepala, susah ditebak dan gak suka diatur atur. Dan kalo berurusan sama dia, kita mesti  sabar dan biasanya gw pasti ngalah sama dia. Dia selalu maksain kehendaknya. Kadang itu yang  bikin gw  risih, tapi menurut gw gak apa apa, itu udah sikap dia, dan gw sebagai sahabat yah harus ngelakuin yang terbaik buat sahabat gw.
Dijalan kekantin kita ketemu sama Diana  yang lagi ketawa cekikikan dibawa pohon beringin sama windi. “rahman, reza mau kemana ??” sapa diana. “kekantin, lu ikut gak?” jawab reza, gw dan reza berjalan menghampiri kedua anak itu. “ooo, gak ah, lu bedua lanjut aja dah, kita udah siap.” Kata diana. Gw sama reza kembali melanjutkan perjalanan kekantin. Dikantin kita beli beberapa gorengan dan teh gelas. Hahhaaah kita paling doyan banget minum teh gelas, sampe sampe Diana nyuruh kita bikin pabrik teh gelas. Hahahahah. Setelah perut cukup terisi kita segera meninggalkan kantin, soal nya kalo kelamaan dikantin tiba tiba kantong pasti kering.
“za,, tu diana sama windi lagi asik tu, kagetin yuk. Gw udah lama ni gak liat latahnya siwindi” ucap gw dengan  wajah jahat. Haha. “haha okok” jawab sireza yang kelakuannya lebih usil dari gw. sambil mengendap endap kita berjalan diantara rerimbunan bonsai ditaman depan kelas. Tiba tiba gw dikagetkan dengan teriakan sireza. “aaaaaaa..sakit sakit sakit..” reza berteriak sambil berlari keluar dari taman dan menggaruk garuk kakinya. Tentu saja rencana kita gagal, Diana dan windi kebingungan melihat reza yang sibuk menggaruk garuk kaki dan melepas sepatunya. Dengan kebingungan gw keluar dari taman dan mencoba mencari tau reza kenapa. “lu kenapa za??”tanya gw sambil mendekati reza. “ini.... gw digerogoti semut,, pakek masuk lagi kecelana gw.” jawab reza. Dia masih sibuk mengurusi semut semut yang menggigitinya. “hahhahaaha eh.. lu pada kurang kerjaan ya? Ngapain lu masuk ke sana, jalan gede, lu malah jalan ke taman”celoteh siwindi sambil ketawa. “haha niatnya kita mau ngagetin lu win, tapi noh sireza yang dihajar semut, gagal dah misi kita” gw menimpali. “hhahahaa rasain, lu mau berniat jahat sama ibu peri, kwalat kan” jawab windi. “lu malah ngombrol, bantuin gw dong” teriak reza yang masih sibuk dengan semut. “hahhaha gw bisa bantu apa  za, tu semut masuk celana lu, lu lepas aja celana lu. Hahhaahah” jawab gw.
Akhirnya setelah beberapa menit sibuk dengan semut semut yang menggigitinya, Reza pun merapikan kembali seragamnya yang tadi berantakan. Waktu istirahat masih tersisa beberapa menit, kita habiskan dengan bicara ngelantur sana sini dibawah sebatang pohon beringin yang merupakan tempat faforit kita disekolah. Semenjak pertama kali kami di SMA ini, pohon beringin ini merupakan tempat kegemaran kami berempat, gak cuma buat main, tapi kalo kita lagi rajin kita juga bikin  tugas disini. 
Hari ini gak kayak biasanya, karena  hari ini  kita gak fullday school, soalnya guru guru mau ada rapat. Jam 12.20 kita udah pulang. Gw, reza, diana sama windi bukannya pulang, kita malah  nongkrong  dibawah pohon beringin. Hahahaha “nanti aja pulang ya, gw gak ada kerjaan dirumah, males pulang jam segini” ucap diana sambil duduk dan meletakkan tasnya. “iya, gw juga” gw menimpali. “eh,, gw pengen mintak tolong sesuatu nih” ucap Reza. “tolong apaan  za.?bilang aja. Kita pasti  tolongin lu.” Jawab  gw dengan penasaran. “jadi  gini, lu tau gak sama intan, anak IPA 1.?” Ucap reza membuka percakapan. Gw agak sedikit kaget mendengar  Reza nanyain intan, tapi gw mencoba utk bersikap natural. “iya tau, emang kenapa?” gw mencoba menyelidiki. “cieee nanya nanya intan, lu naksir yeee” tiba tiba Diana menyela. Reza Cuma senyum senyum. Dan yang  gw liat dari ekspresi reza dia kayak malu malu mendengar ocehan diana. Gw mulai curiga, berharap apa yang  dipikiran gw salah. “gw suka sama dia, dan gw pengen lu bertiga bantuin gw. gw pengen nembak dia” reza melanjutkan percakapan. Gw kaget denger ucapan reza. Gw  terdiam sejenak, tenyata apa yang gw takukan pun terjadi. “lu kenapa man ?? tanya reza memecah lamunan gw. “eh... gak kok” jawab  gw mencoba menyembunyikan yang gw rasakan. “okok,, gw bakal bantuin lo” jawab gw.
Kita bertiga ngebantuin reza buat deket sama intan, tapi, diantara kita bertiga yang kenal intan Cuma gw, jadi gw yang paling banyak bantuin reza buat deketin dia, solanya gw pernah ikut lomba portofolio bareng intan, jadi sedikit banyaknya gw kenal sama intan. Hanya dalam waktu 3 minggu, gw berhasil deketin Intan dan  reza, dan  katanya  malam ini reza mau nembak intan. Awalnya reza ngajak gw, tapi gw gak mau ikut, karena gw gak bakalan sanggup nahan yang gw rasakan.
Pagi ini baru sampe disekolah dan gw duduk didepan kelas, tiba tiba gw liat Reza datang kesekolah boncengan sama intan. Dan itu artinya tadi malam mereka  udah jadian. Sejak saat itu, reza lebih banyak menghabiskan waktunya bareng intan dari pada bareng kita. Gw berusaha memaklumi itu, namanya juga orang baru jadian. Kebetulan pagi ini guru geografi kita gak masuk dan kitapun gak belajar sampe istirahat jam 9. Kitapun beralih tongkrongan ke pohon beringin. Tapi Cuma gw sama windi, sedangkan Reza asik sama intan yang kayak nya  juga lagi gak belajar, dan diana sibuk bergumul dengan  tugas tugasnya. “rahman..gw ada masalah sama cowok gw, kenapa ya, coowok itu susah  banget ngertiin cewek” ucap windi memulai percakapan. “haha, win, lu  jangan langsung menilai gitu aja, lu liat dulu apa penyebabnya. Gak  juga kali win, terkadang cowok juga butuh diperhatian dari sicewek, dan cowok pengen perhatian dan pengertiannya itu dihargai cewek, mungkin  lu kurang menghargai dia selama ini kali..” gw mencoba ngasih solusi. “iya juga mungkin ya.. gw ikutin  saran lu  dah. Makasih ya man, lu tu  sahabat terbaik gw. oh ya, ntar ajarin gw  tugas matematika ya.” Ucap windi dengan senyum lebar tersungging diwajahnya. “ok ok” ucap gw.
***
Malam ini gw lagi males belajar, soalnya tadi fullday school dan besok jumat, jadi gak fullday dan tugaspun  gak ada, jadi malam ini gw  Cuma melongo depan  tv. “rahman, dari tadi mama liat kamu Cuma nonton aja,kapan  belajarnya. Kamu jangan malas malas gini dong, biaya sekolah  mahal dan kamu sekolah Cuma main  main doang. Kamu liat tu diana, belajarnya rajin, juara kelas, menang lomba ini itu. Nah kamu apa, gak ada satupun. Seharusnya kamu contoh diana” nyokap gw marah marah. Yah kayak gini lah gw kalo dirumah, selalu kena marah, padahal gw  gak sering nonton tv lama lama. Gw paling gak suka dibanding  bandingin sama orang lain, dan sudah  jadi kebiasaan  nyokap gw selalu  ngebanding bandingin  gw sama diana. Gw pengen marah, tapi itu nyokap gw, jadi gw lebih milih diam dan masuk kamar. Gw gak bisa nahan lagi, gw pengen  marah. Kenapa nyokap gw selalu banding  bandingin gw. diantar gw  dan 3 sahabat gw, gw terkenal paling ceria, dan tapi dibalik tawa dan keceriaan gw, terdapat 1001 kesedihan dan masalah.
Tapi, malam ini gw gak sanggup lagi nahan semua ini, gw butuh seseorang untuk berkeluh kesah. Gw coba sms dan telfon diana, dia lagi sibuk belajar. Windi nomornya gak aktif. Dan sireza gw sms gak dibales, gw telfon gak diangkat, mungkin dia lagi sibuk pacaran. Kadang gw bertanya, kenapa  sih,  saat gw butuh semua orang menghilang. Makanya gw jarang cerita masalah gw, karena pas gw lagi  butuh, pasti sahabat gw sendiripun gak pernah ada.
Pagi ini gw datang kesekolah dengan setumpuk masalah diotak gw, gw udah gak kuat lagi, gw pengen keluarin semuanya. Gw gak tahan terus terusan diginiin sama sahabat gw sendiri, saat mereka butuh, gw dicari layaknya emas, tapi saat gak dibutuhin, gw dibuang kayak sampah. Mereka Cuma tau senangnya gw, tapi mereka gak pernah mau tau sedih gw. orang yang gw anggap  sahabat ternyata malah ada saat  mereka butuh.
“rahman kekantin yok” ucap reza. “gak ah  gw males” ucap gw sambil pergi  ninggalin reza. “selamat pagi rahman ganteng” ucap windi dengan cengengesan. Gw Cuma lewat tanpa memperdulikan windi. “lu kenapa man” ucap windi sambil mengiringi gw. “gak apa apa” ucap gw sambil terus  berjalan. “lu yakin gak apa apa man” ucap windi. Gw menghentikan langkah gw “eh.. lu tuli ya, kan gw udah bilang gak apa apa. Udah gak usah sok perhatian lu” bentak gw, dan pergi ninggalin windi yang kaget dengan yang gw lontarkan.
Sesampainnya dikelas gw duduk dikursi gw, tak berselang waktu yang lama diana datang menghampiri gw. “rahman, gw nemu buku bagus kemaren diperpus” ucap diana sambil menyodorkan sebuah buku kearah gw. gw dorong buku yang disodorkan diana hingga jatuh, dan gw masih tetap dalam diam.
Setelah shalat jumat dimasjid dekat sekolah gw, gw pun duduk sendiri dibawah pohon beringin yang biasa tempat gw, reza,diana sama windi nongkrong. Tiba tiba berbarengan reza, windi sama diana datang. gw beranjak untuk pergi, tapi reza menahan gw. “rahman.. lu kenapa sih, kenapa lu kayak gini ke kita.??lu kalo ada masalah cerita ke kita man, kita bakal bantuinlu kok” ucap reza.
“apa, !! bantuin lu bilang. Gak  salah denger gw. sejak kapan lu semua peduli sama masalah gw.” ucap gw ketus. “man, lu kok ngomongnya gitu. Kita semua sahabat lu, masalah lu jadi masalah  kita juga man” jawab diana. “enak ya bacot lu ngomong, lu semua Cuma tau senang gw doang, tapi lu gak pernah tau banyak kesedihan dan masalah yang gw simpan selama ini, kenapa ? karena gak ada satupun dari kalian yang hadir saat gw butuh” ucap gw dengan nada tinggi.
“man,kita selalu ada kapan pun buat lu” ucap windi. “selalu ada lu bilang, kemaren kemaren gw butuh lu lu kemana ?? terakhir gw lagi drop, gw sms dan telfon lu, tapi nomor lu gak aktif, baru kali itu nomor lu gak aktif, biasanya aktif mulu.” Ucap gw.
“ya ampun rahman, Cuma gara gara itu lu segitu marahnya sama kita.” Ucap reza. “Cuma lu bilang.. eh apa harus gw bilang semuanya, biar lu pada nyadar. Ok kalo itu mau lu semua. EH ...lu reza, lu udah ngerebut kebahagiaan gw tau gak lu. Intan.. cewek lu,,gw suka sama dia, tapi apa... lu yang dapaetin dia. Dan lu gak pernah taukan perasaan gw.” ucap gw. “kalo emang lu suka kenapa lu bantuin gw” jawab reza.
“kenapa?? Karena gw mikirin perasaan lu, karena lu gw anggap sahabat gw, gw rela berkorban buat sahabat gw, bahkan tiap hari gw harus mengubur perasaan ini. Tau gak lo. Sakit rasanya. Tapi apa, gw ngorbanin perasaan gw demi lu, tapi saat gw butuh lu, lu kemana ?? lu gak pernah peduliin gw. lu sibuk sama intan. Sampe sampe lu lupa sahabat lu.” Ucap gw dengan nada tinggi dan air mata yang mulai menetes. Rezapun terdiam mendengar semua yang gw ucapin.
“lu windi,,  lu cari cari gw saat lu butuh gw, semua curhatan lu gw dengerin, masalah lu gw bantu selesai in. Apapun yang lu minta, gw bantuin. tapi lu ngilang saat gw butuhin. Kemana aja lu.??? Ucap gw dengan keras dan air mata yang terus bercucuran.
“lu diana, gw tau lu pintar, lu bisa segalanya. Tiap hari gw selalu dibanding bandingin sama lu. Gw muak tau gak, gw emang bukan apa apa, ortu gw lebih sayang lu dari gw. puas lu udah ambil kebahagiaan gw. dan lu sama aja kayak yang lain, gak pernah ada saat gw butuh. Puas lu semua udah ngambil kebahagiaan gw, udah ngambil semua yang gw punya, dan udah puas lu manfaatin gw. gw ngorbanin semuanya demi lu, tapi lu semua ngebuang gw kayak sampah, lu gak pernah ngertiin gw dan  lu gak pernah menghargai pengorbanan gw. ini yang lu namain sahabat.” Ucap gw dengan air mata yang mengalir makin deras. Reza, windi dan diana juga menangis mendengar semua yang gw lontarin, entah itu  menyadari kebenaran kata kata gw entah  apa. Gw sama sekali udah gak peduli mereka.
“rahman, kita semua minta maaf, kita tau kita salah, tapi kenapa lu semarah  ini sama kita man. Kita sahabatan udah lama, dan gw gak pernah  liat lu semarah ini. Please maafin kita rahman.” Ucap reza, sedangkan windi dan diana Cuma nangis terisak isak. “udah telat, lu gak usah mintak maaf, gak ada gunanya, lagian gw udah anggap lu semua gak pernah ada dalam hidup gw” jawab gw sambil pergi meninggalkan mereka. “rahman..... tungguu” teriak windi. Gw sama sekali gak peduli. Gw pacu motor gw secepat mungkin, semua perasaan bercampur aduk didalam otak gw, marah, sedih, kecewa. Dan air mata terus mengalir dengan derasnya. Hingga, tanpa gw sadari sebuah mobil keluar dari persimpangan dan gw berusaha menghindari, tapi gw tak cukup gesit, motor yang gw bawa menabrak pembatas jalan dan gw terpelanting dari motor gw. tubuh gw sakit, gw gak bisa apa apa, untuk berteriak minta tolongpun gw gak sanggup, penglihatan gw buram, gw hanya melihat orang berkerumun. Diantara sadar dan tidak, gw merasakan orang orang mencoba menolong gw, gw dibawa ambulance kerumah sakit. Gw gak mampu bergerak, entah seperti apa keadaan tubuh gw, yang pasti gw gak bisa menggerakkan tubuh gw, yang bisa gw lakukan hanya bernafas dan menyebut nama allah disetiap helaan nafas gw. gw bisa ngerasain, kalo waktu gw udah abis. Gw bisa rasain, utusan allah akan datang menjemput gw. tak ada yang lain yang gw pikir dan ucapkan selain nama allah. Dan pada akhirnya utusan allah itupun tiba, menghampiri gw.
THE END

DEJAVU

DEJAVU
Oleh Loly Via Handayani


Jeng...jeng…jeng!!! Serombongan anak remaja seumuran 19 tahunan berjalan memasuki gerbang sebuah universitas ternama dengan gaya preman kampus, pake slowmotion dengan rambut yang berkibar-kibar kaya disinetron FTV. Yaa…termasuk diantaranya gue dan temen-temen gue.
Kenalin, gue Tea, gak perlu  loe artiin Tea itu apa, yang jelas bukan “Teh” dalam bahasa inggris, nama gue cukup T-E-A, “Tea”, nama itu gue dapet dari bokap gue yang ahli Therapy dikampung. Kerennya sih dipanggil “tukang pijit”. Kabarnya dari pekerjaan itu lah nama gue berasal. Terakhir gue cek, gue ini anak perempuan. Disini gue kuliah bareng temen-temen SMA gue si Tagor, anak pengusaha Tahu Goreng di Medan, dan si Made, bukan “Made in Indonesia” atau “Made in Japan” yang ini Made In Bali. Made asli dari Bali tapi bermigrasi (emangnya burung) ke Kota kecil kami Sigelang. Nama kota kami memang unik gitu, kabarnya terinspirasi dari nama daerah di kitaran Padang, Sicincin. Menurut prediksi gue mungkin kedepannya akan lahir Kota Sianting, dan Sikalung terus mereka jual emas bareng-bareng. :D
Kita bertiga adalah mahasiswa baru di Universitas Guna Bakti Mandiri ini. Keberuntungan memang  lagi berpihak sama kita bertiga karena kami dikasih jurusan yang sama disini. Kami mahasiswa baru dijurusan Administrasi Pendidikan, so…sambutlah kedatangan kami dan hitung berapa yang hancur. :D
Hari pertama masuk kampus kita diospek sama senior kampus. Senior disini banyak jenisnya, ada yang sok asik, sok galak, sok serem, sok garang ada yang “sok atuh diminum teh nya kang” (ngacok). Juniornya juga gak jauh beda sebenarnya, tapi berhubung mahasiswa baru, secara praktis dan otomatis cuma senyum manis, keep calm, cari aman biar gak dibully senior.
Dalam kegiatan ospek ini kita disuruh pake papan nama yang udah ditempelin foto narsis ukuran 4R, ditulis nama asli dan nama samaran. Nama samaran kita diambil dari nama kota, pulau, sungai, atau tempat yang ada di Indonesia. Si Tagor sebagai Salatiga, si Made sebagai Sukabumi dan gue sendiri kebagian Samarinda. Diperjalanan kekampus pagi ini kita udah ngeributin nama yang kami dapat itu. Si Tagor yang IQ nya kaya genangan air dijalan, alias cetek paling ribut diantara kami.
“Ah macam mana pulak ini, kenapa nama aku jadi Salatiga?”
 “Aku belum ikut ujian,  kenapa sudah main salah-salahkan?”
Sambil menunjuk papan namanya yang bertuliskan “ X 3”.
Belum lagi pacarnya si Made yang jauh di sabang sana.
            “Kaka, adik dengar kaka sukabumi e”
            “Kemarin kaka bilang suka adik, dasar kaka komodo darat”
Dengan tampang lesu Made genggam erat papan nama bertuliskan “Like Earth” yang menghancurkan hubungannya dengan Amora kekasihnya. Sementara gue dengan bangga memakai papan nama yang bertuliskan “Sama         

ini Rinda”.

Dikampus ratusan mahasiswa baru sudah berbaris di lapangan. Didepan ada beberapa senior yang berkoar-koar ria ditengah terik matahari.
“Kalian semua udah tau nama samaran kalian kan!!!” seru yang rambut cepak
“udaaaaahhhhhhh” Maba berkoor
“Bagus!” sahut si cepak lagi
Sementara itu salah satu senior garang didepan melihat papan nama sekaligus memeriksa kelengkapan peralatan ospek.
            “Kamu!” sambil nunjuk
            “Iya kamu yang celananya kedodoran!” garang
Si tersangka celana kedodoran maju takut-takut.
            “Iya bang,,,kenapa bang”
            “Naikin tuh celana!!”
Si tersangka cuma melongo sementara suara tawa sudah membahana. Senior tadi lanjut berkeliling ke dalam barisan. Gue dengan tampang manis narik lengan bajunya.
            “Bang,,,Yang namanya Rinda mana ya?” polos
            “Ngapain kamu Tanya-tanya Rinda!” galak
            “Lah ini bang, katanya saya sama Rinda, rindanya mana ya?” makin polos
Si Senior langsung pusing denger jawaban gue.
Kemudian dia lanjut ke barisan Made. Dia cuekin aja gue yang mondar mandir sambil nanya “Mana yang namanya Rinda” Bego.
            “Kamu kok gini nulisnya!” serunya ke Made sambil nunjuk papan nama
            “Biarlah orang berkata apa bli” sahutnya galau
            “Heh! Maksudnya apa nih, Like earth, sok inggris kamu!”
“Saya ini dari Bali bli, wajar lah kalau pakai bahasa inggris. Kalau bli suka, ambil saja, biar saya balikan sama Amora. Jujur saya lebih suka Amora dari pada Bumi” Curhat. Senior tadi langsung muntah darah.
Setelah berkeliling tibalah ia di barisan Tagor.
            “Ini apa-apaan lagi nih” sambil nunjuk papan nama Tagor
            “Ya papan nama lah bang, masak mobil sport” sahut Tagor
            “Kamu belagak bego ya, kenapa gini tulisannya!”
“Hah!? Salah lagi aku? Kenapa aku disalahkan terus sih!” sambil merubah tulisan papan namanya menjadi “X 4”.
Melihat tingkah tagor,  si Senior langsung dimakamkan.
            Hari pertama menjadi mahasiswa  kami belum mulai belajar, kami masih dalam rangka perkenalan dengan dosen matakuliah, pembahasan silabus dan peraturan yang dibuat oleh dosen yang bersangkutan.
“Jadi setelah silabus ini ibu bagikan, kalian bisa cari materinya dibuku, disana udah dituliskan sumbernya, kalian bisa cari bukunya diperputakaan atau kalian boleh searching di Internet”
Dengan begonya si Tagor nanya ke gue.
“Tea, macam mana ibuk ini, masak kita disuruh kencing di Internet. Gak sopan kali, lagian internet itu dimana?”
            “Wahahaha,,,dasar bego lu gor!!. Searching bukan kencing!!” gue ngakak
            “Oooh searchingemang searching itu apa artinya?”
“Haduh gor, yang kaya gitu aja loe gak ngerti???. Searching itu…artinya jangan buang sampah sembarangan bego!!” sahut gue geblek.
Begitulah kami, anak-anak kampung khususnya yang seperti kami memang kurang pengetahuan tentang kemajuan teknologi. Tapi kami gak merasa minder sih, anak kampung itu mentalnya baja men.
            Siang ini panas menghinggapi 40 mahasiswa matakuliah Komunikasi Organisasi. Karena dosen yang tidak datang, mahasiswa yang lalu lalang kesana kemari menambah semak kelas. Ketua yang memberi peringatan hanya dianggap semut kejepit pintu oleh anggota kelas. “Pendiskusi baru” bermunculan di antara tim penyaji diskusi yang sebenarnya. Made sibuk menggoda cewek-cewek dikelas, “gak betah jomblo” katanya. Maklumlah tampang Made memang gak jelek-jelek banget, bisa dibilang lumayanlah. Semenjak putus dari Amora waktu itu dia bertekad untuk menjadi penjahat wanita alias playboy atau officeboy demikian Made menyebutnya. “Aku harus jahat” katanya. Bahkan untuk mendukung aksinya sebagai penjahat wanita dia mulai menggemari lagu Ahmad Dhani “Madu Tiga”.
            “Tea, kasian kali kawan kita itu ya kan?” Tagor berbisik
“Masak dia mau main laki-laki kantor (officeboy) ya kan? Sedih aku dibuatnya”.
“Gue bengong dengernya. Gor bukan officeboy,tapi playboy”. sabar
“Sini gue jelasin yang sebenar-benarnya biar loe ngerti. Playboy itu kalau diterjemahkan secara harfiah, play=main boy=laki-laki sehingga playboy=main laki-laki, dengan kata lain si Made mau jadi homo sekarang??? What the f*ck?!!!! Made mau jadi Maho gooorr!!”
“Apppuuaaa?!. Kita harus cepat sadarkan kawan kita Tea!! Sebelum dia jatuh kelubang hitam kehidupan” Tagor langsung kabur.
Gue masih bengong. Gue mikir. Yang dimaksud Tagor lubang hitam kehidupan itu lubang hidung ya?.
            Setelah sekian bulan kuliah akhirnya kita-kita memasuki musim ujian akhir nih guys. Pastinya dengan semangat membara menyambut hari libur (lho?!). Semester pertama ini kami dapat jatah 7 kali ujian.  Kami udah mulai giat belajar dari sekarang (kemaren kemana aja-__-‘). Beban tugas yang berkurang sekarang diganti dengan makalah akhir. Gak bisa diprediksi itu tugas makin berat atau makin ringan, tapi ya begitulah yang namanya kuliah, susah senang ya loe telan aja toh semuanya akan berlalu.
            “Ini sumber makalahnya dari mana Tagor”. Dosen
            “Ada yang dari Internet, ada yang dari buku pak”. Santai
            “Saya gak terima yang kaya gini nih, asal aja kamu buat”.
            “Jangan lah pak, saya udah susah payah buatnya pak”. Mengkerut
“Ya saya gak mau tahu, temen-temen kamu pada bisa buat yang bagus dan sesuai topic, kamu kenapa meleset jauh. Tema kita manfaat Psikologi. Kamu bisa buat manfaat psikologi dalam pendidikan, dalam mengatasi masalah anak usia dini, masih banyak lagi. Yang kamu buat malah gak jelas kaya gini. Ini ambil dan perbaiki secepatnya”
Seperti yang udah gue bilang diatas guys, susah senang ya loe telan aja, si Tagor mulai menelan bulat-bulat tugas makalah akhirnya yang berjudul “Manfaat Psikologi bagi pak Bambang”.
            Di pagi rabu yang cerah, putih- putih melati ali baba ini sudah diisi dengan ujian Sosiologi Pendidikan. Gue kerjain soal-soalnya dengan kidhmat kaya upacara hari senin, dan tenang khusuk kaya solat tahajud. Ujian ini adalah ujian yang terakhir disemester ini. Setelah itu kita bakal libur selama sebulan. Gue, Tagor, Made sudah rindu nyonya besar yang suka ngomel tapi paling dirindukan atau biasa loe sebut Ibu dan Tuan bermata elang yang diamnya itu bikin penasaran tapi dengan melotot kaya elang aja kita udah tau maksudnya atau yang biasa loe panggil Ayah.
“Apa yang paling loe kangenin dari mak sama bapak loe guys?”. gue mecah keheningan.
“Kalo aku kangen kali mancing sama bapakku, seru kali kalo ingat itu. Kalo mamkaku, pengen kali aku jumpa dia saking kangennya aku, semalam tidur aku pakai daster mamakku”. Ujar Tagor bangga
“Wahahaha ngacok loe somfreettt!” gue ngakak
“Kalo saya pengen liat ibu lagi apa sekarang, pengen bikin teh buat bapak kayak biasanya gitu” ujar Made .
“Sama de…gue juga. Sedih aja bawaan nya kalo ingat orang tua ya kan?. Pernah gak kalian mikir, orangtua kita udah menggantungkan semua impian,keinginan,harapannya sama kita, tapi kita gak bisa mewujudkan , gak bisa member yang terbaik buat mereka, apa yang bakal kalian lakuin?. Gue sering kepikiran itu guys. Gue takut gak bisa mengeringkan keringat yang udah mereka keluarin buat gue sekarang. Gue takut gak bisa bikin mereka bahagia, bikin mereka bangga, mereka makan enak, mereka…
Gue berhenti ngomong liat dua cecunguk keparat yang udah tidur ngiler dibelakang gue.
            “Dasar bangke!!!” teriak gue membahana badai ulala jambul katulistiwa.
Hari yang indah itu pun berakhir dengan sepatu dimulut Made dan kaus kaki di hidung Tagor. Gue kabur dan tertawa puas.
            Suasana fakultas Ilmu Pendidikan sudah mulai sepi dari kunjungan para mahasiswanya. Maklumlah sudah banyak “on the way kampung” statusnya. Tagor dan Made udah sampe di kampung empat hari yang lalu. Gak tau kenapa gue pengen pulang belakangan, beberapa hari ini gue sering nongkrong di kampus menikmati wi-fi kampus. Kaya hari ini, sebentar lagi gue harus berangkat kestasiun, tapi gue masih sempetin mampir nongkrong dikampus. Angin semilir menerpa rambut panjang yang gue kucir kuda. Senyum tipis tergores disudut bibir gue yang bentol dicium dengan penuh semangat sama nyamuk sialan semalam. Kayanya itu nyamuk penggemar bajak laut, karena bentol yang dia tinggalkan berbentuk gambar wajah kapten jacksparow lagi melongo. Gue sampe geleng-geleng liatnya. Emang ada yang kaya gitu???.
            Sejenak gue tertegun menerawang kesekitar, kemudian mulai memposting beberapa kalimat di media social yang gue punya. Awalnya hanya kalimat iseng seperti “Yang pup dicelana sambil ngupil itu pasti Made” atau “Tagor pergi kondangan, baju di pake, celana di pake, kolornya ketinggalan” sambil ngikik sendiri. Tapi tidak di lima menit terakhir, tiba-tiba keisengan gue hilang, yang ada hanya ketenangan saat gue baca postingan gue yang terakhir untuk sobat kental gue,  rekan-rekan sejurusan gue, untuk seluruh mahasiswa apapun jurusannya, apapun fakultasnya apapun nama kampusnya, dimana pun kalian berada.
            “Perjuangan kita belum selesai kawan. Masih ada 7 semester lagi yang perlu kita tembus disini. Bagaimanapun kesulitan yang akan kita hadapi di depan, hadapilah. Disini, bersama kita lalui semuanya, kita ciptakan bahagia, kita urai kan tawa, kita beri arti pada dunia, bersama kita sambut hari esok dengan bahagia. Sampai kisah ini selesai dibaca gue berharap senyum manis para pejuang masih menghiasi bibir kalian, terus menyertai kalian dalam kesusahan, mengingatkan kalian akan pelangi yang menanti di depan. Jangan menyerah kawan, demi masa depan yang lebih baik, rangkaian cerita yang akan kau wariskan, demi orang tua yang tersenyum bangga kepada kita, calon sarjana muda”.



_THE END_

AP movie

CR/13

13 April 2015

TERIMA KASIH

TERIMA KASIH
Buah Karya: Loly Via Handayani

Terima kasih karena bersamamu itu sulit,
Karena cerita kita jadi seindah ini
Terima kasih karena bersamamu itu sulit,
Karena cerita kita jadi susah dilupakan
Terima kasih karena bersamamu itu sulit,
Karena cerita kita jadi tidak berakhir
Terima kasih karena bersamamu itu sulit,
Karena setiap perih yang kau beri membuatku semakin ingin bersamamu
Terima kasih…
Karena sesulit apapun bersamamu
Aku tak pernah jera untuk mencintaimu


Lagi…lagi…dan lagi

10 April 2015

SEBAIT KENANGAN- CR

Sebait Kenangan                     

Akankah kamu mengingat jalanan kecil tempat kita sering bermain dulu? Ya!, jalanan didepan rumahku dan diseberang rumahmu. Aku yakin kamu pasti masih ingat akan itu. Kita selalu menghabiskan waktu untuk melakukan kegiatan yang kurasa tidak begitu penting namun sangat berkesan, bahkan hingga sekarang.
“Enji... begitu aku meneriakkan namamu saat kita memainkan permainan kampung yang sangat menyenangkan. Cakbur, begitulah kami semua menyebutnya. Permainan demi permainan kita lakukan bersama dan kamu tak pernah memenangkan satu permainan pun dariku, aku selalu ingat itu. Yang selalu ku ingat juga adalah ketika sore hari menghampiri. Ibu kita akan berdiri sigap didepan pagar rumah dan tak lupa dengan segayung air ditangannya.
“Ini sudah waktunya mandi, jangan seperti si kenzi (orang gila dikomplek perumahanku yang sepertinya sudah 3 kali lebaran tidak menyentuh air dan sabun)” begitu kata ibuku. Bukan hanya aku yang dimarahi, kamupun juga seperti itu, ceramah sore itu akan selalu kita dapatkan sebagai penutup permainan hahaha.
Dari keseluruhan aku mengenalmu, peristiwa di pantai saat malam itu adalah peristiwa bahagia dan sedih yang tidak bisa kulupakan. Aku mengukir nama kita di sebuah pohon yang tampaknya sangat kokoh sekali dipinggir pantai. Meskipun pantai adalah tempat favorit yang sering kita kunjungi, tapi malam itu semuanya terasa berbeda. Tiba-tiba kamu berbicara serius menatapku dan tak memberikan tatapan seperti biasanya. Genggaman erat yang kamu berikan menandakan ada hal penting yang ingin kamu katakan. Kamu berusaha untuk menutupinya namun, aku takkan semudah itu kamu dustai. “bicaralah” ujarku padamu.
Genggamanmu semakin erat seperti orang yang tak mau kehilangan namun keadaan harus memisahkan. Dan ternyata firasatku benar. “aku diterima di salah satu Universitas Negeri di Bandung, dan kamu tau itu adalah impianku, namun itu berarti kita tidak akan bisa seperti ini lagi, kita akan saling berjauhan” begitu katamu sambil memanglingkan wajah karena tak kuasa menahan sedih.
Spontan aku melepaskan genggamanmu, masa kuliah yang kubayangkan akan bahagia bersamamu sekejap sirna karena ucapanmu. Aku tak inginkan ini terjadi namun aku juga tidak akan bisa menghalangi keinginanmu. Aku tersenyum dan kembali menjawab “jika itu memang yang terbaik untuk kamu, aku, dan kita, maka pergilah! Masa depanmu menunggu disana”. Dengan berat hati ku sampaikan itu.
Hembusan angin hentak membelah kesunyian yang ada malam itu. Riak ombak menambah suasana indah saat itu. Dipantai ini kita berpisah dan kuharap disini jugalah tempat kita kan bersua. Nanti.
*****
4 tahun sudah aku meninggalkan tempat ini. Aku mencium aroma kerinduan yang sangat pekat di kota ini. Kehangatan dari keluarga kecilku, keramahan warga disini, dan segala hal yang berperan di kota penuh kenangan ini dan pastinya dirimu yang selalu membuatku semangat untuk kembali kesini.
Esok harinya setelah kedatanganku disini, aku bergegas menuju tempat dimana kita saling mengikat janji disana. Ya! Pantai! Tempat itulah yang selalu ada dalam ingatanku. Bertemu denganmu ditempat itu adalah hal yang selalu ku impikan selama ini. Aku begitu yakin akan kehadiranmu di tempat itu malam ini, namun ternyata aku salah. Tak ada seorangpun disana. Yang ada hanya bayangan masalalu kita berdua, pohon, pasir, serta gelombang air laut yang sampai saat ini selalu saja menenangkan. Aku terduduk diam sambil menundukkan kepala di hamparan pantai yang indah itu.
“Enji....” panggilan itu sontak membangunkanku. Aku tak melihat siapapun disini, dan kukira itu hanya halunasi dari efek kerinduan yang ada. “Enji..” panggilan itu semakin keras terdengar ditelingaku. Sekali lagi aku memperhatikan sekeliling, namun nihil. Aku kembali menundukkan kepala dan mencoba untuk tidak menghiraukan apapun yang terjadi.
“Auu..” aku menjerit terkejut ketika ada sebuah kerikil kecil yang mendarat tepat dikepalaku. Dengan hati kesal aku menoleh kebelakang dan sambutan hangatpun datang dari tangan mungilmu yang mungkin saja sebagai ungkapan rindu. Sesaat dunia ini terasa berhenti, ketika pertanyaan ini kamu lontarkan “masihkah kamu ingat dengan dua sosok orang yang mengikat janji disini? Yaa,, itu kita!” dan sekarang kita bertemu disini untuk menepati janji yang ada, bertemu dan melepaskan kerinduan yan tercipta empat tahun ini.
Tidak ada yang berubah darimu enji, kamu tampak sumringah setelah sekian lama di Bandung. “kamu tidak berbuat yang aneh-aneh kan?” gurauan demi gurauan kian hadir mewarnai kehangatan dipantai malam itu.
Kamu menatapku sambil tersenyum, dan aku tau kenapa kamu begitu.
“malam di pantai ini akan selalu terasa indah jika bersamamu, bahkan jauh lebih indah dari apapun yang ku rasakan selama ini” setiap hari selama empat tahun aku selalu menanti kedatangan orang yang namanya kutulis dipohon itu...
**
Hingga akhirnya aku sadar bahwa detik ini kamu dan aku tidak akan lagi bersatu seperti dulu......
***** 
CR/1




9 April 2015

AIR UNTUK MUSAFIR



AIR UNTUK MUSAFIR
Presented By : Ibnu Sani Marlius



Hai... kenalin, nama gw fadli. Gw seorang mahasiswa semester 6 disalah satu universitas dikota gw. jurusan gw ilmu komunikasi. Awalnya sih gw seorang yang baik, rajin dan yang pasti taat agama. Tapi, kehidupan gw berubah 180 derajat setelah gw mengalami sebuah peristiwa yang sangat menyedihkan dan bikin gw tertekan pada saat gw masih kuliah ditahun ke 2. Hingga hari ini pun gw masih trauma banget sama masa lalu gw ini. Dan ini lah yang bikin hidup gw berubah sepenuhnya. Gw yang dulu baik, berubah menjadi jahat, mungkin lebih. Gw yang dulu rajin, berubah jadi pemalas. Dan bahkan gw yang dulu taat agama, sekarang gw gak ingat lagi, kapan terakhir kali gw shalat, entah kapan terakhir kali gw baca Al-quran. Hidup gw sekarang tak ubahnya seperti setan. Hanya penuh dengan kejahatan, hura hura, pokoknya semua yang menurut gw bisa bikin gw senang. Dunia malam adalah dunia gw, narkoba bisa dikatakan sebagai nafas gw, gw yang dulu hobi banget minum teh gelas, sekarang minum minuman keras. Dan buat gw itu menyenangkan. Kehidupan gw saat ini bikin gw lupa sama trauma masa lalu gw.
Mungkin lu bingung, apa sebenarnya yang gw alami sampai segitu parahnya kehidupan gw sekarang. Dulu, ketika gw masih kuliah ditahun kedua, gw sempat akan diberhentikan kuliah oleh orang tua gw hanya karena IP gw rendah. Tapi gw gak mau menerima keputusan itu, dan bikin gw ngamuk habis habisan dirumah. Hingga gw bentak bentak orang tua gw. dan pada saat itu tak satupun yang berada dipihak gw, sampai abang gw yang pertama melayangkan sebongkah tinju kemuka gw yang cukup membuat hidung dan bibir gw berdarah. Gw gak terima diperlakukan seperti itu, pada saat itu gw benar benar dikuasaai setan sehingga tak ada satupun yang bisa membendung emosi gw. dengan  penuh emosi, dua buah vas bunga dari keramik gw lemparkan kearah abang gw dan tepat mengenai kepalanya. Hingga akhirnya dua vas bunga ini lah yang merenggut nyawa abang gw, karena pendarahan diotak nya.
Sejak saat itu semua keluarga gw membenci gw dan bahkan kedua orang tua gw bilang kalau gw bukan anaknya lagi, dan mereka jugalah yang mengusir gw dari rumah. Sejak kejadian itu gw gak pernah lagi pulang kerumah, dan bahkan gw gak pernah  tau keadaan keluarga gw. pernah  suatu saat gw pulang kerumah dan berharap orang tua gw sudah memaafkan gw, tapi gw salah, orang tua gw malah melempar gw menggunakan batu bata saat gw berdiri didepan rumah. Dan sampai sekarang gw gak pernah pulang lagi, dan biaya gw kuliah hanya dari penghasilan gw yang gak seberapa.
Bisa dikatakan saat ini gw adalah seorang berandalan yang berstatus mahasiswa. Salah satu yang menjadi hobi gw saat ini adalah berpacaran dan jadi selingkuhan tante tante kaya yang bisa gw manfaatin buat memenuhi semua kebutuhan hidup gw. termasuk bayar kuliah gw. meskipun hidup gw penuh dengan narkoba dan minuman keras, tapi pergaulan bebas adalah sesuatu yang  paling gw hindari.
“bro.. gw udah kere nih, uang kos udah numpuk 3 bulan. Cari mangsa yok” ujar Randi sambil memecah lamunan gw. “eh.. yang kemaren lu kemana in ??mintak sama dia aja” jawab gw dengan nada santai. “yaelah broo, yang  kemaren mah gak kaya kaya amat, gw mau cari yang baru aja, yang duitnya lebih banyak” ujar Randi sambil melempar sepotong bantal kearah gw. “terserah lu aja dah  bro, gw mah aman hahaha.” Timpal gw sambil beranjak ke kamar mandi. Yah begitulah,, Randi merupakan teman yang gw kenal lebih kurang 4 bulan lalu di sebuah klub malam yang ternyata hidupnya  lebih ancur dari gw, dan sejak kenal sama dia gw lebih enjoy lagi, karena nasib kita sama.
Pagi ini gw sama Randi dengan keadaan mabuk tengah mengendarai motor  pulang dari club malam. Jalanan yang masih sepi cukup bikin semangat kita terpacu buat ugal ugalan dijalan. Sampai akhirnya disebuah persimpangan kita nyaris nabrak seorang gadis yang mau nyebrang jalan. Untung tu gadis Cuma lecet sikut sama dengkulnya doang. “eh  lu kalo nyebrang tu pakek mata dong” hardik gw. “maaf, tapi saya sekedar mengingatkan, bawa motor yang hati hati” ucap gadis itu dengan nada lemah lembut dan menundukkan pandangannya. Setelah gw perhatikan dengan seksama ternyata gadis itu juga merupakan mahasiswa dikampus gw yang belakangan gw kenal namanya Intan dari jurusan hukum. Intan adalah seorang gadis cerdas dan sholehah. Kebaikan dan keramahannya pun terkenal dikalangan kampus gw. bahkan ia juga merupakan mahasiswa berprestasi dan pernah diikut sertakan dalam pertukaran pemuda antar negara ke korea selatan. Tapi gw tidak terlalu suka dengan sikap dan penampilannya. Memang dia punya wajah yang cantik, tapi menurut gw wajah cantik nya itu gak ada gunanya kalo penampilannya udik plus katro. “eh,, udah jelas jelas lu yang salah pakek sok sok ingatin orang lu” bentak Randi. “udah ah, cewek kayak gini mah  gak usah diladenin, buang buang waktu doang” ucap ku sambil kembali menjalankan sepeda motor yang  kami duduki.
Sesampainya dikos, entah datang dari mana ide itu, tiba tiba saja Randi ngajak gw taruhan. “eh bro.. kalo gw liat liat tu cewek cantik juga ya” ucap Randi sambil menghempaskan tubuhnya ke kasur. “iya sih tu cewek cantik, tapi lu liat aja gaya nya.. norak, udik, kampungan” celoteh gw sambil ngotak atik Hp gw. “lu kenal sama tu cewek” tanya Randi. “kenal gak sih, tapi gw tau tu cewek. Kenapa lu nanya  gitu??” gw mencoba menyelidiki alasan Randi menanyakan hal itu. “kita taruhan yok, kalo lu bisa dapetin tu cewek dalam waktu 2 bulan, gw yang bayar uang kos lu selama 6 bulan ?? gimana, berani gak lu?” tantang Randi. “gak ah.. males gw. ngapain coba gw deketin tu cewek udik” dengan nada malas gw menjawab pertanyaan Randi. “alaaahhh bilang aja lu gak berani, cemen lu kampret. Hahhahhah” ejek Randi. Ejekan ini cukup bikin gw panas. “kampret lu. Okeh kalo gitu, gw ladenin tantangan lu. Lu liat aja. Dalam waaktu 2 bulan tu cewek bertekuk lutut dihadapan gw” gw meladeni tantangan si Randi. “okeh.. gw tunggu. Pegang kata kata lu” celoteh Randi dengan nada senang.
Tanpa terasa waktu 1 bulanpun berlalu. Gw lumayan akrab dengan intan. Dan intan pun sangat amat welcome dan mau bersahabat dengan gw, meskipun dia tau kalo gw pernah hampir mencelakakan dia. Ada banyak hal yang gw dapat dari Intan. Meskipun gw baru mengenalnya selama 1 bulan, tapi gw ngerasa gw udah kenal lama sama dia. Gw nyaman banget berada dekat dia. Dan bahkan baru 1 bulan gw kenal sama intan, dia udah bawa perubahan besar dalam hidup gw, dia ajarin gw shalat, dia ajarin gw ngaji dan hal hal lain tentang agama yang selama ini gw tinggalin. Tapi intan gak pernah tau kehidupan  gw sebenarnya. Dan gw berniat ingin  mengatakan  yang sebenarnya kebidupan gw pada intan.
“Fadli, ke masjid yok. Udah adzan zuhur ni” ucap Intan sambi menutup buku buku yang sedang kami pelajari diperpustakaan kampus. Meskipun kami tidak sejurusan, Intan  dengan iklas mau bantuin gw belajar. “iya ntan. Nanti abis zuhur  ada sesuatu yang mau aku biacarain sama kamu” balas gw sambil menyimpan buku buku yang berserakan dimeja. “oh. Okok..” balas Intan  dengan senyum manis tersungging diwajahnya.
Setelah mendirikan shalat zuhur dimasjid kamipun  kembali ke perpustakaan. “fadli, katanya tadi kamu mau ngomong. Mau ngomong apa??” ucap intan mengusir keheningan. “oh iya. Aku mau bilang sesuatu  sama kamu tentang kehidupanku yang sesungguhnya. Tapi aku takut, kalau kamu gak mau lagi mengenal aku karena ini” ucap ku dengan ragu dan cemas. “fadli...... kalo kamu mau cerita, cerita aja, aku pasti mendengarkan dengan baik, dan kalo aku bisa bantu pasti aku bantu. Kamu percaya sama aku fadli.... apapun itu sebagai sesama manusai kita harus saling tolong menolong, dan apapun yang akan kamu ceritakan, aku  janji gak bakal jauhin kamu..” ucap Intan mencoba memberikan kepercayaan.
gw rasa, gw benar benar jatuh cinta sama Intan. Orang yang gw nilai udik, katro, kampungan dan lain lain, ternyata dia lah yang bikin gw jatuh hati, dengan ke sholeha-an dia, kebaikan nya, keramahan  nya dan sikap sikapanya yang menyejukkan hati setiap lelaki.
Setelah mendengar peryataan intan yang selalu mensupport gw, gw pun menceritakan kehidupan gw yang sesungguhnya dan berharap Intan gak bakal menjauhi gw. dan ternyata, apa yang gw harapkanpun terjadi, intan malahan nasehatin gw, dan memotivasi gw untuk berubah. “fadli,, aku paham apa yang kamu rasakan, tapi kamu jangan berlarut larut dengan kesedihan masa lalu. Hidupmu masih panjang, masih  banyak hal hal yang bisa kamu lakukan selain menangisi masa lalu. Yang berlalu biar lah berlalu, dan sekarang kamu haruss fokus untuk masa depanmu, ubah masa lalu  mu  dangan masa depan yang cerah. Jadikan masa lalu sebagai cermin untuk memperbaiki diri dimasa  depan. Fadli.. this not the end of your life. Open your mind, open your heart. And I will stand beside you. And allah always with us” ucap Intan  memotifasi gw. mendengar kata kata yang dilontarkan  Intan, tanpa gw sadari butiran air mata mengalir dipipi gw. beribu penyesalan hadir dibenak gw, tapi belum terlambat untuk menyesal, karena masih ada waktu untuk memperbaiki.
Sejak saat itu,  hidup gw benar benar berubah. Kehadiran Intan bagaikan hujan yang turun ditengah terik mentari, bagaikan cahaya ditengah kegelapan dan seperti air ditengah gurun. Sejak itu, gw gak pernah lagi mengenal dunia malam, diskotik, minuman keras, narkoba dan menjadi selingkuhan tante tante kaya. Dan gw juga udah pindah kos, dan jauh dari Randi, orang yang membawaa pengaruh buruk buat gw. dan beberapa hari yang lalu gw untuk pertama kalinya pulang kerumah, setelah  beberapa tahun gak pernah pulang. Dengan beruraian air mata, gw berlutut dihadapan kedua orang tua gw meminta maaf atas semua kesalahan yang gw buat. Gw cuci kaki kedua orang tua gw sebagai bentuk tanda bakti gw kepada mereka, sambil memohon agar mereka memaafkan anak mereka ini. Dengan ridho dan kuasa allah, tak ada yang tak mungkin, sebenci apapun orang tua pada anaknya, pasti jauh didalam lubuk hati mereka, mereka sangat mencintai buah hati mereka. Orang tua gw pun memaafkan gw, betapa bahagianya perasaan gw. Hidup gw kini benar benar damai. intan adalah manusia berhati malaikat yang diutus allah untuk selalu membimbing setiap langkah gw.
Allah tidak pernah tidur, allah akan memberi apa yang hambaNya butuhkan, bukan apa yang hambaNya inginkan. Dan allah memberi, lewat orang, dan jalur yang tidak pernah kita kira.
*THE END*