DEJAVU
Jeng...jeng…jeng!!! Serombongan anak remaja seumuran 19 tahunan
berjalan memasuki gerbang sebuah universitas ternama dengan gaya preman kampus,
pake slowmotion dengan rambut yang
berkibar-kibar kaya disinetron FTV. Yaa…termasuk
diantaranya gue dan temen-temen gue.
Kenalin, gue Tea, gak perlu
loe artiin Tea itu apa, yang jelas bukan “Teh” dalam bahasa inggris,
nama gue cukup T-E-A, “Tea”, nama itu gue dapet dari bokap gue yang ahli
Therapy dikampung. Kerennya sih dipanggil “tukang pijit”. Kabarnya dari
pekerjaan itu lah nama gue berasal. Terakhir gue cek, gue ini anak perempuan.
Disini gue kuliah bareng temen-temen SMA gue si Tagor, anak pengusaha Tahu
Goreng di Medan, dan si Made, bukan “Made in Indonesia” atau “Made in Japan”
yang ini Made In Bali. Made asli dari Bali tapi bermigrasi (emangnya burung) ke
Kota kecil kami Sigelang. Nama kota kami memang unik gitu, kabarnya
terinspirasi dari nama daerah di kitaran Padang, Sicincin. Menurut prediksi gue
mungkin kedepannya akan lahir Kota Sianting, dan Sikalung terus mereka jual
emas bareng-bareng. :D
Kita bertiga adalah mahasiswa baru di Universitas Guna Bakti Mandiri
ini. Keberuntungan memang lagi berpihak
sama kita bertiga karena kami dikasih jurusan yang sama disini. Kami mahasiswa
baru dijurusan Administrasi Pendidikan, so…sambutlah kedatangan kami dan hitung
berapa yang hancur. :D
Hari pertama masuk
kampus kita diospek sama senior kampus. Senior disini banyak jenisnya, ada yang
sok asik, sok galak, sok serem, sok garang ada yang “sok atuh diminum teh nya
kang” (ngacok). Juniornya juga gak
jauh beda sebenarnya, tapi berhubung mahasiswa baru, secara praktis dan
otomatis cuma senyum manis, keep calm,
cari aman biar gak dibully senior.
Dalam kegiatan ospek ini kita disuruh pake papan nama yang udah
ditempelin foto narsis ukuran 4R, ditulis nama asli dan nama samaran. Nama
samaran kita diambil dari nama kota, pulau, sungai, atau tempat yang ada di
Indonesia. Si Tagor sebagai Salatiga, si Made sebagai Sukabumi dan gue sendiri
kebagian Samarinda. Diperjalanan kekampus pagi ini kita udah ngeributin nama yang kami dapat itu. Si
Tagor yang IQ nya kaya genangan air dijalan, alias cetek paling ribut diantara kami.
“Ah macam mana pulak ini, kenapa nama aku jadi Salatiga?”
“Aku belum ikut ujian, kenapa sudah main salah-salahkan?”
Sambil menunjuk
papan namanya yang bertuliskan “ X 3”.
Belum lagi
pacarnya si Made yang jauh di sabang sana.
“Kaka, adik dengar kaka sukabumi e”
“Kemarin kaka bilang suka adik,
dasar kaka komodo darat”
Dengan tampang
lesu Made genggam erat papan nama bertuliskan “Like Earth” yang menghancurkan
hubungannya dengan Amora kekasihnya. Sementara gue dengan bangga memakai papan
nama yang bertuliskan “Sama
ini Rinda”.
Dikampus ratusan mahasiswa baru sudah berbaris di lapangan. Didepan
ada beberapa senior yang berkoar-koar ria ditengah terik matahari.
“Kalian semua udah tau nama samaran kalian kan!!!” seru yang rambut
cepak
“udaaaaahhhhhhh” Maba berkoor
“Bagus!” sahut si cepak lagi
Sementara itu
salah satu senior garang didepan melihat papan nama sekaligus memeriksa
kelengkapan peralatan ospek.
“Kamu!” sambil nunjuk
“Iya kamu yang celananya kedodoran!”
garang
Si tersangka
celana kedodoran maju takut-takut.
“Iya bang,,,kenapa bang”
“Naikin tuh celana!!”
Si tersangka cuma
melongo sementara suara tawa sudah membahana. Senior tadi lanjut berkeliling ke
dalam barisan. Gue dengan tampang manis narik lengan bajunya.
“Bang,,,Yang namanya Rinda mana ya?”
polos
“Ngapain kamu Tanya-tanya Rinda!”
galak
“Lah ini bang, katanya saya sama
Rinda, rindanya mana ya?” makin polos
Si Senior langsung
pusing denger jawaban gue.
Kemudian dia lanjut
ke barisan Made. Dia cuekin aja gue yang mondar mandir sambil nanya “Mana yang
namanya Rinda” Bego.
“Kamu kok gini nulisnya!” serunya ke
Made sambil nunjuk papan nama
“Biarlah orang berkata apa bli”
sahutnya galau
“Heh! Maksudnya apa nih, Like earth,
sok inggris kamu!”
“Saya ini dari Bali bli, wajar lah kalau pakai bahasa inggris. Kalau
bli suka, ambil saja, biar saya balikan sama Amora. Jujur saya lebih suka Amora
dari pada Bumi” Curhat. Senior tadi langsung muntah darah.
Setelah
berkeliling tibalah ia di barisan Tagor.
“Ini apa-apaan lagi nih” sambil
nunjuk papan nama Tagor
“Ya papan nama lah bang, masak mobil sport” sahut Tagor
“Kamu belagak bego ya, kenapa gini
tulisannya!”
“Hah!? Salah lagi aku? Kenapa aku disalahkan terus sih!” sambil
merubah tulisan papan namanya menjadi “X 4”.
Melihat tingkah
tagor, si Senior langsung dimakamkan.
Hari pertama menjadi mahasiswa kami belum mulai belajar, kami masih dalam
rangka perkenalan dengan dosen matakuliah, pembahasan silabus dan peraturan
yang dibuat oleh dosen yang bersangkutan.
“Jadi setelah silabus ini ibu bagikan, kalian bisa cari materinya
dibuku, disana udah dituliskan sumbernya, kalian bisa cari bukunya
diperputakaan atau kalian boleh searching
di Internet”
Dengan begonya si
Tagor nanya ke gue.
“Tea, macam mana ibuk ini, masak kita disuruh kencing di Internet.
Gak sopan kali, lagian internet itu dimana?”
“Wahahaha,,,dasar bego lu gor!!. Searching bukan kencing!!” gue ngakak
“Oooh searching…emang searching itu
apa artinya?”
“Haduh gor, yang kaya gitu aja loe gak ngerti???. Searching itu…artinya jangan buang
sampah sembarangan bego!!” sahut gue geblek.
Begitulah kami,
anak-anak kampung khususnya yang seperti kami memang kurang pengetahuan tentang
kemajuan teknologi. Tapi kami gak merasa minder sih, anak kampung itu mentalnya
baja men.
Siang ini panas menghinggapi 40
mahasiswa matakuliah Komunikasi Organisasi. Karena dosen yang tidak datang,
mahasiswa yang lalu lalang kesana kemari menambah semak kelas. Ketua yang
memberi peringatan hanya dianggap semut kejepit pintu oleh anggota kelas.
“Pendiskusi baru” bermunculan di antara tim penyaji diskusi yang sebenarnya.
Made sibuk menggoda cewek-cewek dikelas, “gak betah jomblo” katanya. Maklumlah
tampang Made memang gak jelek-jelek banget, bisa dibilang lumayanlah. Semenjak
putus dari Amora waktu itu dia bertekad untuk menjadi penjahat wanita alias playboy atau officeboy demikian Made menyebutnya. “Aku harus jahat” katanya.
Bahkan untuk mendukung aksinya sebagai penjahat wanita dia mulai menggemari
lagu Ahmad Dhani “Madu Tiga”.
“Tea, kasian kali kawan kita itu ya
kan?” Tagor berbisik
“Masak dia mau main laki-laki kantor (officeboy) ya kan? Sedih aku
dibuatnya”.
“Gue bengong dengernya. Gor bukan officeboy,tapi playboy”. sabar
“Sini gue jelasin yang sebenar-benarnya biar loe ngerti. Playboy itu
kalau diterjemahkan secara harfiah, play=main boy=laki-laki sehingga
playboy=main laki-laki, dengan kata lain si Made mau jadi homo sekarang??? What
the f*ck?!!!! Made mau jadi Maho gooorr!!”
“Apppuuaaa?!. Kita harus cepat sadarkan kawan kita Tea!! Sebelum dia
jatuh kelubang hitam kehidupan” Tagor langsung kabur.
Gue masih bengong.
Gue mikir. Yang dimaksud Tagor lubang hitam kehidupan itu lubang hidung ya?.
Setelah sekian bulan kuliah akhirnya
kita-kita memasuki musim ujian akhir nih guys.
Pastinya dengan semangat membara menyambut hari libur (lho?!). Semester pertama
ini kami dapat jatah 7 kali ujian. Kami
udah mulai giat belajar dari sekarang (kemaren kemana aja-__-‘). Beban tugas
yang berkurang sekarang diganti dengan makalah akhir. Gak bisa diprediksi itu
tugas makin berat atau makin ringan, tapi ya begitulah yang namanya kuliah,
susah senang ya loe telan aja toh semuanya akan berlalu.
“Ini sumber makalahnya dari mana
Tagor”. Dosen
“Ada yang dari Internet, ada yang
dari buku pak”. Santai
“Saya gak terima yang kaya gini nih,
asal aja kamu buat”.
“Jangan lah pak, saya udah susah
payah buatnya pak”. Mengkerut
“Ya saya gak mau tahu, temen-temen kamu pada bisa buat yang bagus
dan sesuai topic, kamu kenapa meleset jauh. Tema kita manfaat Psikologi. Kamu
bisa buat manfaat psikologi dalam pendidikan, dalam mengatasi masalah anak usia
dini, masih banyak lagi. Yang kamu buat malah gak jelas kaya gini. Ini ambil
dan perbaiki secepatnya”
Seperti yang udah
gue bilang diatas guys, susah senang
ya loe telan aja, si Tagor mulai menelan bulat-bulat tugas makalah akhirnya
yang berjudul “Manfaat Psikologi bagi pak Bambang”.
Di pagi rabu yang cerah, putih-
putih melati ali baba ini sudah diisi dengan ujian Sosiologi Pendidikan. Gue
kerjain soal-soalnya dengan kidhmat kaya upacara hari senin, dan tenang khusuk
kaya solat tahajud. Ujian ini adalah ujian yang terakhir disemester ini.
Setelah itu kita bakal libur selama sebulan. Gue, Tagor, Made sudah rindu
nyonya besar yang suka ngomel tapi paling dirindukan atau biasa loe sebut Ibu
dan Tuan bermata elang yang diamnya itu bikin penasaran tapi dengan melotot
kaya elang aja kita udah tau maksudnya atau yang biasa loe panggil Ayah.
“Apa yang paling loe kangenin dari mak sama bapak loe guys?”. gue mecah keheningan.
“Kalo aku kangen kali mancing sama bapakku, seru kali kalo ingat
itu. Kalo mamkaku, pengen kali aku jumpa dia saking kangennya aku, semalam
tidur aku pakai daster mamakku”. Ujar Tagor bangga
“Wahahaha ngacok loe somfreettt!” gue ngakak
“Kalo saya pengen liat ibu lagi apa sekarang, pengen bikin teh buat
bapak kayak biasanya gitu” ujar Made
.
“Sama de…gue juga. Sedih aja bawaan nya kalo ingat orang tua ya
kan?. Pernah gak kalian mikir, orangtua kita udah menggantungkan semua
impian,keinginan,harapannya sama kita, tapi kita gak bisa mewujudkan , gak bisa
member yang terbaik buat mereka, apa yang bakal kalian lakuin?. Gue sering
kepikiran itu guys. Gue takut gak
bisa mengeringkan keringat yang udah mereka keluarin buat gue sekarang. Gue
takut gak bisa bikin mereka bahagia, bikin mereka bangga, mereka makan enak,
mereka…
Gue berhenti
ngomong liat dua cecunguk keparat yang udah tidur ngiler dibelakang gue.
“Dasar bangke!!!” teriak gue
membahana badai ulala jambul katulistiwa.
Hari yang indah
itu pun berakhir dengan sepatu dimulut Made dan kaus kaki di hidung Tagor. Gue
kabur dan tertawa puas.
Suasana fakultas Ilmu Pendidikan
sudah mulai sepi dari kunjungan para mahasiswanya. Maklumlah sudah banyak “on
the way kampung” statusnya. Tagor dan Made udah sampe di kampung empat hari
yang lalu. Gak tau kenapa gue pengen pulang belakangan, beberapa hari ini gue
sering nongkrong di kampus menikmati wi-fi kampus. Kaya hari ini, sebentar lagi
gue harus berangkat kestasiun, tapi gue masih sempetin mampir nongkrong
dikampus. Angin semilir menerpa rambut panjang yang gue kucir kuda. Senyum
tipis tergores disudut bibir gue yang bentol dicium dengan penuh semangat sama
nyamuk sialan semalam. Kayanya itu nyamuk penggemar bajak laut, karena bentol
yang dia tinggalkan berbentuk gambar wajah kapten jacksparow lagi melongo. Gue
sampe geleng-geleng liatnya. Emang ada yang kaya gitu???.
Sejenak gue tertegun menerawang
kesekitar, kemudian mulai memposting beberapa kalimat di media social yang gue
punya. Awalnya hanya kalimat iseng seperti “Yang pup dicelana sambil ngupil itu
pasti Made” atau “Tagor pergi kondangan, baju di pake, celana di pake, kolornya
ketinggalan” sambil ngikik sendiri. Tapi tidak di lima menit terakhir,
tiba-tiba keisengan gue hilang, yang ada hanya ketenangan saat gue baca
postingan gue yang terakhir untuk sobat kental gue, rekan-rekan sejurusan gue, untuk seluruh
mahasiswa apapun jurusannya, apapun fakultasnya apapun nama kampusnya, dimana
pun kalian berada.
“Perjuangan
kita belum selesai kawan. Masih ada 7 semester lagi yang perlu kita tembus
disini. Bagaimanapun kesulitan yang akan kita hadapi di depan, hadapilah.
Disini, bersama kita lalui semuanya, kita ciptakan bahagia, kita urai kan tawa,
kita beri arti pada dunia, bersama kita sambut hari esok dengan bahagia. Sampai
kisah ini selesai dibaca gue berharap senyum manis para pejuang masih menghiasi
bibir kalian, terus menyertai kalian dalam kesusahan, mengingatkan kalian akan
pelangi yang menanti di depan. Jangan menyerah kawan, demi masa depan yang
lebih baik, rangkaian cerita yang akan kau wariskan, demi orang tua yang
tersenyum bangga kepada kita, calon sarjana muda”.
_THE END_