BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Majunya
perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi pada
era globalisasi sekarang ini
membuat dunia terasa
semakin sempit karena
segala sesuatunya dapat dijangkau
dengan sangat mudah.
Adanya media-media elektronik
sebagai alat komunikasi seperti
televisi, radio maupun internet
semakin mempermudah masuknya informasi
dari luar. Kondisi
semacam ini harus diimbangi dengan
kemampuan masyarakat dalam
mengelola informasi tersebut. Agar masyarakat
mampu menerima informasi
itu secara utuh
dan mampu menentukan mana
yang berdampak positif
dan mana yang
berdampak negatif. Indonesia sebagai
salah satu negara
dengan jumlah penduduk
yan g terbesar di dunia harus cepat tanggap
dengan hal semacam
ini. Besarnya jumlah penduduk di Indonesia tidak cukup
menjadi modal untuk memajukan
bangsa jika tidak disertai dengan kualitas
yang memadai. Salah
satu cara untuk
mempersiapkan dan mencetak
SDM yang berkualitas tinggi adalah
melalui proses pendidikan. Proses pendidikan itu tergantung pada TQC
B. Rumusan Masalah
1. Apa
Pengertian TQC?
2. Apa
Proses TQC?
3. Apa
Ruang Lingkup TQC?
4. Apa
Dampak TQC pada keseluruhan organisasi?
5. Apa
Faktor faktor yang menegendalikan mutu?
6. Apa
Pekerjaan kendali mutu?
C. Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian dari TQC.
2. Untuk
mengetahui proses dari TQC
3. Untuk
mengetahui ruang lingkup dari TQC.
4. Untuk
mengetahui dampak TQC pada keseluruha organisasi.
5. Untuk
mengetahui faktor-faktor yang mengendalikan mutu.
6. Untuk
mengetahui seperti apa pekerjaan kendali mutu.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Total Quality Control.
Pengendalian
mutu (Quality Control), atau QC untuk akronimnya, adalah suatu proses
yang pada intinya adalah menjadikan entitas sebagai peninjau kualitas dari
semua faktor yang terlibat dalam kegiatan produksi. Terdapat tiga aspek yang
ditekankan pada pendekatan ini, yaitu:
1.
Unsur-unsur seperti kontrol,
manajemen pekerjaan, proses-proses yang terdefinisi dan telah terkelola dengan
baik, kriteria integritas dan kinerja, dan identifikasi catatan.
2.
Kompetensi, seperti
pengetahuan, keterampilan, pengalaman, dan kualifikasi.
3.
Elemen lunak, seperti
kepegawaian, integritas, kepercayaan, budaya organisasi, motivasi, semangat
tim, dan hubungan yang berkualitas.
Lingkup kontrol
termasuk pada inspeksi produk, di mana setiap produk diperiksa secara visual,
dan biasanya pemeriksaan tersebut menggunakan mikroskop stereo untuk
mendapatkan detail halus sebelum produk tersebut dijual ke pasar eksternal.
Seseorang yang bertugas untuk mengawasi (inspektur) akan diberikan daftar dan
deskripsi kecacatan-kecacatan dari produk cacat yang tidak dapat diterima
(tidak dapat dirilis), contohnya seperti keretak atau kecacatan permukaan.
Kualitas dari output akan beresiko mengalami kecacatan jika salah satu dari
tiga aspek tersebut tidaktercukupi.
Penekanan QC terletak
pada pengujian produk untuk mendapatkan produk yang cacat. Dalam pemilihan
produk yang akan diuji, biasanya dilakukan pemilihan produk secara acak
(menggunakan teknik sampling). Setelah menguji produk yang cacat, hal tersebut
akan dilaporkan kepada manajemen pembuat keputusan apakah produk dapat dirilis
atau ditolak. Hal ini dilakukan guna menjamin kualitas dan merupakan upaya
untuk meningkatkan dan menstabilkan proses produksi (dan proses-proses lainnya
yang terkait) untuk menghindari, atau setidaknya meminimalkan, isu-isu yang
mengarah kepada kecacatan-kecacatan di tempat pertama, yaitu pabrik. Untuk
pekerjaan borongan, terutama pekerjaan-pekerjaan yang diberikan oleh instansi
pemerintah, isu-isu pengendalian mutu adalah salah satu alasan utama yang
menyebabkan tidak diperbaharuinya kontrak kerja.
Berikut ini adalah
pengertian Pengendalian Mutu (Quality Control) menurut tiga orang ahli yang
berbeda:
1.
Menurut Noor Fitrihana
Definisi Quality Control (pengendalian mutu) adalah semua usaha untuk menjamin
(assurance) agar hasil dari pelaksanaan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan
dan memuaskan konsumen (pelanggan).
2.
Pengendalian kualitas
(Quality Control) menentukan komponen-komponen mana yang rusak dan menjaga agar
bahan-bahan untuk produksi mendatang jangan sampai rusak. Pengendalian kualitas
merupakan alat bagi manajemen untuk memperbaiki kualitas produk bila
diperlukan, mempertahankan kualitas yang sudah tinggi dan mengurangi jumlah
bahan yang rusak (Reksohadiprojo, 1995).
3.
Kualitas secara umum adalah
membuat produk atau jasa yang tepat pada waktunya, pantas digunakan dalam
lingkungan, memiliki zero defacts dan memusakan konsumen (pond,1994).
TQC
(Total Quality Control) adalah sistem manajemen yang dinamis yang mengikut
sertakan seluruh anggota organisasi dengan penerapan konsep dan teknik
pengendalian kualitas untuk tercapainya kepuasan pelanggan dan yang
mengerjakannya. Dasar Total Quality Control adalah mentalitas, kecakapan
dan manajemen partisipatif dengan sikap mental yang mengutamakan kualitas
kerja. Mentalitas adalah kesediaan bekerja sungguh-sungguh, jujur dan bertanggung
jawab melaksanakan pekerjaannya.
Quality Control adalah
suatu kegiatan meneliti, mengembangkan, merancang dan memenuhi kepuasan
konsumen, memberi pelayanan yang baik dimana pelaksananya melibatkan seluruh
kegiatan dalam perusahaan mulai dari pimpinan teratas sampai karyawan pelaksana
(Dr. K. Ishikawa).
Quality Control adalah
suatu sistem yang efektif untuk mengintegrasikan kegiatan – kegiatan
pemeliharaan dan pengambangan mutu dalam suatu organisasi sehingga dapat
diperoleh produksi dan servis dalam tingkat yang paling ekonomis dan memuaskan
konsumen (Feightboum).
Quality Control adalah
akrivitas memelihara dan memperbaiki produk dan service yang ditawarkan kepada
perusahaan, quality control bukan hanya menjadi tanggung jawab begian quality
control saja, tetapi seluruh karyawan atau pihak menjadi satu kesatuan
memecahkan masalah ini (Ishita Nobuyuki).
B. Proses Total Quality Control.
1.
Langkah pertama dalam quality control
adalah benar – benar mengerti dan memahami keadaan ( kelemahan maupun kelebihan
) yang ada pada diri sendiri.
2.
Selanjutnya adalah mampu mengurangi
kesalahan pada diri sendiri.
3.
Setelah menemukan penyebab masalahnya,
ambil penyebab nomor 1 dan 2 , buang penyebab nomor 3,4, dan seterusnya.
4.
Jangan hanya melihat hasilnya tetapi
check satu – persatu prosesnya.
5.
Check dan yakinkan fakta yang ada di
lapangan, dengan produk dan data.
6.
Lakukan pengamatan pada nilai rata –
rata dari hasil data, karena bisa saja terjadi ketidak seimbangan nilai rata –
rata.
7.
Jangan hanya melakukan penyelidikan,
tetapi dari hasil penyelidikan di check satu persatu prosesnya.
8.
Cara bekerja serta urutan bekerja
jangan hanya disampaikan secara lisan tetapi sampaikanlah dalam bentuk tulisan.
9.
Kalau melihat sesuatu yang abnormal,
segera lakukan action,stop mesin, hubungi maintenance, segera cari penyebabnya
dan lakukan tindakan perbaikan.
10.
Jangan sampai kesalahan yang sama
terulang kembali.
C. Ruang Lingkup Total Quality Control
Prinsip yang mendasari pandangan mutu
secara terpadu dan perbedaan dasarnya terhadap konsep-konsep lainnya adalah
menyediakan keefektifan yang sebenarnya, kendati harus dimulai dengan
identifikasi kebutuhan-kebutuhan mutu pelanggan dan berakhir hanya jika produk
telah diterima oleh pelanggan yang merasa puas. Kendali mutu terpadu membimbing
terkoordinirnya tindakan-tindakan orang, mesin, dan informasi untuk mencapai
tujuan ini.
Penentuan mutu maupun biaya mutu
sebenarnya terjadi pada seluruh daur industrial. Inilah sebabnya mengapa
kendali mutu yang sebenarnya tidak dapat dicapai dengan berkonsentrasi pada
pemeriksaannya saja, atau rancangan produk saja.
Aktifitas kendali mutu terpadu harus ada
dalam semua operasi utama yaitu diantaranya : pemasaran, rekayasa rancangan,
produksi, hubungan industrial pelayanan, dan bidang-bidang pokok yang serupa.
Setiap usaha perbaikan mutu dan pemeliharaan mutu, baik itu berupa perubahan
dalam perlengkapan dan tenaga kerja, dalam struktur yang saling berhubungan
dalam arus informasi atau dalam manajemen dan pengendalian fungsi-fungsi ini
harus memenuhi syarat, baik untuk kontribusi terhadap dirinya maupun kontribusi
terhadap keefektifan mutu terpadu.
Seperti pemeriksaan secara tradisional,
fungsi kendali mutu dalam pandangan mutu terpadu masih berorientasi pada
tanggung jawab untuk menjamin mutu produk yang dikirim, tetapi ruang lingkupnya
yang lebih luas menempatkan suatu tambahan utama pada fungsi ini. Kendali mutu
menjadi berorientasi pada penjaminan mutu bagi pelanggan pada biaya mutu
optimum.
Sebagaimana tema aktifitas pemeriksaan
secara tradisional adalah “suku cadang dan produk-produk yang buruk tidak akan
lolos”, maka tema pendekatan baru adalah “buatlah mereka benar dari pertama”.
Tekanannya adalah pada pencegahan kecacatan sehingga pemeriksaan rutin tidak
dibutuhkan terlalu sering. Beban bukti tentang mutu dengan demikian tidak
terletak pada pemeriksaaan tetapi pada pendukung dari mutu suku cadang dan
produk-produk tersebut yaitu : ahli tehnik perancang, perancang penjualan,
manajer, ahli mesin, mandor perakitan, penjual, ahli tehnik pelayanan produk,
atau semuanya yang mungkin terlibat.
D. Dampak TQC pada keseluruhan organisasi
1. Bagi
Karyawan
a. Meningkatkan
kemampuan karyawan dalam melihat, mengenali, permasalahan, dan mencari
alternatif pemecahan
b. Meningkatkan
kemampuan komunikasi dan partisipasi didalam kelompok kerja
c. Membiasakan
berpikir secara analitis dengan menggunakan teknik quality control
d. Peningkatan
daya kreativitas
e. Peningkatan
kepercayaan diri
2. Bagi
Institusi
a. Pengembangan
institusi melalui akumulasi gagasan-gagasan perbaikan
b. Meningkatkan
daya saing barang atau jasa yang dihasilkan
c. Memperbaiki
hubungan institusi dengan karyawan
d. Partisipasi
semua karyawan di dalam membantu terwujudnya tujuan institusi
3. Bagi Konsumen
a. Konsumen
akan memperoleh barang atau jasa yang bermutu baik
b. Konsumen
akan mendapatkan kepuasan dari barang atau jasa tersebut
c. Konsumen
akan memperoleh barang atau jasa yang memenuhi kesehatan dan keselamatan
d. Konsumen
akan menerima barang sesuai dengan pesanannya
e.
pemerintah akan mendapatkan pajak-pajak
E. Faktor faktor yang menegendalikan mutu
Dalam pelaksanaan program TQC terdapat dua hal yang harus
diperhatikan agar TQC dapat sukses yaitu dari sisi karyawan dan manajer.
1.
Dari sisi karyawan : Menciptakan suasana yang
cocok, Saling memberi informasi dan berkomunikasi, Dijadikan program suka rela,
Memberi pengarahan dan latihan, Bersikap terbuka dan positif, Menyediakan
waktu, sarana, fasilitas dan dana
2.
Dari sisi Manajer : Mengajukan dan
menjelaskan program TQC kepada pucuk pimpinan, Menjelaskan tujuan dan hasil
yang akan dicapai, mendapatkan dukungan dari pucuk pimpinan.
F. Pekerjaan kendali mutu
Pekerjaan kendali mutu bersesuaian dengan proses produksi dan jasa, dan
salah satu cara pembedaan di antara mereka menunjukkan bahwa ada empat
klasifikasi alami di mana mereka terbentuk di dalamnya.
1.
Pengendalian rancangan baru
Dimana usaha kendali mutu pada
sebuah produk baru sementara karakteristik kemampuanpasarannya sedang di pilih,
parameter-parameter rancangan dan keterandalan sedang di buat dan di buktikan
melalui pengujian, proses pembikinan sedang di rencanakan dan di hitung
biayanya, dan standar mutu sedang di tentukan. Rancangan-rancangan produk dan
proses ditinjau untuk menghapus kemungkinan munculnya sumber gangguan mutu
sebelum di mulainya produksi sebenarnya guna meningkatkan kemudahan
pemeliharaan dan meniadakan ancaman bagi keterandalan .
Kendali rancangan baru
menyertakan pembentukan dan spesifikasi mutu biaya, prestasi, keamanan dan
keterandalan yang di perlukan untuk memenuhi kepuasan pelanggan yang di
maksudkan, termasuk penghapusan atau pencarian tempat-tempat sumber gangguan
mutu yang mungkin sebelum di mulainya produksi formal. Adapun teknik-teknik
yang di gunakan dalam kendali rancangan baru yaitu:
a.
Analisis fungsi produksi
b.
Penelitian mutu
c.
Pengujian pemakaian akhir dan lingkungan
d.
Klasifikasi karakteristik mutu
e.
Pembentukan tingkatan mutu
f.
Telaah kemampuan proses
g.
Analisis toleransi
h.
Standar kemudahan pelayanan
i.
Produksi percobaan
2.
Mengendalikan bahan yang masuk
Informasi yang di dapatkan dari
prosedur-prosedur kendali rancangan baru memperlihatkan, dalam kaitannya suku
cadang dan bahan yang di beli dari penjual, suku cadang dan dimensi yang
kritis. Berdasarkan data ini, di lakukan pencekan yang teliti.
Kendali bahan yang masuk
menyertakan penerimaan dan peyimpangan, dan peyimpangan pada tingkatan mutu
yang paling ekonomis, hanya suku cadang yang mutunya memenuhi persyaratan
spesifikasi, dengan penekanan tanggung jawab pada penjual praktik sepenuhmya.
Ada tiga fase dalam kendali bahan yang masuk:
a.
Pembentukan survei, tanggung jawab, dan pengawasan
yang berorientasi kepada penjual.
b.
Kendali pada bahan dan suku cadang yang di terima dari
sumber-sumber luar.
c.
Kendali pada bahan dan suku cadang yang di proses oleh
pabrik-pabrik lain dari perusahaan yang sama atau divisi lain dari pabrik
tersebut.
3.
Kendali produk atau Mulai memainkan peranan
Sebagaimana pengawas menilai
kegiatan produksi, setiap operator di instruksikan agar hati-hati dalam bagian
pekerjaannya masing-masing. Kendali produk menyertakan kendali atas
produk-produk pada sumber produksinya hingga ke pelayanan lapangan sehingga
penyimpangan-penyimpangan dari spesifikasi mutu dapat di koreksi sebelum
produk-produk yang cacat atau yang tak sesuai di bikin dan pelayanan yang tepat
dapat di pertahankan di lapangan untuk menjamin ketersedian mutu pembeli yang
dimaksudkan sepenuhnya.
Adapun tiga fase dalam kendali
produk:
a.
Kendali pada pemesinan atau pemrosesan
komponen-komponen.
b.
Kendali pada rakitan dan pengemasan tumpukan
(batches).
c.
Kendali pada pelayanan produk bagi pelanggan .
4.
Kajian proses khusus
Telaah proses khusus melibatkan penyelidikan dan pengujian untuk menetapkan
tempat penyebab terjadinya produk-produk yang tak sesuai, untuk menentukan
kemungkinan memperbaiki karakteristik mutu, dan untuk menjamin bahwa perbaikan
dan tindakan korektif adalah permanen dan selesai.
Banyak dari telaah ini menyertakan masalah-masalah yang langsung di
selesaikan dengan membawa serta individu-individu atau kelompok-kelompok yang
tepat untuk bermufakat mengenai perbaikan-perbaikan spesifikasi atau pengulang
rancangan perkakas dan fixture. Pada umumnya, pengujian dilakukan untuk
menentukan sifat dari tindakan korektif ini. Di bandingkan dengan rancangan
sebelumnya, banyak perbaikan dalam mutu dan penurunan kerugian dan biaya di
catat pada pengendali ini.
Pengendalian tidak bisa
dipisahkan dengan perencanaan. Pimpinan membuat rencana, dan rencana tersebut
merupakan standar, artinya sejumlah kegiatan dapat dilakukan dan dapat diukur
atau dinilai dengan membandingkan standar dengan kegiatan yang dilakukan.
Sistem dan teknik-teknik pengendalian dapat dikembangkan dari perencanaan yang
telah diibuat. Pada pengendalian merupakan suatu propses karena terdiri dari
rangkaian kegiatan yang sistematis, J.M.Juran (1988:165) menyatakan
pengendalian mutu sebagai proses manajemen yang didalamnya kita:1) mengevaluasi
kinerja nyata, 2).membandingkan kinerja nyata dengan tujuan dan 3) mengambil
tindakan terhadap perbedaan. Kegiatan pengendalian dilakukan untuk menjaga agar
proses kegiatan berjalan sesuai dengan rencana, sehingga tujuan bisa tercapai.Hal
ini mengingat tidak selama perilaku personil atau berbagai peristiwa dapat
mendukung sesuai dengan harapan atau rencana yang telah ditetapkan. Sedangkan
menurut N.S.Sukmadinata (2006:52) proses pengendalian mutu meliputi:1)
perencanaan, yaitu menyusun tujuan dan standar, 2). Pengukuran performansi
nyata, 3). Membandingkan performansi hasil pengukuran dengan performansi
standar, 4) memperbaiki performansi. Pendapat yang hampir sama juga dikemukakan
oleh Boone and Kurtz (dalam Turney1992:242) mengemukakan empat tahap
pengendalian:
1.
Establish
performance standars based on organisational goals,
2.
Monitor actual
performance,
3.
Compare actual
performance with planned performance,
4.
Take corrective
action, if necessary.
Memperhatikan langkah-langkah pengendalian
mutu di atas, jadi pada dasarnya dalam setiap system pengendalian mutu
mempunyai empat komponen, hal ini sebagaimana dikemukakan oleh N.Syaodih (2006)
yaitu:
1.
alat pengamatan
yang menditeksi, mengamati dan mengukur atau menguraikan kegiatan-kegiatan yang
dikendalikan.
2.
alat penilai
yang mengevaluasi unjuk kerja dari suatu kegiatan.
3.
alat
modiifikasi perilaku untuk mengubah unjuk kerja jika diperlukan
4.
alat untuk
menyebarluaskan informasi kea lat lain.
Keberhasilan kepala sekolah atau
pentgawas dalam pelaksanaan pengendalian mutu, selain harus melakukannya secara
sistematis, juga ada beberapa pra kondisi yang harus diperhatikan dan
dipenuhi oleh sekolah. Kondisi ini diwujudkan dalam bentuk sikap, komitmen dan
pemikiran dari semua unsure yang terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan di
sekolah. Menurut Nanang F dan Ali(2006) pra kondisi yang harus dipenuhi
sekolah, antara lain:
1.
mengubah pola
piker sekolah sebagai unit produksi menjadi unit
2.
memfokuskan
perhatian pada proses secara sistematik.
3.
menerapkan pola
pemikiran/strattegi jangka panjang
4.
mempunyai
komitmen yang kuat pada mutu
5.
mementingkan
pengembangan sumber daya manusia.
Kepala sekolah atau pimpinan
pendidikan lainnnya dalam melaksanakan pengendalian mutu dapat melakukan
beberapa cara, salah satu cara yang banyak digunakan dalam pelaksanaan
pengendalian mutu adalah model Certo (dalam Sofyan Syafri 2001) yang meliputi
(1) pre control-Feedfowerd, yang control yang dilakukan sebelum pekerjaan
dimulai, misalnya untuk mewujudkan pendidikan yang bermutu hanya memilih
guru-guru yang memiliki kompetensi yang baik. (2) Concurrent Contrtol, yaitu
pengendalaian dilakukan sejalan dengan pelaksanaan pekerjaaan, dan (3) Feedback
Control, yaitu mengadakan penilaian atau pengukuran, dan perbaikan setelah
kegiatan dilakukan
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Total Quality Management
(TQM) atau Manajemen Mutu Terpadu dalam bidang pendidikan tujuan akhirnya
adalah meningkatkan kualitas, daya saing bagi output (lulusan) dengan indikator
adanya kompetensi baik intelektual maupun skill serta kompetensi sosial
siswa/lulusan yang tinggi. Dalam mencapai hasil tersebut, implementasi TQM di
dalam organisasi pendidikan (sekolah) perlu dilakukan dengan sebenarnya tidak
dengan setengah hati. Dengan memanfaatkan semua entitas kualitas yang ada dalam
organisasi maka pendidikan kita tidak akan jalan di tempat seperti saat ini.
Kualitas pendidikan kita berada pada urutan 101 dan masih berada di bawah
vietnam yang notabene negara tersebut dapat dikatakan baru saja merdeka
dibandingkan dengan kemerdekaan bangsa kita Indonesia. Implementasi TQM di
organisasi Pendidikan khususnya negeri memang tidak mudah. Adanya hambatan
dalam budaya kerja, unjuk kerja dari guru dan karyawan sangat mempengaruhi.
Tidak perlu dipungkiri bahwa budaya kerja, unjuk kerja dan disiplin pegawai
negeri sipil di negara kita ini sangat rendah. Ini sangat mempengaruhi
efektifitas implementasi TQM.
B. Saran
Penulis sadar
makalah kami jauh dari kata sempurna, maka dari itu diharapkan kritik yang membangun
bagi pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
AV. Feigenbaum. 1989. Kendali Mutu
Terpadu. Jakarta : Erlangga.
AW. Tunggal. 1993. Manajemen Mutu
Terpadu. Jakarta : Rineka Cipta.
Edward Sallis. 1993. Total Quality
Management In Education.
http://rgumantijaya.blogspot.com/2012/04/total-quality-control.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar