10 Maret 2016

EXPLORE HIDUP SUSAH DI DESA



EXPLORE HIDUP SUSAH DI DESA. PENDIDIKAN HIDUP SUSAH SEBAGAI UPAYA MENCIPTAKAN GENERASI "TAHAN BANTING"

Ditulis oleh Atik Sri Kurnia
Pada kesempatan ini, saya akan membahas tentang arti Pendidikan Hidup Susah, gagasan ini terinspirasi dari artikel: Sekolah Hidup Susah Handrawan Nadesul. Mari membacanya dengan hati yang ikhlas semoga Kawan mendapatkan pelajaran dari tulisan sederhana ini.
 Di zaman serba canggih, terutama dikota besar semua kebutuhan dapat dipenuhi dengan tombol satu jari. Apapun jasa ditawarkan saat sekarang ini, jual beli pakaian, beli beras, beli sayuran, apapun itu semua dapat dibeli dan diantar sampai pintu rumah tanpa susah payah pergi ke pasar. Begitu pula dalam dunia pendidikan, lembaga pendidikan (swasta) berlomba-lomba menyediakan fasilitas lengkap dan canggih untuk menarik minat dari masyarakat bersekolah disana. Juga berusaha untuk mendapatkan hati pelanggan dengan memberikan kemudahan dan pelayanan sebaik mungkin.
Dengan kecanggihan tersebut semua orang tua di kota besar berlomba-lomba memasukkan anaknya ke sekolah yang berfasilitas lengkap, canggih, terbaru dan berstandar internasinal. Semakin mahal biaya yang dikeluarkan oleh orang tua untuk sekolah anaknya semakin tinggi kepercayaan orang tua akan kesuksesan anaknya. Namun, satu pelajaran yang terlupakan oleh beberapa orang tua adalah anak yang dibiasakan dengan hidup serba ada, tanpa tahu bagaimana mendapatkkannya cenderung memiliki jiwa yang lembek dan kurang tahan banting. Beberapa masalah dan cobaan akan menghampiri hidup. Bagi yang tidak terbiasa dengan hidup susah  gangguan jiwa dan kehilangan nyawa dapat saja terjadi.
Begitulah kehidupan, tidak semua orang mau menjadi orang susah dan miskin, tapi untuk menjadi kaya semua orang ingin melakoninya. Oleh karena itu dari kecil hendaknya anak memiliki jiwa tahan banting. Bukan berarti anak disuruh hidup susah dari kecil, namun setidaknya anak disuruh mengerti dan bersimpati dengan kehidupan susah. Seperti halnya anak yang tinggal di desa dan daerah pelosok akan terbiasa dengan kehidupan yang penuh perjuangan dan kerja keras. Banyak orang sukses yang berasal dari desa dan hidup susah.
Pendidikan didesa akan mengajarkan kehidupan susah dan berempati pada kehidupan susah orang lain. Kehidupan desa akan menjadikan seseorang belajar akan  kerja keras, tenggang rasa, gotong royong, ramah, dan serta perilaku baik lainnya. Serperti seorang anak memberikan makan hewan ternak sebelum pergi ke sekolah, dan sepulang sekolah ia membantu orang tua kerja di ladang atau menggembalakan hewan ternak ke padang rumput. Bangun sebelum ayam berkokok di pagi hari lalu berangkat ke sawah dan ladang, diperjalanan saling bertegur sapa dengan orang yang ditemui, berbagi makanan dengan tetangga, makan bersama disawah dan ladang, memancing ikan di sungai tanpa penggunakan bom dan racun, pergi mencari kayu bakar, bermain permainan tradisional, berlatih beladiri daerah, makan dengan masakan buatan anak gadis dirumah, pergi kesurau untuk mengaji pada sore dan malam harinya. Pelajaran hidup yang luar biasa seperti ini susah didapat dari sekolah yang sekalipun menyediakan fasilitas yang canggih dan lengkap.
Bukan maksud kita pasrah dan tidak menginginkan kehidupan kaya, bukan maksud juga untuk menyuruh anak bersekolah di desa, bukan maksud di kota tidak ada kehidupan susah yang dapat dijadikan pelajaran hidup, bukan maksud setiap desa memberikan pelajaran hidup susah. Maksud tulisan ini berhadap sekolah dapat sekolah-sekolah memberikan pendidikan hidup susah. Pendidikan hidup susah di sini bukan menyuruh anak mengamen ke jalanan, atau menyuruh pergi bekerja mencari barang bekas agar anak merasakan betapa susahnya mencari uang. Bukan Kawan ku, contoh kecil pendidikan susah ini seperti anak diberikan tindakan tegas ketika tidak mengerjakan tugas, atau disuruh untuk membersihkan kelas dan kamar mandi. Sehingga anak akan tahu tanggung jawab dan kebersihan.
Tidakkah pendidikan yang seperti ini yang diinginkan pemerintah, pendidikan yang menghasilkan manusia yang siap untuk sukses dan kaya dengan kerja kerasnya, serta tidak pula gentar dengan kehidupan susahnya. Jadi apa salahnya pendidikan Indonesia memberikan pelajaran hidup susah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar