GURU
BERMUTU MENGINSPIRASI SEPANJANG WAKTU:
GURU YANG SEMPURNA GURU YANG IKHLAS
Ditulis Oleh Atik Sri Kurnia
Nama saya Atik Sri Kurnia. Saya alumni
dari salah satu Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Solok, Sumatera Barat. Terdapat cerita yang luar biasa di sekolah
kami dulu. Dulu, sewaktu saya SMA tahun masuk 2010, SMA kami memiliki guru
kimia yang luar biasa. Yang ceritanya sayang tidak diketahui orang banyak. Sayang
sekali jika tidak diketahui oleh pembaca yang berprofesi guru, karena terdapat
kunci sukse mengajar yang dapat dicontoh dari cara mengajar beliau. Seiring
cerita ini pembaca akan menemukan apa kunci rahasia tersebut. Dan bagi pembaca
remaja kami seorang pelajar, cerita ini dapat dijadikan motovasi dalam belajar
lebih giat, lebih menghargai guru, mencintai guru walaupun guru kita memiliki
keterbatasan. Mencintainya dengan ikhlas. Untuk itu, bacalah carita ini dengan hati yang
ikhlas, mudah-mudahan menemukan banyak inspirasi untuk menjadi lebih baik. Mari membaca dengan ikhlas dan hati yang
lapang.
Ia adalah sosok yang luar biasa,
beliau memeng tidak sempurna tidak bisa bergerak bebas seperti orang normal
lainnya. Memiliki fisik yang lemah dan memakai kursi roda untuk berpindah
tempat. Beliau adalah guru kimia di Sekolah Menengah Atas (SMA) saya, beliau
bernama Bapak Rusdi. Mata pelajaran yang dipegangnya tergolong pelajaran yang
kurang peminatnya alias kurang disukai oleh beberapa siswa yaitu kimia. Kami
belajar kimia dengan beliau kelas XI.
Sedikit gambaran tentang kondisi
fisik Bapak Rusdi, beliau mengajar dari kursi roda. Alat gerak beliau lemah,
seperti kaki lumpuh dan tangan lemah untuk digerakkan. Sehingga sedikit
dipaksakan jika menulis di papan tulis. Volume suara beliau kecil, karena sakit
tenggorokan dan sedikit sakit jika berbicara. Penggunaan metode dan media
pembelajaran lebih kreatif dari guru yang lain di sekolah kami. Seperti
penggunaan LCD proyektor yang bagi beberapa guru agak asing menggunakan alat
ini dalam pembelajaran masa itu.
Dengan kondisi beliau dan mata
pelajaran yang beliau ajarkan. Entah kenapa kami selalu antusias menjemput
bapak Rusdi ke kantor untuk belajar kimia. Setiap belajar dengan beliau kami
membagi tugas, beberapa siswa menjemput bapak dari kantor, dan beberapa siswa
menyiapkan papan tulis khusus yang diletakkan lebih rendah dan mudah dijangkau
oleh bapak Rusdi. Biasanya teman sekelas saya sangat heboh, dan beberapa guru
kurang betah di kelas kami. Tapi, ketika kami belajar kimia dengan Bapak Rusdi,
kelas kami tenang dan teman-teman fokus memperhatikan pelajaran. Bapak Rusdi
tergolong guru yang tegas, sering memberikan soal latihan dan tugas dalam
jumlah yang banyak. Selain itu, jika Ulangan Harian setiap siswa memiliki soal
yang berbeda sehingga hasil dari ulangan tersebut lebih objektif. Walaupun
pelajaran kimia tergolong susah, kurang menyenangkan, kurang keren, kurang
beken, tapi ajaibnya hasil ulangan kami dengan soal yang berbeda setiap
siswanya, memperoleh nilai dominan diatas tuntas dan banyak juga siswa yang
mendapatkan nilai sempurna yaitu 100.
Hal ini akan semakin jelas jika
ada perbandingannya. Yaitu ketika kami kelas XII belajar kimia dengan guru
lain. Jelas bedanya yang kami rasakan, kami kurang mengerti dengan pelajaran
kimia kelas XII. Kebanyakan siswa dikelas saya kembali ke kebiasaan lamanya,
menjadikan kelas seperti pasar malam. Semua jenis permainan pasar malam
tersedia dikelas kami. Mulai dari lempar jarum ke nomor yang ada didinding,
catur, bermain kartu, sepak takrau, sepak bola, bola voli, panggung boy band, panggung
band, ruang rekaman, dan masih banyak yang lainnya. Banyak dari beberapa siswa
yang mendapat nilai sempurna ulangan kimia di kelas XI, dan tidak tuntas ualang
kimia dikelas XII nya.
Tidak adil memang menyalahkan
ketidak tuntasan dan ketidak mengertian siswa terhadap cara mengajar guru,
namun menurut saya memang cara guru dalam mengajar sangat berpengaruh terhadap
pencapaian tujuan pembelajaran. Memang banyak faktor lainnya terhadap ketidak
pahaman siswa terhadap pelajaran, seperti minat siswa, waktu, suasana belajar,
kelengkapan sarana dan prasarana, pemeilihan metode pembelajaran dan penggunaan
media pembelajaran. Namun, faktor kemampuan guru menjadi faktor utamanya. Semua
faktor diatas dapat dikendalikan oleh kemampuan guru.
Ini tentu menjadi pertanyaan
besar. Kenapa guru dengan keterbatasan fisik dapat mengajar dengan hasil belajar
siswa yang baik? Tentu guru yang tidak kurang satu pun tidak mau kalah dengan
beliau. Pertanyaan mengenai kenapa kami mudah menerima pelajaran beliau yang hanya
sederhana dalam penyempaiannya? Kenapa kami senang belajar kimia, yang nyatanya
pelajaran kimia membosanka dan susah bagi beberapa siswa? Kenapa kami paham
dengan pelajaran yang beliau sampaikan? Kenapa kami mendapatkan hasil ulangan
kimia dengan nilai yang bagu? Dapatkah pembaca menebaknya? Atau pembaca yang
berprofesi sebagai guru dapatkah menebak jawabannya dengan membandingkan cara
mengajar pembaca dengan cara mengajar guru kimia kami.
Namun menurut saya jawaban dari
pertanyaan diatas adalah ikhlas. Alasan kami mengerti dengan pelajaran beliau
adalah penyempaian pelajaran deng ikhlas. Beliau ikhlas mengajarkan siswanya, beliau
ikhlas memberikan ilmunya. Tidak ada keluhan yang keluar ketika beliau mengajar.
Ketika seseorang iklas memberikan sesuatu, wajar jika si penerimanya juga
sangat senang menerimanya dan menjaganya. Sebaliknya jika memberikan sesuatu
kepada orang dengan perasaan dan hati kurang ikhlas dapat dibayangkan bagaimana
hasilnya.
Bukankan ini bisa menjadi
inspirasi bagi guru lain, dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik,
fasilitator, motivator, pembimbing bagi siswanya? Bukankah dapat dijadikan ini
pelajaran untuk membelajarkan siswanya? Sebagai informasi bahwa beliau adalah
guru yang tidak dapat menyusul ke tempat duduk siswanya, memiliki suara yang
pelan ketika mengajar karena sakit pada tenggorokan, pergi keruang kelas dengan
diantar dan dijemput dari kantor oleh siswa. Tentu hal ini mudah bukan bagi
guru yang sempurna fisiknya.
Bandingkan dengan guru yang dapat
mengajar dengan suara yang lantang, dapat berjalan sendiri keruangan kelas
tempat mengajarnya, dapat berkeliling ruang kelas memperhatikan siswanya. Fisik
kuat dan pikiran hebat merupakan wujud guru yang baik. Namun, alangkah baiknya
jika rahasia sukses mengajar Bapak Rusdi ini di praktekkan, yaitu ikhlas dalam
mengajar. Tidak memikirkan gaji yang sedikit,
kerjanya juga sedikit. Kurang memperhitungkan materi yang akan
didapatkan. Dan mencoba untuk ikhlas dalam memberikan ilmu kepada siswa.
Melupakan gaji yang sedikit karena potongan bank dan pinjaman. Mencoba untuk menjalankan
peran dan tugas sebagai guru sebaik mungkin. Keberhasilan siswa dijadikan kabar
gembira, tanpa pamrih. Merealisasikan kata bijak guru pahlawan tanpa tanda
jasa.
Bukan maksud menggurui seorang guru,
ini hanya sebuah argumen yang bisa diterima dan ditolak. Mungkin banyak guru
kita seperti guru kimia saya. Guru yang ikhlas. Mungkin yang dibutuhkan oleh
pendidikan Indonesia adalah memperbanyak jumlah guru seperti Bapak Rusdi,
memperbanyak jumlah guru ikhlas. Walupun
banyak yang beranggapan guru di indonesia berpendapatan pas-pasan, tidak
seperti beberapa negara dengan pendapatan gurunya lebih dari cukup. Dan profesi
guru menjadi profesi yang menjanjikan dan menggiurkan. Tapi, gaji guru sedikit
bukan berarti tidak sejahtera. Bukankah kesejahteraan tidak hanya diukur dari
jumlah materi yang diperoleh. Memang, ini terlihat mudah, hanya mudah mengatakannya,
tapi kenyataannya sangat sulit.
Memang sulit kenyataanya bahwa
guru dengan gaji pas-pasan dan terkadang tidak mencukupi karena potongan oleh
bank dan dengan mudah saya mengatakan guru sudah sejahtera. Saya merasakannya sendiri, karena ayah saya
juga seorang guru dengan gaji 200 ribu perbulan yang sudah dipotong pinjaman di
bank. Dengan gaji kepala keluarga kami seperti itu sulit untuk memenuhi
kebutuhan keluarga setiap bualannya. Tapi, ayah saya yang bekerja paginya
sebagai guru, dan sepulang sekolah pernah bekerja kuli, buruh tani, tukang ojek,
dan sekarang jual pulsa. Untuk membantu memenuhi kebutuhan, ibu juga berjualan
pakaian dengan cara menawarkan dagangannya setiap rumah, jika ditotalkan jauh
perjalanan yang ibu tempuh dengan jalan kaki dalam berdagang kira-kira 10 km
dua hari dalam seminggu. Tapi syukur kami merasa kebutuhan kami terpeduhi dan
bersyukur keluarga saya dapat memenuhi uang kuliah saya yang tergolong menengah
keatas mahalnya, mungkin karena saya anak PNS.
Mungkin banyak guru yang
mengalami hal seperti ayah saya. Dengan gaji sedikit, sehingga pekerjaan
mengajar tidak menjadi satu-satunya pekerjaan guru. Jika pekerjaan mengajar dan
mendidik tidak hanya satu-satunya pekerjaan guru, tentu akan membagi fokus
guru, dan akhirnya guru setengah hati dalam mengajar. Tapi, mungkin jika rasa
ketidakcukupan ini ditahan sementara dan tetap mengajar, membimbing siswa
dengan ikhlas, mudah-mudahan menghasilkan generasi penerus bangsa yang
memperjuangkan kesejahteraan gurunya. Jadi, guruku di seluruh indonesia tetap
semangat dalam menjalankan tugas dengan sebaik mungkin, ciptakanlah generasi
yang berkualitas, yang akan menjadikan indonesia semakin baik, serta kehidupan
guru lebih baik juga.
Terakhir, mohon kirimkan doa
untuk guru kimia kami, Pak Rusdi. Karena beliau sudah meninggal di tahun 2014
kemaren. Semoga pelajaran hidup yang beliau ajarkan dapat terus hidup dan
dipakai. Terimakasih guruku Pak Rusd, terimaksih guru kami di seluruh
Indonesia, tetap semangat dan paling penting mari belajar untuk ikhlas. Sekarang
pun banyak manusia cerdas Indoneisa yang
sudah mengharumkan nama indonesia, itu berkat Guru karena Tuhan. Untuk itu, tetap
jadikan manusia lebih terdidik lagi, dan cerdaskan bangsa ini guru ku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar